Ernest Douwes Dekker: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
|accessdate=2006-01-08}}</ref> [[Olaf Douwes Dekker]], cucu dari Guido, saudaranya, menjadi penyair di [[Breda]], Belanda.
 
DDErnest menikah dengan [[Clara Charlotte Deije]] (1885-1968), anak dokter campuran [[Jerman]]-Belanda pada tahun 1903, dan mendapat lima anak, namun dua di antaranya meninggal sewaktu bayi (keduanya laki-laki). Yang bertahan hidup semuanya perempuan. Perkawinan ini kandas pada tahun 1919 dan keduanya bercerai.
 
Kemudian DDia menikah lagi dengan [[Johanna Petronella Mossel]] (1905-1978), se[[orang Indoperanakan campuran]] keturunan [[Yahudi]], pada tahun 1927. Johanna adalah guru yang banyak membantu kegiatan kesekretariatan [[Ksatrian Instituut/Institut Keskretariatan]], sekolah yang didirikan DDoleh Ernest. Dari perkawinan ini mereka tidak dikaruniai anak. DiPada saattahun DD1941 ia dibuang ke [[Suriname]] pada tahun 1941sehinga pasangan ini harus berpisah, dan di kala itu kemudian Johanna menikah dengan Djafar Kartodiredjo, yang juga merupakan seorang Indoperanakan campuran (sebelumnya dikenal sebagai Arthur Kolmus), tanpa perceraian resmi terlebih dahulu. Tidak jelas apakah DDia mengetahui pernikahan ini karena ia selama dalam pengasingan tetap berkirim surat namun tidak dibalas.
 
Sewaktu DDia "kabur" dari Suriname dan menetap sebentar di Belanda (1946), ia menjadi dekat dengan perawat yang mengasuhnya, Nelly Alberta Geertzema née Kruymel, seorang IndoBelanda yang berstatus janda beranak satu. Nelly kemudian menemanimenemaninya DDpulang yangke menggunakanIndonesia dengan nama samaran pulang ke Indonesia agar tidak ditangkap [[intelijen]] Belanda. Mengetahui bahwa Johanna telah menikah dengan Djafar, DD tidak lama kemudian Ernest memutuskan untuk menikahi Nelly, pada tahun 1947. DDMereka kemudian menggunakan nama Danoedirdja Setiabuddhi dan Nelly menggunakan nama Haroemi Wanasita, nama-nama yang diusulkan oleh Sukarno. Sepeninggal DDErnest, Haroemi menikah dengan Wayne E. Evans pada tahun 1964 dan kini tinggal di [[Amerika Serikat]].
 
Walaupun mencintai anak-anaknya, DD tampaknya ia terlalu berfokus pada perjuangan idealismenya sehingga perhatian pada keluarga agak kurang dalam. Ia pernah berkata kepada kakak perempuannya, Adelin, kalau yang ia perjuangkan adalah untuk memberi masa depan yang baik kepada anak-anaknya di Hindiakemudian kelak yang merdekahari. Pada kenyataannya, semua anaknya meninggalkan Indonesia menuju ke Belanda ketika Jepang masuk. Demikian pula semua saudaranya, tidak ada yang memilih menjadi warga negara Indonesia.
 
== Riwayat hidup ==
=== Masa muda ===
Pendidikan dasar ditempuh Nesditempuhya di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama-tama diteruskan ke [[Hogere Burger School|HBS]] di [[Kota Surabaya|Surabaya]], lalu pindah ke [[Gymnasium]] Willem III, suatu sekolah elit di [[Batavia]]. Selepas lulus sekolah ia bekerja di [[perkebunan]] [[kopi]] "Soember Doeren" di [[Kabupaten Malang|Malang]], [[Jawa Timur]]. Di sana ia menyaksikan perlakuan semena-mena yang dialami pekerja kebun, dan sering kali membela mereka. Tindakannya itu membuat ia kurang disukai rekan-rekan kerja, namun disukai pegawai-pegawai bawahannya. Akibat konflik dengan manajernyapengusahanya, ia dipindah ke perkebunan [[tebu]] "Padjarakan" di [[Kraksaan, Probolinggo|Kraksaan]] sebagai [[petugas laboratorium|laboran]].<ref name = "Douwes" /> Sekali lagi, dia terlibat konflik dengan manajementata usaha karena urusan pembagian [[irigasi]] untuk tebu perkebunan dan padi petani. Akibatnya, ia dipecat.
 
=== Perang Boer ===
Menganggur dan kematian mendadak ibunya, membuat NesErnest memutuskan berangkat ke [[Afrika Selatan]] pada tahun 1899 untuk ikut dalam [[Perang Boer Kedua]] melawan [[Inggris]].<ref name = "Setiabuddhi" /> Ia bahkan menjadi warga negara [[Republik Transvaal]].<ref name = "Douwes" /> Beberapa bulan kemudian kedua saudara laki-lakinya, yaitu Julius dan Guido, menyusul. NesErnest tertangkap lalu dipenjara di suatu kamp di [[Ceylon]]. Di sana ia mulai berkenalan dengan sasteraSastera [[India]], dan perlahan-lahan pemikirannya mulai terbuka akan perlakuan tidak adil pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap warganya.
 
=== Sebagai wartawan yang kritis dan aktivitas awal ===
DDErnest dipulangkan ke Hindia Belanda pada tahun 1902, dan bekerja sebagai agen pengiriman KPM, perusahaan pengiriman milik negara. Penghasilannya yang lumayan membuatnya berani menyunting Clara Charlotte Deije, putri seorang dokter asal Jerman yang tinggal di Hindia Belanda, pada tahun 1903.
 
Kemampuannya menulis laporan pengalaman peperangannya di surat kabar terkemuka membuat ia ditawari menjadi reporter koran [[Semarang]] terkemuka, ''De Locomotief''. Di sinilah ia mulai merintis kemampuannya dalam berorganisasi. Tugas-tugas jurnalistiknya, seperti ke perkebunan di Lebak dan kasus kelaparan di Indramayu, membuatnya mulai kritis terhadap kebijakan kolonial. Ketika ia menjadi staf redaksi ''Bataviaasch Nieuwsblad'', 1907, tulisan-tulisannya menjadi semakin pro kaum Indoperanakan dan pribumi. Dua seri artikel yang tajam dibuatnya pada tahun 1908. Seri pertama artikel dimuat Februari 1908 di surat kabar Belanda ''Nieuwe Arnhemsche Courant'' setelah versi bahasa Jermannya dimuat di koran Jerman ''Das Freie Wort'', "Het bankroet der ethische principes in Nederlandsch Oost-Indie" ("Kebangkrutan prinsip etis di Hindia Belanda") kemudian pindah di ''Bataviaasche Nieuwsblad''. Sekitar tujuh bulan kemudian (akhir Agustus) seri tulisan panas berikutnya muncul di surat kabar yang sama, "Hoe kan Holland het spoedigst zijn koloniën verliezen?" ("Bagaimana caranya Belanda dapat segera kehilangan koloni-koloninya?", versi Jermannya berjudul "Hollands kolonialer Untergang"). Kembali kebijakan [[politik etis]] dikritiknya. Tulisan-tulisan ini membuatnya mulai masuk dalam radar intelijen penguasa.<ref name = "Movements">{{cite book |title=Indonesia, Early Political Movements|publisher=Library of Congress Country Studies |accessdate=2006-01-08}}</ref>
 
Rumah DDErnest, padadi saatkala yang samaitu, yang terletak di dekat [[Stovia]] menjadi tempat berkumpul para perintis gerakan [[kebangkitan nasional]] Indonesia, seperti [[Sutomo]] dan [[Cipto Mangunkusumo]], untuk belajar dan berdiskusi. [[Budi Utomo]] (BO),suatu organisasi yang diklaim sebagai organisasi nasional pertama, lahir atas bantuannya. Ia bahkan menghadiri kongres pertama BOpertamanya di [[Yogyakarta]].
 
Aspek pendidikan tak luput dari perhatian DDperhatiannya. Pada tahun 1910 (8 Maret) ia turut membidaniserta lahirnyamembangun ''[[Indische Universiteit Vereeniging]]'' (IUV), suatu badan penggalang dana untuk memungkinkan dibangunnya lembaga pendidikan tinggi (universitas) di Hindia Belanda. Di dalam IUVUniversiteit terdapat orang Belanda, orang-orang IndoPeranakan, aristokrat Banten dan perwakilan dari organisasi pendidikan kaum [[Tionghoa]] [[THHK]].
 
=== ''Indische Partij'' ===
Karena menganggap BOorganisasi Boedi Oetomo terbatas pada masalah kebudayaan (Jawa), DDia tidak banyak terlibat di dalamnya. Sebagai seorang Indo, ia terdiskriminasi oleh orang Belandakulit putih murni ("totok" atau ''trekkers''). Sebagai contoh, orang Indoperanakan Belanda tidak dapat menempati posisi-posisi kunci pemerintah karena tingkat pendidikannya. Mereka dapat mengisi posisi-posisi menengah dengan gaji lumayan tinggi. Untuk posisi yang sama, mereka mendapat gaji yang lebih tinggi daripada pribumipenduduk lokal. Namun, akibat politik etis, posisi mereka dipersulit karena pemerintah koloni mulai memberikan tempat pada orang-orang pribumilokal untuk posisi-posisi yang biasanya diisi oleh Indoperanakan kulit putih. Tentu saja pemberi gaji lebih suka memilih orang pribumi karena mereka dibayar lebih rendah. Keprihatinan orang Indo ini dimanfaatkan oleh DD untuk memasukkan idenya tentang pemerintahan sendiri Hindia Belanda oleh orang-orang asli Hindia Belanda (''Indiërs'') yang bercorak inklusif dan mendobrak batasan ras dan suku. Pandangan ini dapat dikatakan original, karena semua orang pada masa itu lebih aktif pada kelompok ras atau sukunya masing-masing.
 
Berangkat dari organisasi kaum [[Indo]], ''[[Indische Bond]]'' dan ''[[Insulinde]]'', ia menyampaikan gagasan suatu "Indië" (Hindia) baru yang dipimpin oleh warganya sendiri, bukan oleh pendatang. Ironisnya, di kalangan Indo ia mendapat sambutan hangat hanya di kalangan kecil saja, karena sebagian besar dari mereka lebih suka dengan ''status quo'', meskipun kaum Indo direndahkan oleh kelompok orang Eropa "murni" toh mereka masih dapat dilayani oleh pribumi.