Sejarah Paser: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Di tahun +Pada tahun)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-sholat +salat)
Baris 252:
Pembagian ini menurut Haji Aji Padang Sarjan, Haji Sardani Usman, et al, menjadi 6 wilayah. Penulisan 6 wilayah ini mengingat silsilah yang dibuat Aji Norman UK, justru ada 8, yang disebutnya, dengan raja raja kecil, yang berkembang dan hanya tercatat sejak tahun 1805. Dan menyebutkan tahun 1890 sudah ada raja Selan (Samuntai). Kemungkinan sejak awal wilayah ini sudah ada mengingat letak selang cukup strategis menghubungkan pusat wilayah dengan pendalaman.<ref>Haji Aji Padang Arjan, Haji Sardani Usman, et al, Op cit hlm 17</ref>
Segenap kepala wilayah diperintah oleh Sultan Aji Muhammad Alamsyah, untuk membangun masjid di ibu negeri. Fungsi Masjid antara lain:
* Sebagai tempat sholatsalat berjamaah dan mengkaji ilmu agama Islam serta pengetahuan umum.
* Sebagai wadah untuk mendekatkan rakyat dengan raja (pemerintahan).
* Sebagal tempat bagi raja untuk menerima dan mengetahui keadaan kehidupan dan penghidupan rakyat.<ref>A.S. Assegaff Ibid hlm.87</ref>
Baris 265:
==== Sultan Aji Sepuh Alamsyah ====
 
Setelah Sultan Aji Muhammad Alamsyah wafat. Majelis Adat dan Alim Ulama Kesultanan Paser di gunung sehari, kemudian memilih penggantinya. Aji Dipati Pangeran Sukma Ningrat bin Aji Duo (Penemban Adam) untuk penggantinya. Aji Dipati meminta restu ibunya, Dayang Cengal, si Ibu kemudian sholatsalat istikharah, hasil sholatsalat mengisyaratkan beban berat batinnya menyertai si anak Aji Dipati, peristiwa tragis yang menimpa si suami, meninggalkan rasa trauma yang mendalam. Mendengar pendapat si Ibu, Aji akhirnya memutuskan untuk tidak menerima pengangkatan dirinya menjadi sultan. Melalui sepucuk surat. Aji Dipati mengucapkan terima kasih kepada majelis Adat dan Alim Ulama yang memilih dirinya, karena tidak dapat nemenuhi permintaan Majelis Adat dan Alim Ulama untuk dinobatkan sebagai Sultan Paser di gunung sehari, menyarankan agar Majelis Adat dan Alim Ulama untuk mengangkat Aji Ngara bin Aji Muhammad Alamsyah sebagai Sultan Paser. Dan bersyukur dipercayakan sebagai kepala Wilayah Pumuken.<ref>A.S Assegaff, Ibid him 88-89. Haji Aji Padang Sarjan,Haji Sardani Usman, et.al. Ibid hlm 20. Aji Aqub, Op cit hlm 18</ref>
 
Menyikapi surat Aji Dipati, Majelis Adat dan Alim Ulama Kesultanan Paser, memutuskan dengan mufakat untuk mengukuhkan Aji Ngara bin Aji Muhammad Alamsyah sebagai Sultan Paser, dengan gelar Sultan Sepuh Alamsyah, memerintah tahun 1150-1181 Hijriyah atau 1738-1763 Masehi.
Baris 292:
Setelah wafatnya Sultan Aji Sepuh Alamsyah, diganti oleh Aji Dipati bin Penemban Adam. Dengan gelar: Sultan Aji Dipati Anom Alamsyah, memerintah tahun 1181 - 1213 Hijriyah atau 1768 - 1779 Masehi. Sultan ini menerima putusan Majelis Adat dan Alim Ulama menggantikan Sultan Aji Sepuh Alamsyah, karena ibunya Diang Cengal telah meninggal dunia, sebelumnya tahun 1738 Masehi, menolak menjadi Sultan saat itu perlu merawat si Ibu yang sudah tua (Vr, Aji Aqub menggambarkan Aji Dipati Anom Alamsyah sebagai tokoh yang tidak puas atas pengangkatan Aji Ngara, nama asli. Aji Selumuh bergelar Pangeran Raka, dia memberontak Rantau Manggaris banjir darah, Pangeran ini kalah, dan ditolong Kiai Mas Muda dan dibawa ke muara Suatang. Dan tunduk kepada Sultan Sepuh.<ref>OP cit hlm 18</ref>
 
Sultan Aji Dipati memerintah dalam usia tua, kehidupan sebagai Sultan dijalankan dengan sederhana kegiatan rutin menghadiri sholatsalat di masjid sambil memberikan berbagai petuah keagamaan. Aktivitas pemerintahan banyak dijalankan oleh wajirnya Aji Panji bin Ratu Agung mantan kepala wilayah Lempesu.
 
==== Sultan Sulaiman Alamsyah ====