Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 9:
Memasuki abad ke-19, kekristenan di [[Amerika]] terutama bercorak Protestan.<ref name="Aritonang"/> Abad ke-19 juga merupakan masa ekspansi geografis dari bangsa [[Amerika]] yang baru terbentuk itu, bersamaan dengan ekspansi gereja-gereja mereka dimana ekpansi ke arah barat dan selatan diintensifkan dan hal ini berhasil dilakukan.<ref name="Aritonang"/> Keberhasilan ini melahirkan optimisme besar yang biasanya diberi cap keagamaan bahwa mereka memahami diri sebagai bangsa pilihan [[Allah]] dan memandang benua Amerika sebagai tanah perjanjian atau Yerusalem baru. <ref name="Aritonang"/> Kebangkitan semangat nasionalisme ini dimateraikan dengan semboyan religius bahwa Kerajaan seribu tahun ([[Kerajaan Allah]]) sudah berlangsung di Amerika dan Yesus akan datang untuk kedua kalinya pada akhir masa seribu tahun itu. <ref name="Aritonang">{{id}}Jan Sihar Aritonang. 2009. Berbagai Aliran-aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 292-358.</ref>
 
Keadaan ini pun membuat gereja Mormon muncul pada suasana dan iklim keagaamaan di wilayah timur-laut AS. <ref name="Aritonang"/> Kebangunan Besar gelombang pertama yang dimulai pada tahun 18701770-an ini berlanjut dengan serangkaian kebangunan rohani sehingga pada waktu itu semangat dan mutu kehidupan rohani dapat dikatakan sangat merosot.<ref name="Aritonang"/>. Revolusi dan perang kemerdekaan yang berpuncak pada tahun 1770-an dan 80-an, namun berlanjut hingga tahun 1810, telah mengakibatkan kehidupan beragama berada pada titik terendah di sepanjang sejarah bangsa itu.<ref name="Aritonang"/> Pada masa itu tidak dianggap aneh atau saling bertentangan bila masyarakat di satu pihak menganut ajaran gereja dan di pihak lain menganut ilmu magic dan okultisme. <ref name="Aritonang"/>
 
Sebagai respons terhadap keadaan ini, sejak 1820-an berlangsunglah Kebangunan besar Gelombang kedua, dengan tokoh-tokoh antara lain: Charles G. Finey dan Alexander Campbell.<ref name="Aritonang"/> Semangat menginjili ke dalam dan ke luar negeri pun dilakukan. <ref name="Aritonang"/> Para pengkhotbah dari bermacam-macam gereja atau aliran pun berlomba-lomba untuk mentobatkan atau mentobatkan kembali masyarakat, termasuk dengan cara membanjiri mereka dengan [[Alkitab]], traktat dan majalah. <ref name="Aritonang"/> Hal ini kemudian menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang ingin diinjili, termasuk [[Joseph Smith]]. <ref name="Aritonang"/>