Penghulu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-mempengaruhi +memengaruhi)
Baris 6:
 
== Penghulu di Minang ==
Pada awalnya sebutan penghulu, digunakan dalam susunan struktur pemerintahan [[nagari]] di kawasanwilayah [[MinangMinangkabau]], dimana seorang penghulu juga merupakan pemangku adat dan bergelar ''Datuak'', selanjutnya dalam susunan sebuah nagari terdapat struktur kekuasaan, yang dimulai dari ''Panghulu'', ''Malin'', ''Manti'' dan ''Dubalang''<ref>Batuah, A. Dt. & Madjoindo, A. Dt., (1959), ''Tambo Minangkabau dan Adatnya'', Jakarta: Balai Pustaka.</ref>. Selanjutnya dari struktur tersebut, kemudian disatukan dengan istilah ''Urang Ampek Jinih'' (Empat orang dengan fungsi masing-masing).
 
Dalam suatu nagari, malin atau kadangkala disebut juga dengan imam, merupakan seseorang bertugas dalam urusan agama di dalam suatu suku, dan bertanggung jawab dalam permasalahan adat yang terkait dengan agama (Islam). Manti berhubungan dengan fungsi adat diantaranya menangani keluhan-keluhan atas pelanggaran adat, bertindak dalam urusan pengadilan serta menjadi juru tulis. Dubalang (hulubalang) berfungsi sama dengan fungsi [[polisi]], bertugas menangani masalah-masalah keamanan atau semacam polisi penghulu, dan juga bertugas mengamankan nagari dari serangan luar nagari ataupun konflik intern yang terjadi antar kaum-keluarga di dalam satu nagari<ref name>{{cite book | last =Westenenk | first =L. C. | authorlink = | coauthors = | title =De Minangkabausche Nagari | publisher =Visser | year =1918 | location =Weltevreden | url = | doi = | isbn = | page =59}}</ref><ref name="Holt">Holt, Claire, (2007), ''Culture and Politics in Indonesia'', ''Modernization in the Minangkabau World by Taufik Abdullah'', Jakarta: Equinox Publishing, ISBN 978-979-3780-57-3.</ref>.