Raga Mulya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zaini Suherly (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kandar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Raga Mulya''' adalah raja terakhir [[Pajajaran|Kerajaan Pajajaran]]. Nama ini dalam [[naskah Wangsakerta]] disebut juga sebagai '''Prabu Suryakancana''', sedangkan dalam [[Carita Parahiyangan]] dikenal dengan nama '''Nusya Mulya'''.
Raja [[Pajajaran]] yang terakhir adalah Nusya Mulya (menurut Carita Parahiyangan). Dalam naskah-naskah Wangsakerta ia disebut Raga Mulya alias [[Prabu Suryakancana]]. Raja ini tidak berkedudukan di [[Pakuan]], tetapi di Pulasari, Pandeglang. Oleh karena itu, ia disebut Pucuk Umun (Panembahan) Pulasari. (Mungkin raja ini berkedudukan di Kaduhejo, Kecamatan Menes pada lereng Gunung Palasari).
 
Raja [[Pajajaran]] yang terakhir adalah Nusya Mulya (menurut Carita Parahiyangan). Dalam naskah-naskah Wangsakerta ia disebut Raga Mulya alias [[Prabu Suryakancana]]. Raja ini tidak berkedudukan di [[Pakuan]], tetapi di Pulasari, [[Pandeglang]]. Oleh karena itu, ia disebutdikenal pula sebagai Pucuk Umun (Panembahan) Pulasari. (Mungkinmungkin raja ini berkedudukan di Kaduhejo, Kecamatan Menes pada lereng Gunung Palasari).
Menurut Pustaka Nusantara III/1 dan Kretabhumi I/2 :
 
MenurutDalam [[Pustaka Nusantara]] III/1 dan [[Kretabhumi]] I/2 : disebutkan,
''Pajajaran sirna ing ekadaśa śuklapaksa Wesakamasa sewu limang atus punjul siki ikang Śakakala''
 
:''Pajajaran sirna ing ekadaśa śuklapaksa Wesakamasa sewu limang atus punjul siki ikang Śakakala''
(Pajajaran lenyap pada tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka). Kira-kira jatuh pada tanggal [[8 Mei]] [[1579]] M.
 
yang artinya,
Sejarah Banten memberitakan keberangkatan pasukan [[Banten]] ketika akan melakukan penyerangan ke [[Pakuan]] dalam pupuh Kinanti (artinya saja):
 
(:"Pajajaran lenyap pada tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka). Kira-kira jatuh pada tanggal [[8 Mei]] [[1579]] M. "
"Waktu keberangkatan itu terjadi bulan Muharam tepat pada awal bulan hari Ahad tahun Alif inilah tahun Sakanya satu lima kosong satu".
 
Tanggal tersebut kira-kira bertepatan dengan [[8 Mei]] [[1579]] M.
Walaupun tahun Alief baru digunakan oleh [[Sultan Agung]] [[Mataram II|Mataram]] dalam tahun [[1633]] M, namun dengan perhitungan mundur, tahun kejatuhan Pakuan [[1579]] itu memang akan jatuh pada tahun Alif. Yang keliru hanyalah hari, sebab dalam periode itu, tanggal satu Muharam tahun Alif akan jatuh pada hari Sabtu.
 
Sejarah[[Naskah Banten]] memberitakan keberangkatan pasukan [[Banten]] ketika akan melakukan penyerangan ke [[Pakuan]] dalam pupuh Kinanti (artinyayang saja):artinya,
Yang terpenting dari naskah Banten tersebut adalah memberitakan, bahwa benteng kota Pakuan baru dapat dibobol setelah terjadi "penghianatan". Komandan kawal benteng Pakuan merasa sakit hati karena "tidak memperoleh kenaikan pangkat". Ia adalah saudara Ki Jongjo, seorang kepercayaan Panembahan Yusuf. Tengah malam, Ki Jongjo bersama pasukan khusus menyelinap ke dalam kota setelah pintu benteng terlebih dahulu dibukakan saudaranya itu.
 
:"Waktu keberangkatan itu terjadi bulan Muharam tepat pada awal bulan hari Ahad tahun Alif inilah tahun Sakanya satu lima kosong satu".
 
Walaupun tahun AliefAlif baru digunakan oleh [[Sultan Agung]] [[Mataram II|Mataram]] dalam tahun [[1633]] M, namun dengan perhitungan mundur, tahun kejatuhan Pakuan [[1579]] itu memang akan jatuh pada tahun Alif. Yang keliru hanyalah hari, sebab dalam periode itu, tanggal satu Muharam tahun Alif akan jatuh pada hari Sabtu.
 
Yang terpenting dari naskah Banten tersebut adalah memberitakan, bahwa benteng kota Pakuan baru dapat dibobol setelah terjaditerjadinya "penghianatan". Komandan kawal benteng Pakuan merasa sakit hati karena "tidak memperoleh kenaikan pangkat". Ia adalah saudara Ki Jongjo, seorang kepercayaan Panembahan Yusuf. Tengah malam, Ki Jongjo bersama pasukan khusus menyelinap ke dalam kota setelah pintu benteng terlebih dahulu dibukakan saudaranya itu.
 
Kisah itu mungkin benar mungkin tidak. Yang jelas justeru menggambarkan betapa tangguhnya benteng Pakuan yang dibuat Siliwangi. Setelah ditinggalkan oleh raja selama 12 tahun, pasukan Banten masih terpaksa menggunakan cara halus untuk menembusnya.
Baris 21 ⟶ 27:
Dalam Carita Parahiyangan diberitakan sebagai berikut:
 
:''Sang Susuktunggal inyana nu nyieuna palangka Sriman Sriwacana Sri Baduga Maharajadiraja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran nu mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, inyana Pakwan Sanghiyang Sri Ratu Dewata''.
 
Artinya:
(:"Sang Susuktunggal ialah yang membuat tahta Sriman Sriwacana (untuk) Sri Baduga Maharaja ratu penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati yaitu istana Sanghiyang Sri Ratu Dewata)."
 
Kata Palangka"palangka" secara umum berarti tempat duduk ([[bahasa Sunda]], ''pangcalikan'')., Bagiyang rajasecara kontekstual bagi kerajaan berarti Tahta"tahta". Dalam hal ini adalah tahta penobatanyaitupenobatannya itu tempat duduk khusus yang hanya digunakan pada upacara penobatan. Di atas Palangkapalangka itulah si (calon) raja diberkati (diwastu) oleh pendeta tertinggi. Tempatnya berada di kabuyutan kerajaan, tidak di dalam istana. Sesuai dengan tradisi, tahta itu terbuat dari batu dan digosok halus mengkilap. Batu tahta seperti ini oleh penduduk biasanya disebut batu pangcalikan atau batu ranjang (bila kebetulan dilengkapi dengan kaki seperti balai-balai biasa). Batu pangcalikan bisa ditemukan, misalnya di makam kuno dekat [[Situ Sangiang]] di Desa [[Cibalanarik]], Kecamatan [[Sukaraja]], [[Tasikmalaya]] dan di [[Karang Kamulyan]] bekas pusat Kerajaan [[Galuh]] di [[Ciamis]]. Sementara batu ranjang dengan kaki berukir dapat ditemukan di Desa [[Batu Ranjang]], Kecamatan [[Cimanuk]], [[Pandeglang]] (pada petakan sawah yang terjepit pohon).
 
Palangka Sriman Sriwacana sendiri saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Karena mengkilap, orang Banten menyebutnya watu gigilang. Kata gigilang berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata sriman.