Templat:Wikipedia-stub: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muli3418 (bicara | kontrib)
k Mengenai Makna Janur Kuning pada budaya Indonesia
Menolak perubahan terakhir (oleh Muli3418) dan mengembalikan revisi 4258999 oleh Sanko
Baris 5:
[[Kategori:Templat rintisan|{{PAGENAME}}]]
</noinclude>
Janur Kuning
Janur berasal dari bahasa Arab ‘ Jannah ‘, yang artinya surga: dan ‘ Nur ‘ yang artinya cahaya. Kuning diambil dari bahasa jawa ‘ ning ‘ yang berasal dari ‘ wening ‘ yang artinya suci. Simbolisasi pemakaian janur ini banyak dipakai di seluruh nusantara, semenjak jaman kerajaan Mataram, terutama pada suku Bali, Jawa dan Sunda. Di Bali, janur kuning ini disebut penjor. Adapun bahan dasar pembuatan janur adalah dari daun muda jenis kelapa, enau atau tebu atau pun rumbia atau beringin atau alang-alang. Semakin lama pemakaian anyaman janur ini banyak sekali digunakan dan bisa kita lihat pada upacara – upacara keagamaan serta perkawinan; dengan peletakan di pinggir-pinggir jalan menuju rumah mempelai dan rumah mempelai itu sendiri.
Penggunaan daun – daun ini memiliki nilai filosofis, Seperti pada penggunaan daun kelapa diharapkan pada calon mempelai untuk selalu kokoh dalam menjalani bahtera rumah tangga dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan ke hadapan Maha Suci. Ada pula yang menggunakan daun beringin, yang diharapkan pada mempelai untuk menjadi ayoman dan melindungi keluarga dan masyarakatnya. Ada juga sebagian yang menggunakan alang-alang yang dikombinasikan dengan daun kawis-wis ( yang artinya sesudahnya ) dan daun maja-aja ( yang artinya jangan ): dengan memiliki arti harapan semoga tidak ada halangan apapun dalam kehidupan bahtera rumah tangga mereka selanjutnya. Ada pula sebagian yang menggunakan pohon tebu sebagai janur kuning; yang menyimbolkan harapan untuk kemanisan dan harmonisasi kehidupan rumah tangga mereka nantinya.
Di Jawa dan Bali, di samping pelaminan di pasang sepasang hiasan janur dan sepasang payung, yang dikombinasikan dengan bunga rangkaian dan buah-buahan seperti pisang raja, yang disebut ‘ kembar mayang ‘: yang menyimbolkan penyatuan dua individu dalam suatu wadah rumah tangga dan saling mengayomi dan diharapkan akan memperoleh keturunan secepatnya.
Adapun pembuatan janur kuning dan kembar mayang ini, pada saat pemasangan daun-daun yang digunakan tidak boleh digunting. Dengan tekhnik suwir-suwir,menggunakan gunting dan benang yang memilki arti pada nantinya dengan nilai silaturahmi yang dijunjung tinggi ( musyawarah dan mufakat ) dalam menghadapi segala persoalan hidup akan terus ada jalan keluarnya, sebesar apapun itu masalahnya.