Bharatayuddha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Moch. Nachli (bicara | kontrib)
Baris 84:
Setelah Resi Seta gugur, [[Pandawa]] kemudian mengangkat [[Drestadyumna]] (Trustajumena) sebagai pimpinan perangnya dalam perang Bharatayuddha. Sedangkan [[Bisma]] tetap menjadi pimpinan perang [[Korawa]]. Dalam babak ini kedua kubu berperang dengan siasat yang sama yaitu ''Garudanglayang'' (Garuda terbang).
 
Dalam pertempuran ini dua anggota [[Korawa]], Wikataboma dan kembarannya, Bomawikata, terbunuh setelah kepala keduanya diadu oleh [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Sementara itu beberapa raja sekutu Korawa juga terbunuh dalam babak ini. Diantaranya Prabu Sumarma, raja Trigartapura tewas oleh Bima, Prabu Dirgantara terbunuh oleh Arya [[Satyaki]], Prabu Dirgandana tewas di tangan Arya Sangasanga (anak Setyaki), Prabu Dirgasara dan Surasudirga tewas di tangan [[Gatotkaca]], dan Prabu Malawapati, raja Malawa tewas terkena panah Hrudadali milik [[Arjuna]].

Bisma setelah melihat komandan pasukannya berguguran kemudian maju ke medan pertempuran, mendesak maju menggempur lawan. Atas petunjuk [[Kresna]], Pandawa kemudian mengirim Dewi Wara [[Srikandi]] untuk maju menghadapi Bisma. Dengan tampilnya prajurit wanita tersebut, di medan pertempuran menghadapi Bisma. Bisma merasa bahwa tiba waktunya maut menjemputnya, sesuai dengan kutukan Dewi [[Amba]] yang tewas di tangan Bisma. Bisma gugur dengan perantaraan panah Hrudadali milik [[Arjuna]] yang dilepaskan oleh istrinya, Srikandi.
 
=== Tawur demi kemenangan ===