Jaipongan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
←Membatalkan revisi 5137814 oleh 118.96.104.40 (Bicara) POV
Gunkarta (bicara | kontrib)
tata bahasa
Baris 1:
{{Musik Indonesia}}
[[Berkas:Jaipongan.jpg|thumb|240px|Jaipongan]]
'''Jaipongan''' adalah sebuah jenis [[Tarian Indonesia|tari pergaulan]] tradisional [[orang Sunda|masyarakat Sunda]], [[Jawa Barat]], yang cukup populer di [[Indonesia]].
'''Jaipongan''' adalah sebuah genre [[seni tari]] yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal [[Bandung]], [[Gugum Gumbira]]. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah [[Ketuk Tilu]] menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada [[Kliningan]]/[[Bajidoran]] atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak ''bukaan'', ''pencugan'', ''nibakeun'' dan beberapa ragam gerak ''mincid'' dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama '''Jaipongan'''.
 
== Sejarah ==
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di [[Jawa Barat]] misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari ''Ball Room'', yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan [[ronggeng]] dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat [[orang Sunda|Sunda]], diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun [[1916]]. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi [[rebab]], [[kendang]], dua buah [[kulanter]], tiga buah [[ketuk]], dan [[gong]]. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
'''Jaipongan'''Tari adalahini sebuahdiciptakan genreoleh seorang seniman asal [[seniBandung]], tari[[Gugum Gumbira]], dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang lahirdigali dari kreativitaskekayaan seorangseni senimantradisi asalrakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat. Meskipun termasuk seni tari kreasi yang relatif baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang sudah berkembang sebelumnya, seperti [[BandungKetuk Tilu]], [[GugumKliningan]], Gumbiraserta [[Ronggeng]]. PerhatiannyaPerhatian Gumbira pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah [[Ketuk Tilu]] menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada [[Kliningan]]/[[Bajidoran]] atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak ''bukaan'', ''pencugan'', ''nibakeun'' dan beberapa ragam gerak ''mincid'' dari beberapa kesenian di atas cukup memilikimenjadi inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama '''Jaipongan'''jaipongan.
 
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentukterbentuknya tari pergaulan ini. Di kawasan perkotaan [[Jawa BaratPriangan]] misalnya, pada masyarakat elite, tari pergaulan merupakandipengaruhi pengaruh daridansa ''Ball Room'' dari Barat. Sementara pada kesenian rakyat, yangtari biasanyapergaulan dalamdipengaruhi tradisi lokal. pertunjukanPertunjukan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas dari keberadaan [[ronggeng]] dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaulbergaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat [[orang Sunda|Sunda]], diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun [[1916]]. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi [[rebab]], [[kendang]], dua buah [[kulanter]], tiga buah [[ketuk]], dan [[gong]]. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/[[Doger]]/[[Tayub]]) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat ([[Karawang]], [[Bekasi]], [[Purwakarta]], [[Indramayu]], dan [[Subang]]) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam [[Topeng Banjet]] cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan [[Pencak Silat]].