Benteng Kapahaha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Manutural (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Manutural (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{wikify|date=30 Oktober 2011}}{{rapikan|date=2011}}
'''Benteng Kapahaha''' adalah sebuah benteng alam (benteng pertahanan) pada perang [[Ambon]] IV (Ruhmpius) atau sering disebut dengan PeranganPerang Kapahaha [[1637]]-[[1646]]. Letaknya ± 4 KM ke arah utara Pusat Negeri Morella. Sebelum menjadi Benteng Pertahanan tempat ini sudah di huni oleh manusia sejak berabad-abad. Manusia yang menghuni tempat ini berasal dari ula pokol di gunung Salahutu, manusia pertama di Ulapokol tersebut adalah Uka Latu Tapil.
 
Dalam perkembangan selanjutnya anak-anak dari Uka Latu Tapil melakukan perpindahan Ke Amaela (Gunung Kukusan), setelah itu kemudian mereka pindah dan menetap di Kapahaha. Dari waktu ke waktu melalui proses perkawinan maka semakin banyak manusia di tempat ini kemudian mereka membentuk sebuah Aman/Hena (Negeri). Aman (negeri) tersebut terdiri dari beberapa rumah tau yaitu : Rumah Tau [[Marga Ambon|Sasole]], Rumah Tau [[Marga Ambon|Sialana]],Rumah Tau [[Marga Ambon|Leikawa]] dan Rumah Tau [[Marga Ambon|Manilet]]. Keempat rumah tau inilah yang merupakan turunan asli yang menetap di aman (Negeri Lama) Kapahaha. Rumah Tau Manilet adalah turunan dari seorang penyiar agama islam yang berasal dari timur tengah bernama Syekh Qalam Abdul Kahar. Beliau datang sekitar abad ke-8 Masehi dan mengislamkan Penduduk Kapahaha (Tiga Rumah Tau Tsb).
Baris 6:
Pada masa-masa selanjutnya Kapaha kemudian menjadi pusat pemerintahan adat dari beberpa negeri sekitar yaitu iyal uli yang berjarak ± 2,5 KM dari Negeri Morella, Ninggareta yang berjarak ± 9 KM dari Negeri Morella, dan Putulesi yang berjarak ± 1,5 KM dari Negeri Morella. Lambang Pemerintahan adat negeri Kapahaha yaitu Burung Manu Saliwangi yang sampai saat ini masih dipakai sebagai lambang pemerintahan adat Negeri Morella, dan Baeleu Tomasiwa sebagai tempat Musyawarah. Sementra itu, pusat keagamaan terletak di Negeri Lama Iyal Uli.
 
Pada awal abad Ke-17 dimana sebagian benteng Pertahanan di Maluku ditaklukan oleh VOC Belanda, maka semua Kapitan dan Malesi dari Patasiwa-Patalima yang bentengnya sudah di taklukan tersebut bergabung di Kapahaha dan karena letaknya yang strategis maka dijadikanlah sebagai benteng pertahanan perang yang berlangsung selama 9 tahun dengan Kapitan Besarnya Telukabessy (Ahmad Leikawa). perang yang berlangsung sejak tahun 1637 tersebut kemudian berakhir pada tahun 1646 dengan ditaklukannya para pejuang kapahaha oleh kaum penjajah VOC Belanda. Setelah itu Kapitan Telukabessy (Ahmad [[Marga Ambon|Leikawa]]) dihukum dan digantung di bentang Victoria Ambon dan jenazahnya ditenggelamkan di pantai Namalatu-Ambon.
 
Rakyat Kapahaha yang tertangkap dalam penaklukan tersebut dikenal dengan masyarakat "''Hausihu''" yang artinya kobaran api perjuangan. Kapahaha sekarang menjadi saksi bisu perjuangan Kapitan Telukabessy (Ahmad Leikawa). Pada saat ditaklukan Benteng Kapahaha juga dibakar oleh VOC sehingga semua barang atau benda yang ada di Kapahaha saat itu semuanya ikut hangus terbakar, hal ini seperti yang tertuang dalam sebuah Lani/Kapata (Bahasa Tanah) “Elya Kapahaha Lia Putu Mahalisa”, yang Artinya “Kapahaha Habis dilalap Api”. Kini di Benteng Kapahaha hanya tersisa kuburan-kuburan tua, pecahan-pecahan alat rumah tangga serta beberapa buah benda/barang yang sempat diselamatkan. Kapahaha kemudian diabadikan namanya di taman makam pahlawan di Kota [[Ambon]].