Pasukan Rasyidin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 44:
Pelindung kepala pasukan Rasyidin meliputi helm bersepuh, ada yang berbentuk bulat dan ada yang berbentuk runcing, mirip dengan helm perak Kekaisaran Sassaniyah. Helm yang berbentuk bulat, disebut juga ‘’Baidah’’ ("Telur"), adalah jenis helm standar Bizantium awal yang terdiri atas dua bagian. Sementara helm lancip merupakan helm dari daerah Asia Tengah yang disebut ‘’Tarikah’’. Pasukan Rasyidin memakai [[Zirah cincin|zirah cincin]] untuk melindungi wajah dan leher, bisa sebagai [[aventail]] dari helm atau sebagai [[koif]] zirah cincin seperti yang dipakai oleh pasukan Romawi-Bizantium sejak abad ke-5. Bagian wajah seringkali ditutup sebagian dengan menggunakan sebagian serban, yang juga berguna untuk melindungi dari angin gurun yang kuat.
 
Pada awalnya, pasukan Rasyidin menggunakan [[Zirah sisik|zirah sisik kulit]] yang diperkuat atau [[zirah lamelar]], yang kedua jenis itu diproduksi di [[Yaman]], Irak, dan di sepanjang [[Teluk Persia]]. Ketika pasukan Rasyidin mulai menaklukan kekaisaran-kekaisaran tetangganya, mereka menjadi lebih suka menggunakan zirah cincin, yang biasanya diperoleh dengan cara mengambil dari musuh sebagai bagian dari [[Rampasan perang|harta rampasan]]. Baju zirah ini dikenal sebagai ''Dir'' dan terbuka sebagian di bawah dada. Supaya tidak karatan, baju zirah itu secara rutin dipoles dan disimpan dalam cairan campuran pasir dan minyak.<ref>Nicolle, ''Yarmouk 636, Conquest of Syria by David Nicolle''</ref>
Prajurit infantri mengenakan lebih banyak baju zirah daripada prajurit berkuda.
Disebutkan juga bahwa ada prajurit yang mengenakan dua lapis baju zirah (dir’ayn), lapisan yang kedua biasanya lebhh pendek dan seringkali dibuat dari kain atau kulit.
Baris 63:
 
[[Berkas:Muslim soldiers.jpg|200px|right|thumb|Ilustrasi beberapa unit prajurit Muslim.]]
Gaji dibayarkan pada awal bulan [[Muharram]], sedangkan [[tunjangan]] diberikan pada musim panen. Pasukan Rasyidin biasanya diberikan gaji berupa uang. Berlawanan dengan negara-negara di [[Eropa]] pasca-Romawi, pemberitan tanah, atau hak untuk mengumpulkan pajak secara langsung dari pembayar, tidak dianggap begitu penting. Konsekuensi penting dari hal ini adalah bahwa pasukan secara langsung bergantung pada negara untuk memperoleh nafkah, yang berarti bahwa militer harus mengendalikan peralatan negara.<ref name=K59>Kennedy, ''The Armies of the Caliphs'', hlm. 59.</ref> Promosi dalam pasukan dilakukan berdasarkan lama masa tugas atau jasa yang istimewa. Perwira dipilih berdasarkan penunjukkan dan bukan merupakan suatu tingkat jabatan. Perwira ditugaskan untuk memimpin suatu pertempuran atau kampanye militer. Setelah operasi militer selesai, seorang perwira bisa saja dikembalikan ke pangkatnya yang sebelumnya.
 
Izin cuti diberikan kepada pasukan secara berkala. Pasukan yang ditempatkan di daerah yang jauh boleh mengambil cuti setelah bertugas selama empat bulan. Tiap korps pasukan ditemani oleh seorang petugas perbendaharaan, [[akuntan]], [[kadi]], dan sejumlah [[penerjemah]] selain juga beberapa orang [[dokter]] dan [[ahli bedah]]. Ekspedisi dilakukan berdasarkan keadaan wilayah dan musim. Ekspedisi di negara yang dingin dilakukan pada musim panas, dan ekspedisi di negara yang panas dilakukan pada musim dingin. Pada musim semi, pasukan biasanya dikirim ke daerah yang memiliki iklim yang menyegarkan serta padang rumput yang bagus. Berdasarkan perintah, setiap prajurit diharuskan untuk membawa serta beberapa benda untuk keperluan pribadi. Benda-benda ini meliputi [[Jarum jahit|jarum]], [[kapas]], [[benang]], [[gunting]], dan kantung makanan. Khalifah Umar bin Khattab memberikan penekanan khusus kepara para prajuritnya bahwa mereka harus menguasai tiga keahlian, yaitu [[berkuda]], [[Panahan|memanah]], dan [[berenang]].
Baris 103:
 
== Strategi ==
Strategi dasar dalam pasukan Muslim awal untuk menaklukan musuh-musuhnya adalah dengan cara memanfaatkan segala kelemahan dan kekurangan yang dimiliki oleh lawannya dengan tujuan memperoleh kemenangan dengan mengurangi kerugian sampai seminimal mungkin. Ini karena dalam hal kualitas dan kekuatan, pasukan Rasyidin pada awalnya masih berada di bawah [[Pasukan Sassaniyah|pasukan Persia Sassaniyah]] maupun [[pasukan Bizantium]]. [[Khalid bin Walid]], jenderal Muslim pertama dalam [[Kekhalifahan Rasyidin]] yang menaklukan daerah asing, selama kampanye militernya melawan [[Kekaisaran Sassaniyah|Kekaisaran Persia Sassaniyah]] (''Irak 633 - 634'') dan [[Kekaisaran Bizantium]] (''Suriah 634 - 638'') mengembangkan siasat brilian yang dia gunakan secara efektif baik dalam melawan pasukan Sassaniyah maupun pasukan Bizantium. Kelemahan utama pasukan Sassaniyah dan Bizantium adalah bahwa mereka kurang dalam hal mobilitas.<ref name="I. Akram 1970">A. I. Akram, (1970). ''The Sword of Allah: Khalid bin al-Waleed, His Life and Campaigns. National Publishing House, Rawalpindi. ISBN 0-7101-0104-X''.</ref> Khalid bin Walid memutuskan untuk menggunakan mobilitas pasukan Rasyidin untuk memanfaatkan kelemahan dalam pasukan Sassaniyah dan pasukan Bizantium. Meskipun hanya sebagian unit dalam pasukan Rasyidin yang merupakan pasukan [[kavaleri]] murni, namun keseluruhan pasukan menggunakan [[unta]] ketika melakukan pergerakan. Khalid bin Walid, dan para jenderal Muslim setelahnya, juga berhasil memanfaatkan para prajurit Muslim yang memiliki kemampuan bertarung dan bertempur dengan kualitas yang sangat baik, ini terutama karena sebagian besar prajurit dalam pasukan Rasyidin merupakan [[Suku Badui (Arab)|suku Badui]] yang ahli dalam menggunakan pedang ataupun senjata lainnya.
 
[[Berkas:Khaled-binwalid-tomb2.jpg|200px|rightt|thumb|Makam [[Khalid bin Walid]] di [[Homs]], [[Suriah]]. Khalid bin Walid merupakan jenderal tersukes yang pernah memimpin pasukan Rasyidin.]]
Pasukan [[kavaleri ringan]] Muslim pada masa-masa akhir [[penaklukan Muslim di Suriah|penaklukan Islam di Levant]] menjadi bagian paling kuat dalam pasukan Rasyidin. Penggunaan terbaik dari kavaleri bergerak cepat yang berzirah ringan ini terjadi pada [[Pertempuran Yarmuk]] (636 M) yang ketika itu Khalid bin Walid, yang mengetahui kegunaan dan kemampuan kavalerinya, mengerahkan pasukan kavaleri itu untuk memutarbalikkan keadaan pada setiap kondisi kritis dalam pertempuran. Ini dapat dilakukan karena pasukan kavaleri Rasyidin memiliki kemampuan untuk mundur dan maju dan memutar balik dan menyerang lagi dari sayap ataupun dari belakang, dan semua manuver itu dapat dilakukan dengan cepat. Resimen kavaleri yang kuat dibentuk oleh Khalid bin Walid yang meliputi para veteran dalam [[Penaklukan Islam di Persia|kampanye Irak]] dan [[Penaklukan Muslim di Suriah|Suriah]]. Para sejarawan Muslim awal menamainya '''mutaharrik tulaiha''' ( متحرك طليعة ), atau ''pengawal berkuda''. Unit ini dikerahkan sebagai garda terdepan dan berperang sebagai suatu pasukan penyerang yang kuat untuk memukul mundur pasukan musuh. Unit ini memiliki mobilitas yang sangat tinggi sehingga memperoleh keunggulan ketika bermanuver melawan pasukan musuh, misalnya paskan Bizantium. Dengan pasukan penyerang berkuda ini, pasukan Rasyidin berhasil menaklukan Suriah dengan cukup mudah.<ref>Muir, ''Annals of the Early Caliphate By William Muir''.</ref>
 
Strategi terkenal lainnya yang dikembangkan oleh Khalid bin Walid, dan kemudian diikuti oleh para jenderal lainnya, yaitu bahwa pasukan Rasyidin tidak boleh bergerak terlalu jauh dari gurun ketika ada pasukan musuh dalam jarak serang dari bagian belakangnya. Gagasannya adalah untuk melakukan pertempuran di dekat gurun, dengan jalur kabur yang aman jika seandainya pasukan Rasyidin dikalahkan.<ref>Tabari: Vol: 2, page no: 560.</ref> Daerah [[gurun]] bagi pasukan Rasyidin merupakan suatu daerah yang sangat aman karena pasukan Sassaniyah ataupun pasukan Bizantium tidak akan terlalu berani menjelajahi gurun. Selain itu, di gurun, pasukan Rasyidin, yang menggunakan unta, dapat bergerak dengan mudah, depat, dan bebas ke tujuan manapun yang mereka inginkan. Menggunakan strategi yang sama selama penaklukan Irak dan Suriah, Khalid Bin Walid tidak mengerahkan pasukannya terlalu jauh ke Irak maupun Suriah sampai pasukan musuh tak lagi memiliki kemampuan untuk mengancam jalur pasukan Rasyidin menuju gurun. Alasan lainnya kenapa pasukan Rasyidin selalu berusaha memiliki jalur menuju gurun adalah karena itu memudahkan komunikasi dan pengerahan pasukan bantuan.
Baris 252:
| quote =
}}
*{{cite book
| last = Nicolle
| first = David
| authorlink =
| coauthors =
| editor =
| others =
| title = Yarmouk, 636AD: The Muslim Conquest of Syria
| origdate =
| origyear =
| origmonth =
| url =
| format =
| accessdate =
| accessyear =
| accessmonth =
| edition =
| date =
| year = 1994
| month =
| publisher = Osprey Publishing
| location = Oxford
| language =
| id = ISBN 978-1855324145
| doi =
| pages =
| chapter =
| chapterurl =
| quote =
}}
*{{cite book
| last = Akram
| first = A.I.
| authorlink =
| coauthors =
| editor =
| others =
| title =
| origdate =
| origyear =
| origmonth =
| url =
| format =
| accessdate =
| accessyear =
| accessmonth =
| edition =
| date =
| year = 1970
| month =
| publisher = National Publishing House
| location = Rawalpindi
| language =
| id = ISBN 0-7101-0104-X.
| doi =
| pages =
| chapter =
| chapterurl =
| quote =
}}
*{{cite book
| last = Muir
| first = Sir William
| authorlink =
| coauthors =
| editor =
| others =
| title = Annals of the Early Caliphate: From Original Sources
| origdate =
| origyear =
| origmonth =
| url =
| format =
| accessdate =
| accessyear =
| accessmonth =
| edition =
| date =
| year = 1883
| month =
| publisher = Cornell University Library
| location = New York
| language =
| id = ISBN 978-1112045073
| doi =
| pages =
| chapter =
| chapterurl =
| quote =
}}
 
== Pranala luar ==
*{{en}} [http://www.iranchamber.com/history/islamic_conquest/islamic_conquest.php History of Iran: Islamic Conquest]