Kalimantan (provinsi): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
Sejak abad ke-17, sebagian besar wilayah Kalimantan yaitu dari negeri Sambas sampai negeri Karasikan merupakan kerajaan bawahan dari [[Kesultanan Banjar]], tetapi pada akhirnya menyusut menjadi sebagian kecil saja dari wilayah Kalimantan Selatan saat ini karena perjanjian dengan pihak Belanda.
Kesultanan Banjar membagi wilayah Kalimantan menjadi wilayah-wilayah Kota Raja, Negara Agung, Manca Negara dan Pasisiran. Kota [[Martapura, Banjar|Martapura]] ibukota Kesultanan Banjar sebagai ring pertama merupakan wilayah Kota Raja. Ring kedua daerah luar kota Martapura ([[Daerah Banjar]]) adalah wilayah Negara Agung (daerah inti kerajaan Banjar). Ring ketiga di luar daerah Banjar disebut daerah Manca Negara yaitu kawasan barat sampai daerah Kotawaringin dan di timur sampai daerah Paser. Ring terluar yaitu wilayah di sebelah barat Kotawaringin sampai ke negeri Sambas disebut Pasisir Barat, sedangkan Pasisir Timur adalah kawasan di sebelah utara negeri Paser sampai negeri Karasikan/Banjar Kulan/Pulau Jolo.
 
Dalam [[Perjanjian Karang Intan]] di masa pemerintahan Pangeran Nata Dilaga (Susuhunan Nata Alam) (1808-1825), Kesultanan Banjar menyerahkan beberapa wilayah taklukannya kepada [[Hindia Belanda]] diantaranya wilayah [[Kesultanan Berau|Berau]], [[Kesultanan Kutai|Kutai]], [[Kesultanan Pasir|Paser]], [[Kerajaan Pagatan|Pagatan]] dan [[Kesultanan Kotawaringin|Kotawaringin]]. Daerah lainnya yang juga telah diserahkan kepada Belanda adalah [[Kerajaan Landak|Landak]], [[Kesultanan Sambas|Sambas]], [[Kerajaan Sintang|Sintang]] dan [[Kerajaan Sukadana|Sukadana]]. Hanya wilayah inti Kesultanan Banjar saja yang belum jatuh dalam gengaman Belanda sampai tahun [[1860]]. Selanjutnya pada abad ke-19, Belanda mengakui berdirinya kerajaan-kerajaan (daerah distrik) yang langsung diperintah kepala [[bumiputera]] yang tunduk di bawah kekuasaan Belanda ([[Indirect Bestuur]]).
 
Daerah lainnya yang diserahkan [[Sultan Banten]] kepada Belanda adalah [[Kerajaan Landak|Landak]] dan [[Kerajaan Sukadana|Sukadana]] (sebagian besar Kalbar). Wilayah inti Kesultanan Banjar saja yang belum jatuh dalam gengaman Belanda sampai tahun [[1860]]. Selanjutnya pada abad ke-19, Belanda mengakui berdirinya kerajaan-kerajaan (daerah distrik) yang langsung diperintah kepala [[bumiputera]] yang tunduk di bawah kekuasaan Belanda ([[Indirect Bestuur]]).
 
=== Penguasaan Hindia Belanda ===
Baris 37 ⟶ 41:
# [[Pangeran Muhammad Noor]] ([[1935]]-[[1939]]) digantikan oleh,
# Mr. Tadjuddin Noor ([[1939]]-[[1945]])
 
Dalam [[Perjanjian Karang Intan]] di masa pemerintahan Pangeran Nata Dilaga (Susuhunan Nata Alam) (1808-1825), Kesultanan Banjar menyerahkan beberapa wilayah taklukannya kepada [[Hindia Belanda]] diantaranya wilayah [[Kesultanan Berau|Berau]], [[Kesultanan Kutai|Kutai]], [[Kesultanan Pasir|Paser]], [[Kerajaan Pagatan|Pagatan]] dan [[Kesultanan Kotawaringin|Kotawaringin]]. Daerah lainnya yang juga telah diserahkan kepada Belanda adalah [[Kerajaan Landak|Landak]], [[Kesultanan Sambas|Sambas]], [[Kerajaan Sintang|Sintang]] dan [[Kerajaan Sukadana|Sukadana]]. Hanya wilayah inti Kesultanan Banjar saja yang belum jatuh dalam gengaman Belanda sampai tahun [[1860]]. Selanjutnya pada abad ke-19, Belanda mengakui berdirinya kerajaan-kerajaan (daerah distrik) yang langsung diperintah kepala [[bumiputera]] yang tunduk di bawah kekuasaan Belanda ([[Indirect Bestuur]]).
 
=== Penguasaan Jepang ===