Politeknik Pertanian Negeri Kupang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tony Djogo (bicara | kontrib)
Tony Djogo (bicara | kontrib)
Baris 31:
Pada awalnya Politeknik Pertanian Negeri Kupang menempati dan mengelola lahan seluas 20 ha di dalam kampus Undana di Penfui, Kupang. 6 ha merupakan lahan untuk bangunan kampus dan 14 ha adalah kebun percobaan dan kebun praktek. Pada awalnya lahan seluas 20 ha ini sangat tandus kering dan gersang pada musim kemarau dengan hanya memiliki sedikit pohon lontar, kosambi, dan beberapa jenis pohon lokal lainnya.
 
Pada tahun 1987 Direktur Politani bersama staf dan teknisi merintis pengumpulan jenis jenis lokal tahan kering untuk ditanam di dalam lingkungan kampus. Hanya dalam waktu tujuh tahun kampus sudah dinaungi hutan yang rindang dan teduh dan terjadi perubahan ekosistem dan iklim mikro di dalam kampus. Koleksi tanaman yang dirintas sejak tahun 1987 ini kemudian berfungsi sebagai arboretum tanaman lokal maupun tanaman dari luar (''exotic species''). Ada lebih dari seratus spesies yang ditanam di dalam wilayah kampus Politani Kupang ini seajacksejak 1987.
 
Kampus dan kebun koleksi serta kandang-kandang ternak yang dibangun kemudian menjadi lokasi kunjungan LSM lokal, pemerintah dan mahasiswa dari perguruan tinggi lain. Kampus Politani menjadi tempat pertukaran informasi, pertemuan internasional dan kunjungan lembaga nasional maupun lembaga asing dalam bidang pertanian lahan kering, wanatani (''agroforestry'') serta pertanian dan pembangunan pedesaan. Direktur Politani, juga sering memberikan kuliah bagi Mahasiswa dari Australia atau membantu design penelitian bagi penelitian asing yang berminat dalam bidang agroekosistem lahan kering di kampus ini. Untuk membantu pengembangan Politeknik ini, sejak akhir tahun 1980an berbagai kerjasama dan komunikasi dengan berbagai lembaga di dalam dan di luar negeri sudah dirintis.
Baris 37:
Pada awalnya Politani Kupang memiliki tiga jurusan: Jurusan Pertanian Lahan Kering, Jurusan Tanaman Pangan dan Jurusan Peternakan. Pada awalnya kurikulum dirancang dengan komposisi 30 persen teori dan 70 persen praktek. Untuk membantu mahasiswa memahami aspek-aspek praktis dari pendidikan ini, kerjasama dilakukan dengan perusahaan swasta dan pemerintah di berbagai daerah. Mahasiswa tingkat akhir dikirim ke berbagai perkebunan dan industri pertanian di NTT, Timtim (Timor Leste saat ini), Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan seajack mahasiswa angkatan pertama yang diterima pad a tahun 1998.
 
Pendidikan Politeknik Pertanian diarahkan untuk menghasilkan tenaga terampil menengah atas (''upper middle level''), yang bertugas menterjemahkan ilmu pengetahuan dan kebijakan ke dalam teknologi dan keterampilan praktis di bidang pertanian. Lulusan Politani seharusnya bisa menjadi petani, penyuluh, teknisi dan sejenisnya. Mereka berbeda dari lulusan sarjana strata satu (S1) dari perguruan tinggi. Politani Kupang berbeda dari Fakultas Pertanian yang dapat diekpresikan dalam pernyataan berikut: Jika di Fakultas Pertanian orang membicarakan bagaimana jagung itu tumbuh (''how corn grow'') di Politeknik Pertanian orang mempersoalkan bagaimana menanam jagung (''how to grow corn'').