Nuruddin Zanki: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara) |
|||
Baris 23:
Setelah kegagalan [[Perang Salib Kedua]], Mu'inuddin memperbaharui perjanjiannya dengan tentara salib, dan setelah kematiannya tahun [[1149]], penerusnya [[Mujiruddin]] mengikuti peraturan yang sama. Pada tahun [[1150]] dan tahun [[1151]], Nuruddin mencoba menyerang Damaskus, namun mundur tanpa kesuksesan. Ketika [[Pertempuran Ascalon|Ascalon direbut]] oleh tentara salib tahun [[1153]], Mujiruddin melarang Nuruddin untuk melakukan perjalanan di teritorinya. Namun Mujiruddin adalah pemimpin yang lemah dibanding pemimpin sebelumnya, dan ia juga setuju untuk membayar upeti untuk tentara salib sebagai ganti untuk perlindungan atas mereka. Kelemahan Damaskus dibawah Mujiruddin membuat Nuruddin menurunkannya tahun [[1154]] dengan bantuan penduduk kota. Damaskus menjadi bagian teritori Zengid, dan seluruh Suriah disatukan dibawah kepemimpinan Nuruddin, dari [[Edessa, Mesopotamia|Edessa]] di utara sampai [[Hauran]] di selatan. Ia berhati-hati dengan tidak menyerang Yerusalem, dan meneruskan mengirim upeti tahunan yang dilakukan oleh Mujiruddin.
Pada tahun [[1157]] Nuruddin menyerang [[Ksatra Hospitaller]] di benteng tentara salib di [[Banias]] dan memukul mundur tentara salib, tetapi ia jatuh sakit pada tahun itu dan tentara salib mendapat peristirahatan dari serangannya. Pada tahun [[1159]], kaisar [[Bizantium]] [[Manuel I Comnenus]] tiba untuk menegaskan kekuasaannya di Antiokhia, dan tentara salib berharap ia akan mengirim ekspedisi ke Aleppo. Namun, Nuruddin mengirim duta besar dan menegosiasikan persekutuan dengan kaisar melawan [[Wangsa Seljuk|Seljuk]]. Nuruddin, bersama dengan [[Danishmend]] dari [[Anatolia]] timur menyerang sultan Seljuk [[Kilij Arslan II]] dari timur pada tahun berikutnya, ketika Manuel menyerang dari barat. Nantinya pada tahun [[1160]], Nuruddin menangkap pangeran Antiokhia, [[Raynald dari Chatillon]] setelah serangan di pegunungan Anti-taurus. Raynald tetap ditangkap selama 16 tahun. Pada tahun [[1162]], dengan Antiokhia dibawah kekuasaan Bizantium dan [[Negara-negara Tentara Salib]] di selatan tidak memiliki kekuatan untuk menyerang Suriah, Nuruddin naik haji ke [[Mekah]].Ia juga mengunjungi kota Madinah. Ada suatu cerita ia berhasil menggagalkan usaha yang dilakukan dua orang agen yahudi yang menggali terowongan yang menembus makam Nabi Muhammad SAW untuk mencuri jasad sang Nabi guna merendahkan martabat Nabi dan seterusnya menghina umat Islam. Segera setelah ia kembali, ia belajar dari raja yang telah meninggal [[Baldwin III dari Yerusalem]], ia menahan diri untuk menyerang negara-negara tentara salib. [[William dari Tirus]] melaporkan bahwa Nuruddin berkata
{{cquote2|Kita harus bersimpati dengan kesedihan mereka dan karena kasihan ampuni mereka, karena mereka telah kehilangan seorang pangeran serupa dengan sisa dari dunia tidak dimiliki hari ini.”}}
Baris 29:
=== Permasalahan Mesir ===
Karena tidak ada yang dapat dilakukan tentara salib di Suriah, mereka
Permintaan tersebut tidak ditanggapi oleh Shirkuh, malahan ia berkeliling ke pelosok Mesir, menaklukan banyak wilayah di timur dan menghimpun kekayaan yang banyak.
Shawar kemudian bersekutu dengan Amalric, yang kemudian tiba dengan pasukan yang banyak untuk mengepung Shirkuh di Bilbeis. Shirkuh bertahan di benteng tersebut selama 8 bulan. Ia dalam keadaan aman dibentengnya itu.
Kepergian pasukan salib ke Mesir itu, dimanfaatkan oleh Nurudin untuk menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai kerajaan salib. Nuruddin menyerang Antiokhia dan mengepung istana Harenc meskipun saat itu Antiokia menjadi daerah protektorat Bizantium (ketika kejadian tersebut Manuel, Raja Bizantium berada di Balkan). Disana, Nuruddin memukul mengalahkan pasukan gabungan Antiokhia dan Tripoli bahkan Bohemond III of Antioch dan Raymond III of Tripoli berhasil ditawan. Meskipun begitu ia tidak menyerang kota Antiokhia itu sendiri, kuatir tindakan balasan dari Bizantium. Sebagai gantinya ia mengepung dan merebut Banias (kota Banias berhasil direbut pada bulan Zulhizah 560 H/ Oktober 1165 M), dan selama 2 tahun berikutnya tetap melanjutkan menyerang perbatasan Negara-negara salib.
Keberhasilan Nurudin Mahmud menembus jantung wilayah-wilayah salibis dan menawan raja-rajanya termasuk Bohemond III of Antioch, Raymond III of Tripoli dan Dauq dari Byzantium menyebabkan pasukan Salib yang sedang berjuang mengusir Shirkuh di Mesir benar-benar terpukul. Raja Amaric mengajak Shirkuh berdamai. Asadudin Shirkuh menerima tawarannya dengan syarat Shawar bin Mujirudin membayar 60.000 dinar sebagai hukuman penghianatannya.
Selanjutnya Amalric pun terpaksa pulang ke Yerusalem sedangkan Shirkuh pulang ke Syria meninggalkan Mesir.
Ternyata Shawar membuat perjanjian rahasia dengan Raja Amalric lagi yang mana isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa Raja Almaic wajib membantu Shawar bila diganggu pihak lain. Perjanjian ini diketahui oleh Nurudin. Ia berpendapat bahwa adalah bijaksana kalau membebaskan Mesir dari penghianat seperti Shawar bin Mujirudin ini.
Pada tahun 1166 Shirkuh dikirim kembali ke Mesir dengan pasukan yang terdiri dari 2.000 kavaleri. Pasukan ini menyebrangi sungai Nil dan berhenti di Giza (Jizah) dan mengepung Mesir selama dua bulan dengan pengepungan yang ketat. Shawar pun meminta bantuan pasukan Salib. Pasukan salib yang dipimpin Amalric masuk ke Mesir dari arah Dimyath di awal tahun 1167. Kedatangan mereka diketahui oleh Shirkuh yang kemudian ia dan pasukannya bertolak menuju Sha’id dan memungut pajak dari warganya. Dan perang pun meletus, yang akhirnya dimenangkan oleh Asaduddin Shirkuh.
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Salib, Asadudin Shirkuh bergerak ke kota Alexandria dan menaklukannya. Ia angkat keponakannya, Shalahudin Yusuf sebagai gubernur Alexandria, sedang ia sendiri pulang ke Sha’id. Rupanya Shawar menyusun kekuatan baru dan bersekutu dengan pasukan Salib untuk mengepung kota Alexandria dan merebutnya dari tangan Shalahudin Yusuf. Shalahudin mempertahankan kota tersebut dengan gigih meskipun ia dan pasukannya mengalami kesulitan dan kekurangan stok makanan. Tidak lama kemudian Asadudin Shirkuh datang dari Sha’at memberi bala bantuan. Kedatangan pasukan Shirkuh ini diketahui Shawar dan iapun merasa takut kalau kedua pasukan itu bergabung mengalahkan pasukannya. Ia menawarkan perdamaian kepada Shalahudin dengan kompensasi menyerahkan uang 50.000 dinar. Asadudin Shirkuh menerima tawaran ini. Lalu ia keluar dari kota Alexandria dan menyerahkan urusan kota Alexandria pada orang-orang mesir itu sendiri. Ia pun kembali ke Syria.
Sementara itu Shawar memperbaharui perjanjian dengan pasukan Salib dengan memberi tentara perancis sebesar seratus ribu dinar agar kekuatan mereka tetap bermarkas di Mesir. Pasukan Salib menerima tawaran Shawar. Dengan demikian Tentara salib menduduki Alexandria dan Kairo serta menjadikan Mesir sebagai negara pembayar upeti bagi negara salibis. Akan tetapi Amalric tidak dapat menguasai Mesir secara penuh, selama Nuruddin masih menguasai Suriah. Akhirnya ia pun terpaksa kembali ke Yerusalem., dan menjadi kaget karena Nurudin telah menaklukan benteng daerah-daerah yang dikuasai salibis sebelumnya dan menawan banyak sekali wanita dan anak-anak mereka serta mendapat rampasan perang yang banyak seperti perhiasan dan harta mereka.
Pada tahun 1168 Amalric bersekutu dengan Kaisar Manuel dan menyerang Mesir sekali lagi. Ia menyiapkan pasukan besar dan melengkapinya dengan senjata yang komplit untuk meraih kemenangan. Dengan kekuatan tersebut mereka menyerang Mesir dan menguasai Bilbeis (Balbis) dan menjadikannya markas pasukannya. Dari Balbis mereka bertolak ke Kairo. Hal ini diketahui oleh Shawar dan ia menyadari bahwa hal ini diluar kontrolnya. Dan tidak sesuai dengan kesepakatan yang ia buat dengan Raja Yerusalem. Maka ia bakar kotanya yaitu Fustat (Shawar tinggal di Fustat) dan menyuruh penduduknya pindah ke Kairo. Api menyala dan membakar tanaman selama 54 hari. (1168)
Pasukan salib banyak membunuh kaum muslimin, menguasai negara dan menjarah kekayaannya serta mengancam Khalifah al Adhid. Ancaman pasukan Salib ini memaksa khalifah meminta bantuan kepada Nurudin.
Khalifah berjanji dan menyatakan siap memberikan sepertiga pajak mesir kepada Sultan Nurudin Mahmud dan meminta Sultan mau tinggal bersamanya di Kairo guna melindungi Kairo dari serangan salib. Selain itu ia berjanji memberikan tambahan pajak kepada militer Nurudin diluar sepertiga pajak yang ia janjikan.
Awal tahun 1169 Asadudin Shirkuh dikirim ke Mesir dan mengalahkan pasukan Salib serta mengusir pasukan salib dan membunuh menteri penghianat, Shawar.
Bulan Rabiul Akhir (8 Januari 1169), Asadudin Shirkuh menemui Khalifah Al Adhid dan ia diangkat sebagai wazir menggantikan Shawar. Khalifah melepaskan baju dinas Shawar dan memberikannya kepada Shirkuh. Setelah itu Shirkuh pulang kekemahnya di Dzahirul Balad.
Ternyata Khalifah Al Adhid tidak menepati janjinya kepada Sultan Nurudin. Sementara Shirkuh sepertinya tidak peduki dengan sikap khalifah itu. Ia mulai merealisir rencananya, mengangkat para gubernur, mengirim duta dan memungut pajak. Ia menjabat sebagai wazir selama 2 bulan 5 hari. Ia meninggal tanggal 12 Jumadil Akhir 564 H (14 Maret 1169). Ia digantikan oleh keponakannya, Shalahudin Yusuf bin Ayub sebagai wazir Kekhalifahan Fatimiyah dan sang Khalifah menggelarinya Al Malik An Nasir.
Mulanya Nurudin kurang begitu senang dengan pengangkatan Shirkuh dan Shalahudin sebagai Wazir khalifah Fattimiyah, karena beliau tidak mempercayai kaum Shi’ah. Namun Shalahudin dengan kebijaksanaannya berhasil meyakinkan Nurudin akan loyalitasnya.
Bulan Oktober 1169, Raja Almuric dan Manuel menginvasi Mesir sekali lagi. Pasukan Salib mengepung kota Damietta (Dimyat) selama 50 hari, membatasi ruang gerak penduduknya dan membunuh banyak warga sipil.
Salahudin mengirim surat kepada sultan Nurudin minta bantuan, dan Nurudin pun secepatnya mengirim pasukan untuk memperkuat pasukan Salahudin. Pengepungan Salibis terhadap kota Damietta ini dimanfaatkan oleh Nurudin untuk menyerang negara-negara salib tersebut dengan pasukan besar. Ia tembus daerah-daerah kekuasaan mereka dan mendapatkan harta rampasan perang yang banyak, membunuh dan menawan banyak sekali wanita dan anak-anak mereka.
Berita penyerangan yang dilakukan oleh Sultan Nurudin itu didengar oleh Pasukan salib yang mengepung kota Damietta. Mereka pun terpaksa menarik mundur pasukan dan menghentikan pengepungan. Mendenganr hal ini, Nurudin Mahmud senang sekali.
Di tahun 1171, Nurudin memerintahkan kepada Salahudin untuk mendoakan khalifah Abasiyah di Khutbah Sholat Jum’at menggantikan Khalifah Fatimiyah. Mulanya Salahudin tidak setuju takut akan ada pembrontakan di Mesir. Namun salah seorang pengikutnya yang bernama Al Amir Al Amin meyakinkannya untuk menjalankan perintah Sultan Nurudin.
Jum’at pertama bulan Muharam 567H
(September 1171), Al Amir Al Amin naik mimbar Jum’at mendahului khatib resmi kemudian berdoa untuk Khalifah Abbasiah, Al Mustanjid Billah, dan ternyata tidak satu pun yang menentangnya. Dan pada hari jum’at kedua Salahudin memerintahkan seluruh khatib Jumat untuk memutus doanya bagi khalifah Fatimiyah, al Adid dan mengalihkannya kepada Khalifah Abasiyah, Al Mustanjid Billah.
Shalahudin juga memecat seluruh hakim Mesir karena mereka berasal dari aliran Syi’ah, dan menggantuinya dengan hakim yang baru dari kalangan Sunni bermazhap Syafi’i.
Dilain pihak, Khalifah Al Adid jatuh sakit dan akhirnya wafat pada tgl 10 Muharam 567 H (14 September 1171 M), dengan demikian berakhirlah Kekhalifahan Fatimiyah.
== Kematian ==
|