Tambô: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
Jika dikatakan etnis minangkabau sebagai subyek kebudayaan, maka konsep adatnya yang tidak lekang oleh panas dan tidak basah karena hujan tadi, tidak lain adanya kesadaran masyarakat bahwa dalam mempertahankan adat dan budaya, mereka tidak menjadikan sebagai pelengkap saja. Mereka menselaraskan dengan norma-norma agama, sehingga kehidupan beradat dan berbudaya mereka berpijak pada konsepsi adat bersendi syara, dan syara, bersendi kitabullah.
 
Kembali pada uraian diatas, meskipun banyak mitologi dari kaba atau tambo yang mesti diungkap sebagai fakta sejarah - para ahli sejarah telah mengupas bahwa nama (suku bangsa) Minangkabau berasal dari “ Pinang Khabu “ sebagai country origin (tanah asal), demikian pendapat – Ven der Tuuk. Demikian juga dalam menon khabu, yang artinya tanah mulia atau mau angka bahu, yang artinya yang memerintah, dalam kupasan para penulis sejarah, seperti DR. Hussein Nainar atau M. Rasyid Manggis bahkan buku Sumatera Tengah dari Jawatan Penerangan Sumatera Tengah sekalipun. Seorang penulis Tuanku Rao, juga menyampaikan bahwa nama minangkabau itu berasal dari sebuah kampung kecil yang ada di pedalaman minangkabau itu sendiri.
Lain lagi informasi disebuah media cetak,asal nama Minangkabau, berasal dari bahasa arab, yaitu ALMINANKA KANABAUWIYAH(pemerintahan cara nabi. Jika hal ini bisa dibenarkan, tidak lain bahwa Islam sudah masuk ke Minangkabau pada abad ke 8, ketika pedagang Arab dan India berdatangan ke wilayah ini untuk berdagang dan menyiarkan agama. Pada saat Islam masuk, terdapat kurun waktu yang panjang saat mulai berkuasanya Raja Adityawarman - t ia telah memindahkan pusat kerajaannya ke Pagaruyung.