Makan bajamba: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
baru
 
+ waktu akses
Baris 1:
'''''Makan bajamba''''' atau juga disebut '''''makan barapak''''' adalah tradisi makan yang dilakukan oleh masyarakat [[Minangkabau]] dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan.<ref name="Pandoe">{{cite book|last=M.D.|first=Pandoe|last2=Pour|first2=J.|year=2010|title=Jernih Melihat Cermat Mencatat: Antologi Karya Jurnalistik Wartawan Senior Kompas|url=http://books.google.co.id/books?id=ta05V3dVGlAC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=9797094871|pages=236}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.sumbaronline.com/berita-9592-diwarnai-makan-bajamba-mukhlis-r-hadiri-maulid-surau-lubuak.html|title=Diwarnai Makan Bajamba, Mukhlis Hadiri Maulid Surau Lubuk|publisher=Sumberonline.com|date=2012-04-04|accessdate=2012-05-14}}</ref> Tradisi ini umumnya dilangsungkan di hari-hari besar agama [[Islam]] dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan pertemuan penting lainnya.<ref name="kepri"/><ref name="maulid">{{cite web|url=http://www.beritasatu.com/mobile/food-travel/30160-makan-bajamba-hiasi-maulid-nabi-di-pariaman.html|title=Makan Bajamba, Hiasi Maulid Nabi di Pariaman|publisher=www.beritasatu.com|date=2012-02-07|accessdate=2012-05-14}}</ref> Secara [[harafiah]] ''makan bajamba'' mengandung makna yang sangat dalam, dimana tradisi makan bersama ini akan memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan status sosial.<ref name="rri">{{cite web|url=http://id.voi.co.id/pesona-indonesia/809-tradisi-makan-bajamba|title=Tradisi Makan Bajamba|publisher=[[Radio Republik Indonesia|Voice of Indonesia]]|date=2012-02-27|accessdate=2012-05-14}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.faceminang.com/2011/12/makan-bajamba-di-sawahlunto.html|title=Makan Bajamba di Sawahlunto|publisher=Faceminang.com|date=2011-12-01|accessdate=2012-05-14}}</ref>
 
== Penyelenggaraan ==
Baris 7:
 
=== Terbesar ===
Pada [[1 Desember]] [[2006]], penyelengaraan ''makan bajamba'' yang dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT ke-123 [[kota Sawahlunto]] tercatat dalam [[Museum Rekor Indonesia]] sebagai acara makan bersama terbanyak dan terpanjang, karena diikuti oleh 16.322 orang.<ref>{{cite web|url=http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=10644:makan-bajamba-meriahkan-lagi-hari-jadi-sawahlunto&catid=10:rubrik-daerah&Itemid=75|title=Makan Bajamba Meriahkan Lagi Hari Jadi Sawahlunto|publisher=[[Harian Haluan]]|date=2011-12-03|accessdate=2012-05-14}}</ref><ref>{{cite web|url=http://padangmedia.com/?mod=berita&id=71095|title=Makan Bajamba Jadi Maskot dalam HUT 123 Sawahlunto|publisher=www.padangmedia.com|date=2011-11-23|accessdate=2012-05-14}}</ref>
 
== Adab ==
Tradisi ini diyakini berasal dari [[Koto Gadang]], [[kabupaten Agam]], [[Sumatera Barat]], dan diperkirakan telah ada sejak agama [[Islam]] masuk ke [[Minangkabau]] sekitar [[abad ke-7]]. Oleh karena itu, adab-adab yang ada dalam tradisi ini umumnya didasarkan kepada ajaran Islam terutama [[Hadits]]. Beberapa adab dalam tradisi ini di antaranya adalah seseorang hanya boleh mengambil apa yang ada di hadapannya setelah mendahulukan orang yang lebih tua mengambilnya.<ref name="Pandoe"/><ref name="rri"/>
 
Ketika makan, [[nasi]] diambil sesuap saja dengan tangan kanan. Setelah ditambah sedikit lauk pauk, nasi dimasukkan ke [[mulut]] dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat.<ref>{{cite book|last=|first=|title=Tempo, Volume 23: Adat yang Sudah Langka|url=|year=1994|publisher=Badan Usaha Jaya Press|location=|pages=}}</ref> Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan tercecernya nasi. Jika ada nasi yang tercecer di tangan kiri, harus dipindahkan ke tangan kanan lalu dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama. Tujuan makan dengan cara tersebut agar nasi yang hendak masuk ke mulut bila tercecer tidak jatuh ke [[piring]], sehingga yang lain tidak merasa jijik untuk memakan nasi yang ada dalam piring secara bersama-sama. Selain itu, posisi duduk juga harus tegap atau tidak membungkuk dengan cara bersimpuh (''basimpuah'') bagi [[perempuan]] dan bersila (''baselo'') bagi [[laki-laki]]. Kemudian setelah selesai, tidak ada lagi nasi yang tersisa di piring, dan makanan yang disediakan wajib dihabiskan.<ref name="kepri">{{cite web|url=http://www.haluankepri.com/news/andalas/5568-makan-bajamba-tradisi-idul-adha-di-payolansek.html|title=Makan Bajamba Tradisi Idul Adha di Payolansek|publisher=[http://www.haluankepri.com Haluan Kepri]|date=2010-11-19|accessdate=2012-05-14}}</ref>
 
== Referensi ==