Keselamatan dalam Kekristenan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 15:
== Konsep keselamatan dalam Perjanjian Lama ==
Keselamatan dalam Perjanjian Lama ada berdasarkan pemenuhan Hukum Taurat.Selain itu, ada juga berdasarkan iman dan anugerah Allah.<ref name=" Karman ">{{id}}Yonky Karman. '' Bunga rampai teologi perjanjian lama ''. 2009. Jakarta: BPK Gunung Mulia </ref> Sejarah umat Israel bisa dikatakan sebagai sejarah anugerah di mana Allah memilih Israel serta setia menjaga perjanjian-Nya meskipun Israel sering kali berlaku bejat di hadapan Allah.<ref name=" Martens ">{{en}}EA Martins. '' Plot and purpose in the old testament ''. 1981. . USA: Varsity press.</ref> Tema mengenai pengampunan (Maz 130: 3-4) dan iman sebagai respon ketika manusia menerima anugerah Allah juga terdapat di dalam PL (Hab 2: 4).Dalam bahasa Ibrani kata percaya adalah‘mn. Kata ini bisa juga diartikan sebagai percaya dengan mantap dan dapat diandalkan. Selain itu terdapat pula kata yang cukup penting yaitu tsedaqa yang berarti kebenaran. Kata tersebut memiliki gagasan dasar yaitu kesesuaian antara apa yang dilakukan manusia menurut penilaian Allah. Hal tersebut berkaitan dengan cara hidup, bertindak dan bersikap benar di hadapan Allah.
 
== Konsep keselamatan dalam Perjanjian Baru ==
Dalam Perjanjian Baru tema keselamatan merupakan salah satu yang menonjol terutama dalam tulisan-tulisan Paulus. Yesus dalam pengajarannya mengecam bahwa seseorang bisa membenarkan dirinya sendiri.<ref name="bambang">{{id}}Bambang Subandrijo. ''Menyingkap pesan-pesan perjanjian baru 1''. 2010.. Bandung: Bina Media Informasi.</ref> Misalnya saja dalam Lukas 18:9-14 mengenai orang farisi dan pemungut cukai dan Lukas 16:15 mengenai orang farisi yang merasa diri benar akibat perbuatannya.<ref name="bambang">{{id}}Bambang Subandrijo. ''Menyingkap pesan-pesan perjanjian baru 1''. 2010.. Bandung: Bina Media Informasi.</ref> Yesus sangat menginginkan agar manusia dapat mencari kebenaran namun tidak dengan usaha sendiri. <ref name="bambang">{{id}}Bambang Subandrijo. ''Menyingkap pesan-pesan perjanjian baru 1''. 2010.. Bandung: Bina Media Informasi.</ref>Pembenaran itu dicapai melalui pertobatan di dalam kerendahan hati. <ref name="Guthrie">{{id}}Donald Guthrie. '' Teologi perjanjian baru 2: Keselamatan dan hidup baru ''. 1992. Jakarta: BPK Gunung Mulia </ref>
Paulus pun sangat menentang pemahaman bahwa seseorang diselamatkan karena perbuatannya.<ref name="Guthrie">{{id}}Donald Guthrie. '' Teologi perjanjian baru 2: Keselamatan dan hidup baru ''. 1992. Jakarta: BPK Gunung Mulia </ref> Paulus menolak pemahaman bahwa seseorang bisa diselamatkan melalui Hukum Taurat dan tradisi-tradisinya (sunat, kurban, dan sebagainya.Dalam bahasa Ibrani kata kebenaran adalah sedaqa, dapat pula berarti kelepasan.Terjemahan kebenaran dalam konsep Ibrani ke dalam PB yaitu dikaiosune. Dari sisi manusia dikaiousune ialah tindakan manusia yang sesuai dengan kehendak Allah sedangkan dari sisi Allah ialah tindakan Allah yang membenarkan manusia. Menurut Paulus kebenaran Allah merupakan cara Allah untuk menilai manusia. Kebenaran itu seharusnya merupakan “status pribadi”. Bangsa-bangsa non Yahudi memperoleh kebenaran walaupun mereka tidak mengejarnya sedangkan bangsa Israel tidak. Hal ini terjadi karena bangsa Israel mengejar kebenaran itu melalui perbuatan bukan melalui iman.
 
== Perbandingan dalam Protestan ==