Pararaton: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
Naval Scene (bicara | kontrib)
+wkf
Baris 19:
Haruslah dicatat bahwa naskah tersebut ditulis dalam pemahaman kerajaan masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa, merupakan fungsi seorang raja untuk menghubungkan masa kini dengan masa lalu dan masa depan; dan menetapkan kehidupan manusia pada tempatnya yang tepat dalam tata-aturan kosmis. Raja melambangkan lingkup kekuasaan Jawa, pengejawantahan suci dari negara secara keseluruhan; sebagaimana istananya yang dianggap mikrokosmos dari keadaan makrokosmos.<ref name="Johns1964"/> Seorang raja (dan pendiri suatu [[wangsa|dinasti]]) dianggap memiliki derajat kedewaan, dimana kedudukannya jauh lebih tinggi daripada orang biasa.
 
J.J. Ras membandingkan Pararaton secara berturut-turut dengan [[Prasasti Canggal]] (732), [[Prasasti Siwagrha]] (Śivagŗha) (856), ''[[Prasasti Pucangan|Calcutta Stone]]'' (1041) dan [[Babad Tanah Jawi]] (1836). Perbandingan tersebut menunjukkan kesamaan-kesamaan yang jelas dalam karakter, struktur dan fungsi dari teks-teks tersebut serta kesamaan dengan teks-teks [[historiografi]] Melayu.<ref>[[Johannes Jacobus Ras|J.J. Ras]], 2001, ''Sacral kingship in Java''. Dalam: Marijke J. Klokke and Karel R. van Kooij (eds.), Fruits of inspiration. Studies in honour of Prof. J.G. de Casparis, pp. 373-388. Groningen: Egbert Forsten, 2001. [Gonda Indological Studies 11.] ISBN 90-6980-137-X </ref>. <!--Yg ini gak perlu diterjemahkan? Ras suggests to place one specific type of texts from the whole Indonesian area together in one literary genre, the ‘government chronicle’ or the ‘book of kings’: historiography at the service of the legitimity of kingship.-->
 
== Referensi ==