Mahamoggallana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Relly Komaruzaman (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Thijs!bot
Baris 1:
{{rapikan}}
[[Berkas:Moggallana_-_paranibbana.jpg|thumb|250px|Lukisan dinding di sebuah vihara di [[Laos]].]]
'''Moggallana''' ([[bahasa Pali|Pali]]: '''Moggallāna''' ; [[bahasa Sanskerta|SanskertaSansekerta]]: '''Maudgalyayana''' ; [[Hanyu]]: 目連 ''Mulian''; [[Bahasa Jepang|Jepang]]: 目犍連 ''Mokuren''), dikenal juga dengan '''Mahamoggallāna''' atau '''Mahamaudgalyayana''', adalah salah satu murid terdekat [[Siddharta Gautama]] [[Buddha]]. di antara [[Arahat|Arahat-arahat]] terkenal seperti [[Subhuti]], [[Sariputta]] dan [[Mahakasyapa]], ia dianggap sebagai murid terkemuka kedua Sang Buddha, bersama dengan Sariputta.
 
Moggallana merupakan murid Sang Buddha yang memiliki kemampuan tersakti dibandingkan dengan murid-murid lainnya. Kemampuan yang dimiliki termasuk kemampuan membaca pikiran guna mengetahui kebohongan dari kebenaran, keluar dari tubuh fisiknya dan mengunjungi berbagai alam keberadaan, berbicara dengan para arwah dan dewa-dewa. Ia juga dapat melakukan hal-hal seperti berjalan menembus tembok, berjalan di atas air, terbang di udara, dan bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya. <ref> Culatanhasankhaya Sutta </ref>
Baris 6 ⟶ 7:
Berbagai [[Sutta]] dalam [[Tipitaka]] menunjukkan bahwa Moggalla berbicara dengan arwah orang yang telah meninggal guna menjelaskan kepada mereka keadaan mengerikan yang mereka alami dan memberikan pengertian akan kesusahan mereka sendiri, sehingga mereka dapat terbebaskan atau menerima hal tersebut. Moggallana juga dapat menggunakan kemampuan membaca pikiran guna memberikan pendapat yang baik dan sesuai kepada murid-muridnya, sehingga mereka meraih hasil dengan segera.
 
== Menemukan ajaranAjaran ==
 
Moggallana yang bersahabat karib dengan Sariputta sejak masa kecil memulai masa pencarian spiritual mereka selama bertahun-tahun. Karena pencarian yang dilakukan mereka secara bersama-sama tidak membuahkan hasil, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi mencari ajaran yang tepat secara terpisah dan saling berjanji untuk mengabarkan satu sama lain barang siapa yang terlebih dahulu menemukan ajaran akan segera memberitahukannya pada yang lain. Pada kesempatan ini, Moggallan tidak cukup beruntung untuk bertemu dengan pertapa Assaji. Sariputta lah yang terlebih dahulu menemukan pertapa Assaji dan berhasil mencapai tahapan pemasuk arus (Sotapatti). Segera setelah Sariputta menemukan ajaran, beliau langsung mengabarkan pada Moggallana. Setelah Moggallana mendengar syair yang diulang kembali oleh Sariputta, beliau juga langsung mencapai tahapan pemasuk arus. Adapun syair terkenal pertapa Assaji adalah sebagai berikut:
"Dari segala hal yang timbul karena suatu kondisi,
Kondisinya telah diberitahukan oleh [[Tathagata]],
Dan juga pengakhirannya,
Inilah yang diajarkan oleh Pertapa Agung (Buddha Gotama)."
IniDisini menggambarkanperlu dilihat bahwa Sariputta mencapai tahapan pemasuk arus dari seorang [[Arahat]], sedangkan Moggallana mencapai tahapan pemasuk arus hanya melalui seorang umat awam biasa yakni sahabatnya sendiri. <ref> Riwayat Hidup Maha Moggallana. Oleh: Helmuth Hecker. Alih bahasa: Upa. Sasanasena Seng Hansen. Penerbit: Insight Vidyasena Production. </ref>
 
== Kematian : Karma seorang Arahat ==
"Dari segala hal yang timbul karena suatu kondisi, kondisinya telah diberitahukan oleh [[Tathagata]], dan juga pengakhirannya. Inilah yang diajarkan oleh Pertapa Agung (Buddha Gotama)."
 
Ini menggambarkan bahwa Sariputta mencapai tahapan pemasuk arus dari seorang [[Arahat]], sedangkan Moggallana mencapai tahapan pemasuk arus hanya melalui seorang umat awam biasa yakni sahabatnya sendiri. <ref> Riwayat Hidup Maha Moggallana. Oleh: Helmuth Hecker. Alih bahasa: Upa. Sasanasena Seng Hansen. Penerbit: Insight Vidyasena Production. </ref>
 
== Kematian: Karma seorang Arahat ==
 
Moggallana wafat ketika ia berkunjung di [[Magadha]]. Beberapa pendapat mengatakan pemuja agama merajamnya hingga meninggal, pendapat lain mengatakan bahwa kematiannya disebabkan oleh pencuri. Diketahui secara umum bahwa kematian Moggallana terjadi secara brutal. Ketika ditanya mengapa Moggallana tidak melindungi dirinya sendiri dengan kesaktian yang dimilikinya, dan mengapa seorang [[Arahat]] Agung menderita kematian yang sedemikian brutal, [[Siddharta Gautama|Buddha]] mengatakan bahwa Moggallana telah memiliki perbuatan [[Kamma|karma]] buruk yang berat di kehidupan sebelumnya (ia telah membunuh orang yang dianggap sebagai orang tua sendiri dan itu merupakan salah satu perbuatan buruk yang sangat berat), ia dengan tulus menerima buah dari perbuatannya dan mempercepat kematian yang demikian, sehingga terjadi secepat mungkin. Lebih lanjut, Sang Buddha menyatakan bahwa bahkan degan kesaktian yang demikian tinggi hampir tidak berguna untuk menghindari karma seseorang, terlebih jika itu karma yang sangat berat.