Dharmasraya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 33:
}}
 
'''Dharmasraya''' adalah nama ibukota dari sebuah [[Kerajaan Melayu]] di [[Sumatera]].<ref name="Nāgarakrětāgama">J.L.A. Brandes, 1902, ''Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok''</ref>, namaNama ini muncul seiring dengan melemahnya kerajaan [[Sriwijaya]] setelah serangan [[Rajendra Chola|Rajendra Chola I]] ([[dinasti Chola|raja Chola]] dari [[Koromandel]]) pada tahun [[1025]].
 
== Awal mula ==
=== Munculnya Wangsa Mauli ===
Kemunduran kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Chola I, raja [[dinasti Chola]] telah mengakhiri kekuasaan [[Wangsa Sailendra]] atas Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa [[Mauli]].
 
Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah [[Prasasti Grahi]] tahun [[1183]] di selatan [[Thailand]]. Prasasti itu berisi perintah [[Trailokyaraja|Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa]] kepada bupati Grahi yang bernama ''Mahasenapati Galanai'' supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca tersebut bernama ''Mraten Sri Nano''.
 
Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu [[Prasasti Padang Roco]] tahun [[1286]]. Prasasti ini menyebut raja Swarnabhumi bernama [[Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa|Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa]] yang mendapat kiriman hadiah[[Arca Amoghapasa]] dari Raja [[Kertanagara]], raja [[Kerajaan Singhasari|Singhasari]] di [[Pulau Jawa]]. Arca tersebut kemudian diletakkan di [[Dharmasraya]].
 
Dharmasraya dalam ''[[Pararaton]]'' merupakan ibukota dari negeri ''bhūmi mālayu''. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun [[prasasti Grahi]] tidak menyebutnya dengan jelas.
 
Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan [[Thailand]] ([[Chaiya]] sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa [[Selat Malaka]]. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan,. dariDari catatan Cina <ref name="Muljana">Slamet Muljana. 2006. ''Sriwijaya''. Yogyakarta: LKIS</ref> disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari ''Chen-pi'' (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari ''Pa-lin-fong'' (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.
 
Istilah ''Srimat'' yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja dan Tribhuwanaraja berasal dari bahasa [[Tamil]] yang bermakna ”''tuan pendeta''”. Dengan demikian, kebangkitan kembali Kerajaan Malayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Srimat Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya,. karenaKarena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada prasasti Grahi.
 
== Daerah kekuasaan Dharmasraya ===
Dalam naskah berjudul ''[[Zhufan Zhi]]'' (諸蕃志) karya [[Zhao Rugua]] tahun [[1225]]<ref>Friedrich Hirth & W.W.Rockhill, 1911, ''Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi, St Petersburg.</ref> disebutkan bahwa negeri San-fo-tsi memiliki 15 daerah bawahan, yaitu ''Che-lan'' ([[Kamboja]]), ''Kia-lo-hi'' (Grahi, Ch'ai-ya atau [[Chaiya]] selatan [[Thailand]] sekarang), ''Tan-ma-ling'' ([[Tambralingga]], selatan [[Thailand]]), ''Ling-ya-si-kia'' ([[Langkasuka]], selatan Thailand), ''Ki-lan-tan'' ([[Kelantan]]), ''Ji-lo-t'ing'' ([[Cherating]], pantai timur semenanjung malaya), ''Tong-ya-nong'' ([[Terengganu]]), ''Fo-lo-an'' (muara sungai [[Dungun]], daerah Terengganu sekarang), ''Tsien-mai'' ([[Semawe]], pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a ([[Sungai Paka]], pantai timur semenanjung malaya), ''Pong-fong'' ([[Pahang]]), ''Lan-mu-li'' ([[Lamuri]], daerah [[Aceh]] sekarang), ''Kien-pi'' ([[Jambi]]), ''Pa-lin-fong'' ([[Palembang]]), ''Sin-to'' ([[Kerajaan Sunda|Sunda]]), dan dengan demikian, wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai SundaJawa bagian barat.
 
=== San-fo-tsi ===
Istilah ''San-fo-tsi'' pada zaman [[Dinasti Song]] sekitar tahun [[990]]–an, identik dengan [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]]. Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun [[1025]], istilah San-fo-tsi masih tetap dipakai dalam naskah-naskah [[kronik Cina]] untuk menyebut [[pulau Sumatra]] secara umum. Apabila San-fo-tsi masih dianggap identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan dengan [[prasasti Tanjore]] tahun [[1030]], bahwa saat itu Sriwijaya telah kehilangan kekuasaannya atas Sumatera dan Semenanjung Malaya. Walaupun kronik Cina mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan utusan.<ref name="Munoz">Paul Michel Munoz, 2006, ''Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula''.</ref>
 
Dalam berita Cina yang berjudul ''Sung Hui Yao'' disebutkan bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun [[1082]] mengirim duta besar ke [[Cina]] yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja ''Kien-pi'' ([[jambiJambi]]) bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.
 
Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan ''Ma-la-yu'' ataupun nama lain yang mirip dengan Dharmasraya.
Baris 64:
 
=== Ekspedisi Pamalayu ===
Dalam ''Kidung Panji Wijayakrama'' dan [[Pararaton]] menyebutkan pada tahun 1275, [[Kertanagara]] mengirimkan utusan dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan nama [[Ekspedisi Pamalayu]] yang dipimpin oleh [[Mahisa Anabrang]] atau [[Kebo Anabrang]],. kemudianKemudian ditahun 1286 Kertanagara kembali mengirimkan utusan untuk mengantarkan ''Arca Amoghapasa'' yang kemudian dipahatkan pada [[Prasasti Padang Roco]] di Dharmasraya ibukota ''bhumi malayu'', sebagai hadiah dari kerajaanKerajaan [[Singhasari]]. dan timTim ini kembali ke pulauPulau Jawa pada tahun 1293 sekaligus membawa dua orang putri dari [[Kerajaan Melayu]] yakniyang bernama [[Dara Petak]] dan [[Dara Jingga]]. Kemudian ''Dara Petak'' dinikahkan oleh [[Raden Wijaya]] yang telah menjadi raja [[Majapahit]] penganti Singhasari, dan pernikahan ini melahirkan [[Jayanagara]], raja kedua Majapahit. Sedangkan ''Dara Jingga'' dinikahkan dengan ''sira alaki dewa'' ( orang yang bergelar dewa) dan kemudian melahirkan ''Tuan Janaka'' atau ''Mantrolot Warmadewa'' yang identik dengan [[Adityawarman]],<ref name="Berg">C.C. Berg, (1985), ''Penulisan Sejarah Jawa'', (terj.), Jakarta: Bhratara.</ref> dan kelak menjadi ''Tuan Surawasa'' ([[Suruaso, Tanjung Emas, Tanah Datar|Suruaso]]) berdasarkan [[Prasasti Batusangkar]] di pedalaman Minangkabau.<ref>Reichle, N., (2007), Violence and serenity: late Buddhist sculpture from Indonesia. University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2924-7.</ref>
 
== Penaklukan Majapahit ==
[[Kakawin Nagarakretagama]] yang ditulis tahun [[1365]] menyebut ''Negeribhumi Melayumelayu'' sebagai salah satu di antara sekian banyak negeri jajahan [[Kerajaan Majapahit]].<ref name="Hendrik Kern, Nāgarakṛtāgama">{{cite book | first=Hendrik | last=Kern | coauthors= | title=H. Kern: deel. De Nāgarakṛtāgama, slot. Spraakkunst van het Oudjavaansch |publisher=M. Nijhoff | year=1918 | isbn= |pages='''265-275''' |chapter='''VI'''}}</ref> Namun interpretasi isi yang menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkanmengantarkan upeti ini masih kontroversial, sehingga dipertentangkan sampai hari ini. Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai ''uparaja'' atau raja bawahan Majapahit, sekaligus melakukan beberapa penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang<ref name="Muljana"/>. ''Kidung Pamacangah'' dan ''Babad Arya Tabanan'' menyebut nama '''Arya Damar''' sebagai ''Bupatibupati Palembang'' yang berjasa membantu [[Gajah Mada]] menaklukkan Bali pada tahun 1343<ref>Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria, 1996, ''Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan'', Denpasar: Upada Sastra.</ref>. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman<ref name="Berg" />.
 
== Dari Dharmasraya ke Malayapura ==
Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, pada tahun [[1347]] tahun masehi atau [[1267]] tahun saka, '''Adityawarman''' memproklamirkan dirinya sebagai ''Maharajadiraja'' dengan gelar ''Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa'' dan menamakan kerajaannya dengan nama ''[[Malayapura]]''.<ref>Kern, J.H.C., (1907), ''De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka'', Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.</ref> dan kerajaanKerajaan ini merupakan kelanjutan dari ''Kerajaan Melayu'' sebelumnya, dan memindahkan ibukotanya dari [[Kabupaten Dharmasraya|Dharmasraya]] ke daerah pedalaman [[Orang Minang|Minangkabau]] (Pagaruyung atau Suruaso)<ref>Casparis, J. G. de., (1992), ''Kerajaan Malayu dan Adityawarman'', Seminar Sejarah Malayu Kuno, Jambi, 7-8 Desember 1992, Jambi: Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jambi, hlm. 235-256.</ref>. Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, ''Mauli'' merujuk garis keturunannya kepada ''Bangsabangsa Mauli'' penguasa Dharmasraya, dan gelar ''Sri Udayadityavarman'' pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah ''Rajendra'' nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi.
 
Walaupun ibukota kerajaan [[Melayu]] telah dipindahkah ke daerah pedalaman, di Dharmasraya tetap dipimpin oleh seorang ''Maharaja Dharmasraya''. tetapiTetapi statusnya berubah menjadi ''raja bawahan'', sebagaimana tersebut pada [[Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah]] di [[Kerinci]] yang diperkirakan ditulis pada zaman Adityawarman<ref> Kozok, Uli, (2006), ''Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua'', Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-603-6.</ref>.
 
== Daftar Raja Dharmasraya ==