Perang Yom Kippur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 41:
==== Mesir dan timur tengah ====
Meskipun Mesir mengalami kalah perang lagi tetapi perang ini setidaknya mengobati sedikit kehormatan dan rasa percaya diri mereka setelah kalah dalam [[Perang Enam Hari]] pada tahun [[1967]]
Pada tahun [[1978]] di [[Camp David]], Amerika Serikat, disepakati perjanjian yang dikenal dengan [[Perjanjian Camp David]] di mana Israel berjanji akan mengundurkan diri sampai ke perbatasan internasional dan di mana seluruh daerah [[Sinai]] menjadi daerah demilitarisasi dan diserahkan kepada Mesir. Perjanjian kedua yang akan disepakati hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak bangsa [[Palestina]], tetapi ditolak para pemimpin Palestina ([[PLO]]). Setahun kemudian sebuah kesepakatan perdamaian ditanda tangani oleh [[Menachem Begin]], [[Jimmy Carter]] dan [[Anwar Sadat]] yang bersama-sama mendapat penghargaan Nobel untuk perdamaian. Perjanjian ini disponsori oleh [[Amerika Serikat]].
Akibat penandatanganan perjanjian ini, Anwar Sadat mendapat tekanan dari dalam negeri khususnya dari kelompok fundamentalis Islam dan para pelajar Mesir yang menyebabkan Anwar Sadat mengambil tindakan represif yang mendapat kecaman karena terdapat banyak pelanggaran [[HAM]]. Akibat tindakan ini pula, Anwar Sadat akhirnya terbunuh dalam parade Militer pada ulang tahun ke-8 perang Yom Kippur.
Sesudah perang usai, Anwar Sadat sempat mengakui bahwa ia sengaja melancarkan perang terhadap Israel dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian dan frustasi rakyat Mesir karena pemerintah Mesir gagal untuk menghentikan korupsi & nepotisme di kalangan para pejabat Mesir dan gagal untuk mensejahterakan rakyat Mesir.
Posisi Palestina setelah perang Yom Kippur 1973 ini semakin tidak jelas. Terlebih setelah [[Yordania]], negeri yang ditempati sebagian besar bangsa Palestina mengambil sikap netral akibat kekalahannya pada [[Perang Enam Hari]] 1967 yang menyebabkan Yordania kehilangan [[Tepi Barat]] dan Jerussalem Timur. Sikap Yordania ini, menyebabkan kemarahan dikalangan Palestina terutama dari PLO yang saat itu berkedudukan di sana. Karena PLO bertindak sebagai ''negara dalam negara'' di Yordania dan berencana untuk mengkudeta Raja Yordania maka untuk menghindari ketidakstabilan keamanan, Raja [[Hussein bin Talal]] akhirnya mengambil sikap represif dengan mengusir PLO dari negaranya. PLO akhirnya pindah ke Libanon dan [[Tunisia]].
|