Nogotirto, Gamping, Sleman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{desa
| peta =
| nama kelurahan = Nogotirto
| nama kecamatan = Gamping
Baris 12 ⟶ 10:
 
Proses terbentuknya Desa Nogotirto Berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1946 mengenai Pemerintah Kelurahan, maka 2 (empat) Kelurahan di wilayah ini yakni Kelurahan Kwarasan dan Nogosaren digabung menjadi satu "Kelurahan Yang Otonom” dengan nama kelurahan Nogotirto, dengan Haji Thoha sebagai lurah pertama. Nama tersebut kemudian secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah Kelurahan.
 
== Kampung Islam Mlangi ==
Sebagian wilayah Nogotirto (dusun Mlangi, Sawahan, & Cambahan) juga dikenal sebagai kampung Islam yang memiliki sejarah yang panjang. Bermula dari sosok Kyai Nur Iman yang merupakan kakak kandung kerabat Hamengku Buwono I, bernama asli Pangeran Hangabehi Sandiyo. Kisahnya, Nur Iman, Santri lulusan Pondok Pesantren Gedagangan, Pasuruan, Jawa Timur, di bawah asuhan Kiai Abdullah Muhsin telah lama membina pesantren di Jawa Timur. Ia kemudian diberi hadiah berupa tanah oleh Hamengku Buwono I. Tanah itulah yang kemudian dinamai 'mlangi', dari kata bahasa Jawa 'mulangi' yang berarti mengajar. Dinamai demikian sebab daerah itu kemudian digunakan untuk mengajar agama Islam.
 
Di sekitar Mlangi paling tidak terdapat 12 pondok pesantren aktif. Yang tertua adalah pesantren An Nawawi, namun sekarang sudah tidak ada lagi. Tidak ada penerus pesantren yang terletak di pojok selatan Masjid Mlangi tersebut. Pesantren tertua kedua adalah pesantren Al Miftah yang berdiri pada sekitar tahun 1920-an. Kemudian As Salafiyyah, Al Falakhiyyah (pelopor pertama pesantren putri di Mlangi), Al-Miftah, Al-Huda, Assalamiyyah, An-Nasyath, Mlangi Timur, Hujatul Islam, Ar Risalah, Al-Ikhsan, dan Pondok Pesantren Kuno, yang rata-rata didiami 300 santri. Yang membedakan pesantren Mlangi dengan pesantren lainnya adalah bahwa pesantren Mlangi dilahirkan oleh Masyarakat. Antara pesantren dan masyarakat merupakan suatu komunitas sosial yang sama. berbeda dengan pesantren-pesantren lainnya yang rata-rata dilahirkan oleh tokoh atau kyai yang "mbabat" alas di suatu btempat. karenanya, hampir 100% warga Mlangi menikmati pendidikan pesantren. dampak dari itu, kapasitas warga Mlangi dalam membaca kitab kuning dibandingkan dengan santri luar yang mengjai pe santren Mlangi tidak kalah mutunya. Sambil belajar di sekolah-sekolah formal, mereka menjadi ''santri kalong'' yang menuntut ilmu di pondok pesantren. Gaya berbusana penduduk sekitar memang khas Islami. Para pria sehari-hari mengenakan kain sarung, berbaju koko putih, dan berkopiah. Perempuannya berkebaya dan berkerudung.
Yang khas dari Mlang lainnya adalah, basis kewirausahaan sosial warganya yang kuat. masyarakat Mlangi dikenal sebagai pengusaha konveksi yang bisa bertahan hingga sekarang. malioboro, Borobudur, bahkan mancanegara, merupakan pasar yang komoditas konveksinya beralsal darui Mlangi.
 
== Lurah Desa : ==