Bataafsche Petroleum Maatschappij: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
 
[[nl:Bataafse Petroleum Maatschappij]]
Pelabuhan Balikpapan mulai dipergunakan bersamaan dengan pemboran pertama minyak di Balikpapan pada 10 Pebruari 1897 oleh Perusahaan Mathida. Karena hasil pemboran minyak mentah diangkut keluar Balikpapan dengan kapal.
Setelah kilang minyak (Oil Refinery) Balikpapan dibangun tahun 1922, angkutan minyak mentah dilakukan dengan kapal Tanker. Tentunya pengapalan minyak mentah dilakukan di Pelabuhan Balikpapan, memang sejak itu Pelabuhan Balikpapan dipergunakan untuk kepentingan perusahaan minyak Belanda BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij). Selama Perang Dunia II (tahun 1942-1945), Pelabuhan Balikpapan dikuasai oleh tentara jepang. Tentara Jepang merasa perlu menguasai Kilang Minyak Balikpapan karena sangat membutuhkan bahan bakar minyak untuk menggerakan kendaraan lapis baja dan armada kapal perang.
Ketika tentara Jepang menyerang Indonesia, sasaran pertama adalah Tarakan, agar dapat menguasai kilang minyak. Namun tentara Belanda telah menghancurkan kilang minyak Tarakan. Sasaran berikutnya adalah Balikpapan. Sebenlum menyerang Balikpapan, tentara Jepang mengirim Ultimatum kepada tentara Belanda. Mereka akan membunuh semua orang Belanda apabila kilang minyak dihancurkan. Ketika tentara Jepang menyerang Balikpapan pada 20 Januari 1942, ternyata kilang minyak dan Pelabuhan Balikpapan tetap utuh. Tentara Belanda meninggalkan Balikpapan tanpa menghancurkan kilang minyak dan Pelabuhan.
Tentara Sekutu yang terdiri dari angkatan Bersenjata Divisi 7 australia dipimp[in oleh Letnan Kolonel Edward Robson berusaha merebut kembalik pelabuhan Balikpapan. Karena dari kacamata ekonomi, kilang minyak memiliki nilai strategis. Serangan tentara Sekutu berlangsung sejak 25 juni sampai 15 juli 1945. Untuk mematahkan pertahanan tentara Jepang, pihak tentara Sekutu melancarkan serangan udara. Skwadron angkatan udara Sekutu mengepung angkasa Balikpapan. Pesawat bomber menjatuhkan ratusan Bom dari angkasa sehingga menghancurkan fasilitas vital. Akibat serangan udara pasukan Sekutu itu, Kilang minyak dan pelabuhan Balikpapan mengalami kerusakan sangat parah. Tentara jepang akhirnya mundur. Setelah tentara Jepang meninggalkan kota Balikpapan, keadaan belum stabil. Terpaksa pihak militer mengambil alih pengendalian kilang minyak dan Pelabuhan Balikpapan. Dengan demikian diharapkan ada jaminan keamanan supply minyak mentah ke daerah.
Ternyata perusahaan minyak Belanda BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) berkeinginan kembali menguasai Kilang Minyak Balikpapan. Pihak BPM mengerahkan tenaga kerja yang didatangkan dari Pulau jawa untuk mengerjakan pekerjaan rehabilitasi Kilang Minyak. Secara spontan, masyarakat menentang rencana BPM. Maka pecahlah “Pertempuran Sangatta” yang tercatat dalam sejarah. Pada tahun 1949 Pelabuhan Balikpapan diserahkan secara resmi kepada Pemerintah Republic Indonesia. Langkah pertama yang dilakukan pemerintah adalah membenahi pelabuhan Balikpapan dan membangun kembali kilang minyak pada tahun 1950. Antara lain, membangun dan menambah fasilitas dermaga, fasilitas gudang dan peralatan pelabuhan. Selama ini kegiatan di pelabuhan Balikpapan antara lain muat minyak mentah dan bongkar muat bahan kebutuhan masyarakat dan penumpang. Sebenarnya pelabuhan Balikpapan adalah Pelabuhan Minyak milik Pertamina, untuk bongkar muat minyak mentah.