Prasasti: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: mk:Стела
22Kartika (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
'''Prasasti''' adalah [[piagam]] atau [[dokumen]] yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah [[situs]] [[arkeologi]], menandai akhir dari zaman [[prasejarah]], yakni babakan dalam sejarah kuno [[Indonesia]] yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. [[Ilmu]] yang mempelajai tentang prasasti disebut [[Epigrafi]].
 
Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.
 
Dalam pengertian modern di [[Indonesia]], prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di [[batu nisan]] atau di gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang.
==Etimologi==
Kata prasasti berasal dari bahasa [[Sansekerta]], dengan arti sebenarnya adalah "pujian". Namun kemudian dianggap sebagai "piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan". Di kalangan arkeolog prasasti disebut '''inskripsi''', sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bersurat.
 
Meskipun berarti "pujian", tidak semua prasasti mengandung puji-pujian (kepada raja). Sebagian besar prasasti diketahui memuat keputusan mengenai penetapan sebuah desa atau daerah menjadi [[sima]] atau daerah perdikan. ''Sima'' adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap berjasa. Karena itu keberadaan tanah ''sima'' dilindungi oleh kerajaan.
 
==Isi==
Isi prasasti lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata (disebut prasasti ''jayapatra'' atau ''jayasong''), sebagai tanda kemenangan (''jayacikna''), tentang utang-piutang (''suddhapatra''), dan tentang kutukan atau [[sumpah]]. Prasasti tentang kutukan atau sumpah hampir semuanya ditulis pada masa kerajaan Sriwijaya. Serta adapula prasasti yang berisi tentang genealogi raja atau asal usul suatu tokoh.
 
Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi, yaitu [[prasasti [[Yupa]] dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut berisi mengenai hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja Mulawarman. Prasasti Yupa merupakan prasasti batu yang ditulis dengan huruf [[Pallawa]] dan [[bahasa Sansekerta]]. Periode terbanyak pengeluaran prasasti terjadi pada abad ke-8 hingga ke-14. Pada saat itu aksara yang banyak digunakan adalah Pallawa, Prenagari, Sansekerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Bahasa yang digunakan juga bervariasi dan umumnya adalah bahasa Sansekerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna.
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Door Minangkabau bewerkte staande leisteen TMnr 10000991.jpg|200px|thumb|Batu bertulis dari Sumatera Barat]]
Baris 16 ⟶ 21:
Pada zaman kerajaan [[Islam]], prasasti menggunakan aksara dan bahasa Arab ataupun aksara Arab namun berbahasa Melayu [[aksara Pegon]]. Sebagian besar prasasti terdapat pada lempengan-lempengan tembaga bersurat, makam, masjid, hiasan dinding, baik di masjid maupun dirumah para bangsawan, pada cincin cap dan cap kerajaan, mata uang, meriam, dll. Pada masa yang lebih muda yaiyu masa kolonial, aksara Latin banyak digunakan, meliputi bahasa-bahasa [[Inggris]], [[Portugis]], dan [[Belanda]]. Prasasti Latin umumnya terdapat pada gereja-gereja,rumah dinas para pejabat, kolonial, benteng-benteng, tugu peringatan, meriam, mata uang, cap, dan makam. Prasasti beraksara dan berbahasa [[Cina]] juga dikenal di [[Indonesia]] yang tersebar antara [[masa Klasik]] sampai masa Islam. Prasasti tersebut terdapat pada mata uang, benda-benda porselin, gong perunggu dan batu-batu kubur yang biasanya terbuat dari batuan pualam.
 
Bahan yang digunakan untuk menuliskan prasasti biasanya berupa [[batu]] atau lempengan [[logam]], daun, dan kertas. Selain andesit, [[batu]] yang digunakan adalah [[batu]] kapur, pualam, dan basalt. Dalam arkeologi, prasasti [[batu]] disebut ''upala prasasti''. Prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu, biasa disebut ''tamra prasasti''. Hanya sedikit sekali prasasti yang berbahan lembaran perak dan emas. Adapula yang disebut''ripta prasasti'', yakni prasasti yang ditulis di atas lontar atau daun tal. Beberapa prasasti ada yang berbahanterbuat tanah liat atau tablet. Isiyang tabletdiisi adalahdengan mantra-mantra agama [[Buddha]].
 
Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.
 
Dalam pengertian modern di [[Indonesia]], prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di [[batu nisan]] atau di gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang.
 
== Lihat pula ==