Bahasa Kutai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diatas +di atas)
Baris 19:
Bahasa Kutai umumnya hidup dan berkembang dalam bentuk penuturan (percakapan), serta sastra dalam bentuk [[puisi]] ([[pantun]]). Sangat sedikit bukti-bukti tertulis yang dihasilkan dalam bahasa Kutai, terlebih lagi yang dihasilkan pada periode pemerintahan [[Kesultanan Kutai|Sultan Kutai Kartanegara]]. Umumnya produk tertulis pada zaman itu berbahasa Melayu, dengan [[huruf Jawi]].
 
Berdasarkan [[Morfologi (linguistik)|morfologi]] penuturannya, ada beberapa dialek dalam bahasa Kutai yang umum dijumpai saat ini, yaitu '''dialek Tenggarong''' (umum, sudah agak modern karena bercampur / dipengaruhi akan bahasa indonesia), '''dialek Kota Bangun''', dialek Muara Muntai, dialek Muara Kaman, dan masih banyak lagi. Bahkan di kutai Timur dan Barat ada beberapa daerah yang dialeknya juga berbeda-beda. seperti '''dialek Muara Ancalong''' yang dialeknya berbeda karena penduduk mayoritas adalah dari suku dayak. Dalam satu kecamatan bisa saja dialek bahasa kutai yang digunakan berbeda - beda. Jadi penjelasan diatasdi atas adalah hanya contoh dari banyak dialek yang ada. Mungkin para peneliti sastra berikutnya akan dapat lagi merinci sub-sub dialek di wilayah sekitar Tenggarong, Kota Bangun dan Muara Ancalong tersebut. Dialek-dialek ini berkembang dengan diikuti perbedaan morfologi maupun peristilahan untuk setiap kosa kata.
 
Berdasarkan [[Ethnologue]], Bahasa Kutai terbagi menjadi dua: