Nara, Nara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TXiKiBoT (bicara | kontrib)
k r2.7.2) (bot Menambah: eu:Nara
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di masa +pada masa)
Baris 30:
Di wilayah kota bagian barat terdapat sejumlah makam kuno berukuran besar asal abad ke-5. Di antara makam kuno yang terletak di kota Nara adalah [[makam kuno Uwanabe]] yang membentuk gugus makam kuno Saki. Catatan sejarah tahun [[710]] menceritakan kepindahan ibu kota Jepang dari [[Fujiwara-kyō]] ke [[Heian-kyō]] di wilayah kota yang sekarang dikenal sebagai Nara. Setelah itu, ibu kota Jepang mengalami beberapa kali perpindahan hingga akhirnya ibu kota berada [[Nagaoka-kyō]]. Setelah ibu kota pindah ke Nagaoka-kyō, kuil [[Tōdai-ji]] dan [[Kōfuku-ji]] di Nara tetap merupakan kekuatan politik yang berpengaruh, sehingga Nara disebut sebagai ibu kota selatan (Nantō).
 
Memasuki abad pertengahan, kuil Kōfuku-ji ditunjuk sebagai penjaga wilayah (''shugo'') [[Provinsi Yamato]]. Pada waktu itu, kuil Buddha dan Shinto di Nara memiliki tanah yang luas dalam sistem tuan tanah feodal, dan bertahan sebagai kekuatan politik. Dibandingkan dengan perannya dipada masa damai, kuil-kuil di kota Nara justru merupakan kekuatan besar dipada masa perang. Akibatnya, kuil-kuil di kota Nara berkali-kali menjadi sasaran pembakaran. Patung Buddha Agung di Tōdai-ji bahkan sempat hangus terbakar hingga dua kali.
 
Sepanjang [[zaman Muromachi]] hingga [[zaman Sengoku]], kekuatan politik dan militer kuil-kuil di kota Nara berhasil ditekan oleh penguasa militer dari kalangan samurai. Di [[zaman Edo]], Nara dijadikan wilayah kekuasaan langsung [[Keshogunan Tokugawa]]. Hingga sekarang, sisa-sisa peninggalan zaman Edo masih bisa dilihat di wilayah kota bernama [[Naramachi]]. Pada masa itu, bagian timur laut wilayah kota Nara disebut Yagyū-han, karena merupakan wilayah kekuasan (''han'') keluarga Yagyū.