Benteng De Kock: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Indah blestari (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Indah blestari (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Fort de kock 1825.jpg|thumb|right|220px|Benteng Fort de Kock 1825]]
 
'''Fort de Kock''' adalah [[benteng]] peninggalan [[Belanda]] yang berdiri di [[Kota Bukittinggi]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Fort de Kock juga nama lama Bukittinggi.
 
Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun [[1825]] pada masa Baron [[Hendrik Markus De Kock]] sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya [[Perang Paderi]] pada tahun 1821-1837. Disekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama ''Fort de Kock'', kini Bukittinggi.<ref>{{cite web |url=http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2436:menyisiri-sejarah-di-benteng-fort-de-kock&catid=39:lancong&Itemid=153 | title=Menyisiri Sejarah di Benteng Fort de Kock |date=4 March 2012}}</ref>
Benteng ini dibangun semasa [[Perang Paderi]] pada tahun [[1825]] oleh Kapten Bauer di atas [[Bukit Jirek]] dan awalnya dinamai ''Sterrenschans''. Kemudian, namanya diubah menjadi ''Fort de Kock'', menurut [[Hendrik Merkus de Kock]], tokoh militer Belanda.
 
==Sejarah Pendirian==
Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama ''Fort de Kock'', kini Bukittinggi.<ref>{{cite web |url=http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2436:menyisiri-sejarah-di-benteng-fort-de-kock&catid=39:lancong&Itemid=153 | title=Menyisiri Sejarah di Benteng Fort de Kock |date=4 March 2012}}</ref>
Benteng Fort de Kock digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya [[Perang Paderi]] pada tahun 1821-1837 .Semasa pemerintahan Be­lan­da, Bukittinggi dijadikan sebagai salah satu pusat peme­rintahan, kota ini disebut sebagai ''Gemetelyk Resort'' pada tahun 1828. Sejak tahun 1825 pemerintah koloial Belan­da telah mendirikan sebuah benteng di kota ini sebagai tempat pertahanan, yang hingga kini para wisatawan dapat melihat langsung benteng tersebut yaitu Fort de Kock. Selain itu, kota ini tak hanya dijadikan sebagai pusat peme­rintahan dan tempat pertahanan bagi pemerintah kolonial Belanda, namun juga dijadikan sebagai tempat peristirahatan para opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya.
 
Semasa pemerintahan Be­lan­da, Bukittinggi dijadikan sebagai salah satu pusat peme­rintahan, kota ini disebut sebagai Gemetelyk Resort pada tahun 1828. Sejak tahun 1825 pemerintah koloial Belan­da telah mendirikan sebuah benteng di kota ini sebagai tempat pertahanan, yang hingga kini para wisatawan dapat melihat langsung benteng tersebut yaitu Fort de Kock. Selain itu, kota ini tak hanya dijadikan sebagai pusat peme­rintahan dan tempat pertahanan bagi pemerintah kolonial Belanda, namun juga dijadikan sebagai tempat peristirahatan para opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya.
 
Fort de Kock juga diba­ngun sebagai lambang bahwa Kolonial Belanda telah berhasil menduduki daerah di Sumatera Barat. Benteng tersebut meru­pakan tanda penjajahan dan perluasan kekuasaan Belanda terhadap Bukittinggi, Agam, dan Pasaman. Belanda memang cerdik untuk menduduki Su­ma­tera Barat, mereka meman­faatkan konflik intern saat itu, yaitu konflik yang terjadi antara kelompok adat dan kelompok agama. Bahkan Belanda sendiri ikut membantu kelompok adat, guna menekan kelompok aga­ma selama Perang Paderi yang berlangsung 1821 hingga tahun 1837.
Baris 15 ⟶ 14:
Setelah membangun di Bukit Jirek, Pemerintah Kolo­nial Belanda pun melanjutkan rencananyamengambil alih beberapa bukit lagi seperti Bukit Sarang Gagak, Bukit Tambun Tulang, Bukit Cubadak Bungkuak, dan Bukit Malam­bung. Di daerah tersebut juga dibangun gedung perkantoran, rumah dinas pemerintah, kom­pleks pemakaman, pasar, sarana transportasi, sekolah juga tempat rekreasi. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Kolonial Belanda tersebut dalam istilah Minangkabau dikenal dengan “tajua nagari ka Bulando” yang berarti Terjual negeri pada Belanda. Di masa itu memang, Kolonial Belanda menguasai 75 persen wilayah dari lima desa yang dijadikan pusat perdagangan.
 
[[Berkas:Benteng Fort de Kock.jpg|thumb|right|Benteng Fort de Kock]]
== Keadaan sekarang ==
Sejak direnovasi pada tahun 2002 lalu oleh pemerintah daerah, Fort de Kock, kawasan benteng Fort de Kock kini berubah menjadi Taman Kota Bukittinggi (''Bukittinggi City Park'') dan Taman Burung Tropis (''Tropical Bird Park'').
Hingga saat ini, Benteng Fort de Kock masih ada sebagai bangunan bercat [[putih]]-[[hijau]] setinggi 20 m. Benteng Fort de Kock dilengkapi dengan [[meriam]] kecil di keempat sudutnya. Kawasan sekitar benteng sudah dipugar oleh pemerintah daerah menjadi sebuah taman dengan banyak pepohonan rindang dan mainan anak-anak.
 
Benteng ini berada di lokasi yang sama dengan [[Kebun Binatang Bukittinggi]] dan [[Museum Rumah Adat Baanjuang]]. Kawasan benteng terletak di bukit sebelah kiri pintu masuk sedangkan kawasan [[kebun binatang]] dan [[museum]] berbentuk [[rumah gadang]] tersebut berada di bukit sebelah kanan. Keduanya dihubungkan oleh [[Jembatan Limpapeh]] yang di bawahnya adalah jalan raya dalam kota Bukit Tinggi. Kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukittinggi di kawasan [[Jam Gadang]], tepatnya di terusan jalan Tuanku nan Renceh.
 
bentengBenteng ini adalah satu dari 2 benteng belanda yang ada di sumatera barat , yang satu lagi terletak di [[Batusangkar]] dengan nama benteng [[Fort Van der Capellen]] karnakarena 2 kota inilah dahulu yang paling susah ditaklukan belanda saat peran paderi.
 
== Catatan Kaki ==