Guruh Gipsy: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibrahimmusa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ibrahimmusa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 13:
|This album = ''Guruh Gipsy'' {{br}}(1976)
}}
'''Guruh Gipsy''' adalah sebuah nama judul album eksperimental, yang merupakan proyek kolaborasi antara [[Guruh Soekarnoputra]] dengan [[grup musik]] Gipsy. Meskipun hanya sempat merilis satu album, namun proyek [[kolaborasi]] tersebut menjadi sangat penting peranannya dalam dunia [[musik]] [[Indonesia]]. Dikatakan penting karena pencapaian musiknya yang terbilang luar biasa dan tentunya dengan kerja yang sangat keras, contoh pada lagu ''"Chopin Larung"'', terlihat bagaimana kepiawaian Guruh dalam mencipta dan pemahamannya untuk menyatukan kedua harmonisasi dari kedua sisi budaya yang berbeda tanpa menghilangkan sisi mistis dari suara-suara [[gamelan]] asli [[Indonesia]] yang bercampur dengan harmonisasi [[klasik]] [[Eropa]] tersebut.
 
[[Guruh Soekarnoputra|Guruh]], yang anak ke lima dari perkawinan [[Soekarno]] dan [[Fatmawati]] ini, memang semenjak kecil telah memiliki darah seni yang sangat kuat. Tidak seperti kakaknya, [[Megawati]], yang lebih memilih berpolitik dan kemudian menjadi [[Presiden]] [[Indonesia]]. [[Guruh Soekarnoputra|Guruh]] mengejar mimpi-mimpinya dalam seni termasuk musik dan koreografi. Ia kemudian mendirikan kelompok sendiri yang meliputi kelompok musik dan tari yang disebut "Swaramaharddika" yang sangat terkenal di tahun [[1970|70-an]].
 
Pada dasarnya Gipsy adalah sebuah kelompok musik yang anggotanya adalah Nasution bersaudara: Gauri Nasution, [[Keenan Nasution]], Odink Nasution, dan Deby Nasution. Sebelumnya Gipsy didirikan pada tahun [[1966]] dengan nama Sabda Nada dengan anggota: Ponco Sutowo, Gauri Nasution, Joe-Am, Eddy, Edit, Roland dan [[Keenan Nasution]]. Pada tahun [[1969]], Gipsy berubah formasi menjadi: [[Keenan Nasution]], Gauri Nasution, [[Chrisye]], Tammy Daud, Onan Susilo dan Atut Harahap. Di tahun [[1973]] Gipsy pernah bertolak menuju [[New York]] bermain di Resaturan Ramayana milik Pertamina dengan perubahan formasi menjadi: [[Chrisye]] ([[bass]]), [[Keenan Nasution]] ([[drum]]), Gauri Nasution ([[gitar]]), [[Adjie Bandy]] ([[biola]]), Rully Djohan (keyboards) dan Lulu Soemaryo (asaxophone[[saxophone]]).
 
Mereka sangat akrab dengan musik [[Bali]], bahkan pada awal tahun [[1970|70-an]], mereka pernah tampil manggung di [[Bank Indonesia]] dengan menampilkan [[musik]] barat yang dipadukan dengan musik [[Bali]], berkolaborasi dengan kelompok gamelan yang dipimpin oleh Wayan Suparta Wijaya. Upaya kolaboratif yang disebut Guruh Gipsy dibuat dengan semangat yang kuat, mungkin karena Guruh ingin berkesperiman menggabungkan musik etnis Bali yang berdasarkan skala pentatonis dan musik barat yang didasarkan pada skala diatonis. Upaya ini membutuhkan waktu selama kurang lebih enam belas bulan dari awal mereka berlatih. Waktu yang digunakan oleh Guruh untuk berbagai kegiatan rekaman tersebut sangatlah padat. Mulai dari pembiayaan proyek, penjadwalan dengan studio, yang waktu itu hanya memiliki sistem rekaman 16-track, yaitu studio Tri Angkasa, dan menyusun musik bersama [[Keenan Nasution]] ([[drum]]), Odink Nasution ([[gitar]]), [[Abadi Soesman]] (keyboard), Roni Harahap (piano / organ), dan [[Chrisye]] ([[vokal]]). Rekaman memakan waktu kurang lebih selama 52 hari.
 
[[Harry Roesli]] dan berbagai nama lainnya pernah melakukan hal yang sama. Bahkan di tahun itu baru saja dirilis album eksperimen ''"Bali Agung"'' yang menggabungkan musik [[rock]] dan musik [[tradisional]] [[Bali]] oleh pemusik eksperimentalis [[Jerman]], Eberhard Schoener. Membaurkan gamelan dan musik tradisional, sebetulnya bukan sesuatu yang baru. Komposer [[Jean Claude Debussy]] pun telah melakukan hal tersebut dalam format [[klasik]]. Juga ada pemusik asal [[Kanada]] Collin McPhee yang sejak era [[1930|1930-an]] telah membuat komposisi yang bertumpu pada seperangkat gamelan bertajuk Tabuh-tabuhan ([[1934]]). Bahkan, Jim Morrison dengan [[The Doors]] nya, juga pernah melakukan hal serupa. Pada pada album LA Woman The Doors ([[1971]]) termasuk pula album solo Ray Manzarek bertajuk The Golden Scarab hingga Bali Agung Eberhard Schoener ([[1976]]).
 
== Guruh dan budaya Bali ==
Baris 29:
Mitosnya, kombinasi ke 10 aksara itu di zaman dahulu kala oleh orang [[Bali]] diyakini memberikan tuah. Dan gabungan aksara [[Bali]] itu sepenuhnya diterjemahkan sebagai suatu keadaan hampa atau kosong yang nantinya akan berubah menjadi kebenaran yang hakiki. Mungkin kita sepakat, jika menelaah lebih jauh, album Guruh Gipsy adalah sebuah mahakarya. Sebuah karya yang menyita banyak pikiran, tenaga dan pengorbanan dalam proses penggarapannya. Album Guruh Gipsy ini hanya dicetak sebanyak 5.000 keping kaset, meski harus melalui masa penggarapan yang sangat panjang dan melelahkan.<ref name="bio" />
 
Guruh Gipsy yang pada sampul depannya menyertakan tagline: ‘kesepakatan dalam kepekatan‘, memulai masa proses rekaman pada Juli tahun [[1975]] dan berakhir pada November tahun [[1976]]. Tahap awal proses rekaman berlangsung dari Juli [[1975]] hingga Februari [[1976]] dan menggarap sekitar empat lagu, ''Geger Gelgel'', ''Barong Gundah'', ''Chopin Larung'' serta sebuah lagu yang belum diberi judul namun akhirnya tidak jadi dimasukkan ke dalam album.<ref name="bio" />
 
Tahap selanjutnya berlangsung selama sebulan penuh mulai dari Mei-Juni tahun [[1976]] dan menghasilkan 4 lagu yaitu ''Smaradhana'', ''Indonesia Maharddhika'', ''Janger 1897 Saka'' dan ''Chopin Larung'' yang harus direkam ulang karena masalah teknis. Hal serupa juga dialami lagu-lagu lainnya seperti pada lagu ''Barong'' dan ''Gundah''. Hingga akhirnya tahap terakhir berupa proses mixing yang berlangsung sekitar 5 bulan mulai dari Juli 1976 hingga November 1976.<ref name="bio" />
 
Menjelang akhir tahun [[1976]] album Guruh Gipsy pun dirilis. Sebuah karya eksperimen telah lahir. Namun tak semua orang mengenal maupun menikmati karya kolosal ini, ketika album ini dirilis ke pasaran. Namun 30 tahun kemudian, album Guruh Gipsy menjadi album yang paling banyak dicari-cari orang. Mungkin karena faktor kelangkaannya, album ini pun menjadi topik diskusi dari penggemar musik rock progresif di [[Eropa]], [[Jepang]] dan [[Amerika]].