Prasasti Raja Sankhara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
Gunkarta (bicara | kontrib)
Baris 7:
Di dalam buku Sejarah Nasional Indonesia disebutkan bahwa raja Sankhara disamakan dengan [[Rakai Panangkaran]]. Oleh [[Poerbatjaraka]] Panamkaran disamakan dengan Panaraban dalam Carita Parahyangan. Isi prasasti Raja Sankhara ini secara garis besar sesuai benar dengan kisah dalam [[Carita Parahyangan]] di mana disebutkan bahwa Raja Sanjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban (Rakai Temperan) untuk berpindah agama, karena agama yang dianutnya ditakuti oleh semua orang. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunannya itu ialah raja-raja dari wangsa Sailendra, asli Nusantara, yang semula menganut agama Siwa, tetapi sejak Panamkaran berpindah agama menjadi penganut agama Buddha Mahayana.<ref>Poerbatjaraka (1975:25-38)</ref>
 
Isi prasasti Raja Sankhara juga sesuai dengan [[Prasasti Sojomerto]] yang kini disimpan di lokasi penemuannya di [[Pekalongan]] menyebutkan tentang Dapunta Sailendra yang dianggap sebagai cikal bakalnya dinasti Sailendra. Baik prasasti Sojomerto ataupun prasasti Raja Sankhara, ditambah penafsiran atas naskah Carita Parahyangan, mendukung teori bahwa Sailendra adalah wangsa tunggal yang merupakan keluarga penguasa asli Nusantara yang menggunakan bahasa Melayu kuno sebagai bahasa seharí-harinya seperti tertulis dalam prasasti-prasasti Sailendra. Temuan-temuan ini sekaligus membantah teori populer mengenai dua wangsa beda agama; Sailendra yang Buddha dan Sanjaya yang Hindu, yang diajukan Bosch dan de Casparis.<ref name="Bambang"/> Karena menurut prasasti Sojomerto dan Raja Sankhara, Sanjaya dan keturunannya adalah anggota wangsa Sailendra, dan wangsa ini sebelumnya adalah pemuja Siwa, sebelum akhirnya Panangkaran berpindah keyakinan menjadi Buddha Mahayana.
 
== Referensi ==