Jaulung Wismar Saragih: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambah Kategori:Penerjemah Alkitab (HotCat) |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di tahun +pada tahun) |
||
Baris 6:
Ibunya bernama Roggainim boru [[Purba]] Sigumonrong dari kampung Raya Dolog.
Pada saat pergantian Raja di Kerajaan Raya setelah meninggalnya Tuan Rondahaim Saragih Garingging
== Perkenalan dengan Kristen ==
Baris 13:
Selanjutnya ia meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di ''Kweekschool'' (sekolah guru) di [[Narumonda]], [[Tapanuli]], selama tahun [[1911]]-[[1915]].<ref>Mansen Purba, "Pengantar untuk Jaulung Wismar Saragih," Rondahaim: Sebuah Kisah Kepahlawanan Menentang Penjajah di Simalungun, Bina Budaya Simalungun, Medan, [[1993]]].</ref><ref>J. Wismar Saragih, Memorial Peringatan Pendeta J. Wismar Saragih (''Marsinalsal''), BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1977, hlm.56-59.</ref> Setelah lulus ia sempat mengajar selama 6 tahun. Namun pengangkatannya sebagai pegawai negri pada tahun [[1921]] menghentikan kariernya sebagai Guru. Pada tahun itu ia mulai menjabat sebagai ''Pangulu Balei'', satu jabatan Sekretaris Wilayah pada pemerintahan Kerajaan Panei.
Saat terbuka kesempatan untuk menjadi [[Pendeta]]
== Memajukan Simalungun ==
Baris 29:
Keinginannya untuk memajukan rakyat Simalungun juga mendorongnya untuk berperan aktif mengajar masyarakat Simalungun agar mau bersekolah. Ia juga telah merintis sebuah sekolah sore khusus untuk puteri, suatu hal yang tidak biasa saat itu di bagian daerah manapun di Nusantara.
Selain itu ia juga mendorong peningkatan minat baca orang Simalungun dengan mendirikan taman bacaan "''Dos ni Riah''" dan [[perpustakaan]] "''Parboekoean ni Pan Djaporman''" di Pamatang Raya (1937). Dj. Wismar Saragih juga mewujudkan kepeduliannya pada kelestarian budaya Simalungun dengan mendirikan Roemah Poesaka Simaloengoen ([[Museum Simalungun]])
Usahanya membebaskan bangsa Simalungun melalui kekristenan terutama dilakukan melalui penterjemahan teks-teks Alkitab ke dalam Bahasa Simalungun, hal mana menyebabkan ia dijuluki "''Een Simaloengoense Luther''" ([[Martin Luther|Luther]] dari Simalungun).<ref>J.L. Swellengrebel, In Leijdeckers Voetspoor. Anderhalve eeuw Bijbelvertaling en Taalkunde in de Indonesische Talen, II (1900-1970), S. Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1978, hlm. 165.</ref> Dj. Wismar Saragih dan beberapa teman-temannya menganggap bahwa laju penginjilan RMG di kalangan Suku Simalungun terhambat karena tidak digunakannya [[bahasa Simalungun]] sebagai media pengantar. Karenanya pada peringatan 25 tahun sampainya [[Injil]] di Simalungun ([[2 September]] [[1928]]) Dj. Wismar Saragih turut merintis pendirian sebuah lembaga bahasa Simalungun bernama "''Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen''."
|