Dataran Kewu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
k Dataran Kewu
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di abad +pada abad)
Baris 2:
'''Dataran Kewu''' atau lazim pula disebut '''Dataran Prambanan''' adalah dataran vulkanik subur yang membentang antara lereng [[Gunung Merapi]] di utara dan dataran rendah Bantul serta jajaran pegunungan kapur Sewu di selatan; antara lembah sungai [[Bengawan Solo]] di timur dan perbukitan Menoreh serta sungai Progo di barat, dan dibatasi oleh [[Dataran Kedu]] di sisi baratlautnya. Dataran ini kini masuk dalam wilayah [[Kabupaten Sleman]] [[Yogyakarta]] serta [[Kabupaten Klaten]] dan Solo, [[Jawa Tengah]].
 
Berdasarkan catatan sejarah, kawasan ini dikenal dengan nama '''''Mataram''''', dan menjadi pusat pemerintahan pada periode [[Kerajaan Medang|Medang i Bhumi Mataram]] pada kurun abad ke-8 hingga ke-10 M, dan kemudian pada periode [[Kesultanan Mataram]] dipada abad ke-16 M. Selama lebih dari seribu tahun kawasan ini berperan penting dalam sejarah dan kebudayaan Jawa, karena memiliki banyak peninggalan sejarah yang sangat penting. Jika setiap candi dihitung cacah, maka periode Jawa Tengah abad ke-9 telah menghasilkan ribuan candi-candi yang tersebar dari [[Dataran Tinggi Dieng]], [[Dataran Kedu]], hingga Dataran Prambanan.<ref>Pameran Candi Prambanan dan Candi Sewu: Menjaga Warisan Umat Manusia, 15-24 Januari 2010, Bentara Budaya Jakarta 2010</ref>
 
Selain kompleks Lara Jonggrang, dataran, lembah, dan jajaran perbukitan di sekitar Prambanan merupakan lokasi dari banyak [[Candi]] Hindu-Buddha awal dalam sejarah Indonesia. Tidak jauh di sebelah utara Prambanan terdapat reruntuhan candi Lumbung, Bubrah, dan [[Candi Sewu]]. Lebih jauh ke timur terdapat kompleks [[Candi Plaosan]]. Di barat terdapat [[Candi Kalasan]] dan [[Candi Sari]]. Sementara di atas perbukitan di selatan terdapat kompleks [[Situs Ratu Baka]]. Kawasan ini amat kaya akan peninggalan bersejarah. Dengan telah ditemukannya banyak situs arkeologi yang hanya berjarak beberapa kilometer — bahkan ada beberapa situs yang berjarak kurang dari satu kilometer satu sama lain — maka disimpulkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat kehidupan politik, keagamaan, dan sosial, serta merupakan kawasan urban penting dalam sejarah peradaban di Indonesia. Meskipun berskala lebih kecil, dalam banyak hal kawasan ini dapat dibandingkan dengan situs arkeologi kota [[Angkor]] di [[Kamboja]].