Theodor Adorno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PT14danang (bicara | kontrib)
PT14danang (bicara | kontrib)
Baris 40:
Salah satu pemikiran Theodor Adorno adalah tentang hubungan antara [[lingkungan]] dengan [[manusia]].<ref name="Adorno & Horkheimer">{{en}} Theodor Adorno and Max Horkheimer., ''Dialectic of Enlightment'', New York: Herder & Herder Inc, 1972</ref> Adorno menjelaskan bahwa manusia menjadi rakus untuk mengambil sumber daya [[alam]] dengan [[teknologi]]nya.<ref name="Adorno & Horkheimer"/> Kondisi ini dinamakan Adorno sebagai "negativitas total".<ref name="Adorno & Horkheimer"/> Kondisi ini mencerminkan bahwa alam menguasai manusia.<ref name="Adorno & Horkheimer"/> Akibat dari "negativitas total" ini, maka kerusakan lingkungan merupakan akibat yang harus ditanggung oleh manusia itu sendiri.<ref name="Adorno & Horkheimer"/> Ia memberikan solusi agar manusia meninggalkan sifat [[konsumerisme|ketamakan]].<ref name="Adorno & Horkheimer"/>
 
===Mitos Odisseus dan Penceerahan[[Pencerahan]]===
'''[[Odisseus]]''' terkenal cerdas, peristiwa yang tekenal adalah dalam perang [[Troya]].<ref name="Adorno & Horkheimer"/> Dia juga handal dalam dunia Armada.<ref name="Adorno & Horkheimer"/> Begitu cerdas Odesius sehingga mampu mengelabuhi para dewa di [[Yunani]].<ref name="Adorno & Horkheimer"/> [[Odisseus]] sering lolos dari setiap persoalan hidupnya ketika dia melakukan perjalanan keluar istananya, [[Ithaka]] dan meninggalkan istrinya yang benama Penelope.<ref name="Adorno & Horkheimer"/> Walaupun usahanya untuk mengelabuhi pada dewa selalu berhasil, dia sendiri menyangkal [[esensi]] atau identitasnya sebagai Odisseus.<ref name="Adorno & Horkheimer"/> Misalnya ketika dia diperhadapkan dengan raksasa mata satu, [[Kiklops]] yang disuruh oleh [[Poseidon]] untuk membunuhnya, dia tidak mengatakan bahwa dirinya Odisseus dan justru menjawab "bukan siapa-siapa", sehingga dia menyangkal identitasnya.<ref name="Adorno & Horkheimer"/> Sama dengan manusia yang selalu ingin keluar dari persoalan hidupnya, pada zaman [[modern]] justru terjebak dalam hilangnya segi manusiawinya, hal ini karena hakekat manusianya terjebak dalam kebutuhan-kebutuhan [[materialisme|materi]], hiburan, kenyamanan dsb.<ref name="Adorno & Horkheimer"/>