Warna (Hindu): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: gl:Castas (hinduísmo)
Baris 41:
 
== Catatan ==
Catur warna tidak sama dengan empat kasta,Kalau kita amati sejarah Hindu baik zaman Mahabarata maupun sampai Majapahit, Agama Hindu tidak mengenal istilah kasta,yang ada adalah Catur Warna. Bukti-bukti bahwa kasta yang kaku tidak pernah ada dalam Masyarakat Hindu zaman Mahabarata misalnya : Bambang Ekalaya, seorang rakyat biasa, bukan ksatrya bisa menjadi Ksatrya. Radeya, anak kusir kereta(sudra) bisa menjadi adipati(ksatrya) dengan proses belajar. Kresna,anak gembala sapi(Wesya),bisa menjadi Raja, Krisna juga disebut Govinda/Gopala yang artinya anak gembala sapi. Narada Muni, anak seorang pembantu rumah tangga/babu(sudra) bisa menjadi Brahmana, bahkan Narada diangkat menjadi penghulu di sorga dengan sebutan Betara Narada, berkat baktinya kepada Narayana. Bahkan,Bagawan Wiyasa (di Jawa disebut Abiyoso), berkulit hitam,hidung lebar,bibir tebal, jelas bukan Ras Arya. Maharesi Wiyasa dianggap "nabi" oleh umat Hindu karena beliaulah yang mengkodifikasi Weda. Setyawati anak nelayan, bisa menjadi permaisuri Raja Hastina.
 
Jaman sampai sebelum Majapahit Runtuh, juga tidak ada kasta yang kaku diJawa contohnya :Ken Arok, seorang tidak berkasta, seorang penyamun, bisa menjadi Raja di Singosari. Damar Wulan, seorang pengangon/penggembala kuda bisa menjadi raja di Majapahit dengan gelar Brawijaya.
 
Jadi kesimpulannya: kasta yang kaku tidak pernah ada dalam masyarakat Hindu di India maupun di Nusantara, baik zaman Mahabarata sampai jatuhnya kerajaan Majapahit.
 
Lantas kenapa di India dan di Bali ada kasta ?,Kalau tidak ada di jaman Mahabarata maupun kerajaan Hindu sampai runtuhnya Majapahit, lalu kapan kasta yang dilekatkan pada agama Hindu mulai ada ?
 
Penulis mencoba meneluisuri kepustakaan maupun mengamati nama-nama orang Bali saat ini.Kesimpulan sementara penulis adalah sebagai berikut:
 
Kasta di India diperkenalkan oleh penakluk-penakluk Arab dan Portugis dan Inggris,karena kebiasaan perbudakan masyarakat Arab maupun perbudakan dalam kitab suci Injil.Orang Arab<Portugis maupun Inggris ingin menerapkan apa yang menjadi kebiasaan di Negerinya, yaitu menerapkan perbudakan kedalam rakyat India yang di Jajahnya.
 
Kasta dilekatkan kedalam Agama Hindu, berkat jasa Max Muller, William Jones dan Herbeith Hope Resley dkk. Max Muller dibayar sangat tinggi untuk setiap lembar terjemahan Weda, sedang Jones mengusulkan pertama kali penggunaan kasta dalam masyarakat India, sementara Risley, administrator Inggris di India mengusulkan untuk menerapkannya dalam bentuk undang-undang kolonial di Inggris.
 
Sedangkan Kasta di Bali ada sekitar abad ke 15, saat majapahit sudah Runtuh. Kasta di Bali seperti yang ada sekarang dibuat oleh Nirarta, seorang pengungsi dari Majapahit yang diangkat menjadi penasehat Dalem Waturenggong. Sebelum kedatangan Nirarta tidak ada nama-nama Ida Bagus,Anak Agung, I Dewa, Cokorde. Bangsawan Bali cukup memakai nama Sri seperti Sri Udayana, Sri Kesari Warmadewa, Sri Ugrasena, Sri Kresna Kepakisan dll. Nirarta mungkin terpengaruh dinamika politik global saat itu, dimana Islam dan Kristen sedang giatnya menyebarkan ajarannya keseluruh dunia. Atas usul Nirarta rakyat Bali di restrukturisasi menjadi kasta-kasta yang disahkan dengan Awig-awig(semacam undang-undang kerajaan oleh Dalem Waturenggong
 
Empat Kasta tidak sama dengan Catur Warna. Catur Warna merupakan empat Tipe pola perilaku,pikiran dan kognisi yang terjadi karena interaksi dinamis triguna( tiga sifat bawaan lahir )dan karma (perilaku/perbuatan)Bagawag (Gita IV.13). Catur Warna lebih tepat diterjemahkan empat Tipe Kepribadian(personality) yang terjadi karena interaksi dinamis satwam,rajas, tamas dan karma.
 
Satwam merupakan sumber kecerdasan, moral dan cahaya, Rajas suber realitas fisik dan sosial, tamas sumber kegelapan, merupakan insting tiap mahluk dan Karma, perbuatan dan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan oleh seseorang(BG.6-8/12-14).
 
Bagawan Gita telah memberikan arahan bagi tiap tiap kepribadian untuk memilih profesi yang sesuai. Seseorang yang memiliki tipe kepribadian Brahmana, di sarankan untuk bekerja yang berkaitan dengan pencerahan, seperti Rohaniawan/pendeta atau menjdi Guru/Acarya. Yang punya tipe kepribadian Ksatrya disarankan bekerja kepada yang memberikan perlindungan masyarakat seperti politisi,Tentara,Bupati/Pemerintahan. Seseorang dengan tipe Kepribadian Wesya disarankan bekerja sebagai pedagang/pengusaha,peternak,pertanian. Sedang tipe Kepribadian Sudra, berprofesi kepada bidang pelayanan (mungkin termasuk dokter,arsitek,artis dan seniman)
 
Bayangkan saja kalau seorang dengan tipe Wesya menjdi pendeta, pasti harga Banten jadi mahal,diundang ceramah agama memasang tarf mahal. atau seorang Wesya menjadi Politisi, ya akibatnya, terjadi jual beli suara,korupsi dan memperjual belikan jabatannya.Buat KTP jadi mahal, ngurus akte mahal dls.
 
Konsep Catur Warna tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, perilakunya ditentukan oleh triguna karma. Martabatnya ditentuka oleh perilakunya sehari-hari, bukan karena profesi atau jabatannya. Mereka yang selalu berbakti kepada Hyang Widhi lah yang akan mencapai Hyang Widhi,mereka yang menyembah roh-roh alam akan mencapai roh alam,mereka yang memuja leluhur akan ada dikalangan leluhurnya, mereka yang menyembah Dewata hasil yang diperolah sementara,yang menyembah Hyang Widhi hasil yang diperolehnya bersifat Abadi.
 
 
{{reflist}}