Badan Penerbit Kristen Gunung Mulia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
55hans (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
55hans (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 22:
'''Balai Penerbit Kristen Gunung Mulia''' (lebih dikenal dengan nama BPK Gunung Mulia) adalah salah satu penerbit buku, terutama buku-buku Kristen, di Indonesia. Namanya diambil dari [[Todung Sutan Gunung Mulia]], menteri kebudayaan Indonesia tahun 1945-196.
 
==Latar Belakang==
Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 merupakan tonggak sejarah kebebasan dan keterbukaan wawasan bangsa Indonesia. Seiring dengan hal itu, muncul kebutuhan untuk menerbitkan buku, khususnya buku bacaan Kristen yang bermutu. Untuk itu, pada bulan Oktober 1946 didirikanlah Badan Penerbit Darurat dari Zending dan Gereja, dengan kesadaran bahwa tugas pengadaan bacaan Kristen adalah salah satu prioritas bagi gereja-gereja di Indonesia, agar gereja ikut memberi sumbangan dalam perjuangan bangsa serta belajar berfungsi dalam negara yang merdeka dan berdaulat. Ini adalah usaha church building dalam nation building.
===Cikal Bakal===
 
Ketika nasionalisme di kalangan penduduk Indonesia mulai berkembang sebelum tahun 1942, beberapa kelompok Kristen Protestan telah beritikad untuk mendukung nasionalisme.<ref name="Aritonang"></ref> Ketika Jepang menakklukan pemerintah Hindia Belanda dan menangkap hampir seluruh penduduk yang berkebangsaan Belanda, termasuk para pelayan gerejawi gereja Protestan.<ref name="Aritonang"></ref> Beberapa orang bertemu di penjara dan merencanakan upaya-upaya kerja sama di bidang gerejawi.<ref name="Aritonang"></ref> Setelah Jepang pergi dari Indonesia dan Indonesia telah merdeka, berkembang pula gerakan ekumenikal di kalangan gereja-gereja, yang diharapkan akan berdampak pada bidang penerbitan juga.<ref name="Aritonang"></ref> Sebelum Jepang datang, sebagian besar publikasi dari gereja maupun lembaga zending (pekabaran Injil) memakai bahasa Belanda, Malaysia, atau bahasa lokal.<ref name="Aritonang"></ref> Setelah kemerdekaan Indonesia dirasakan pentingnya penerbitan literatur-literatur dalam bahasa Indonesia yang merupakan bahasa resmi republik Indonesia.<ref name="Aritonang"></ref> Kemudian pada bulan Oktober tahun 1946, dibentuklah komisi yang bertugas mempersiapkan lembaga publikasi bagi literatur Kristen Protestan.<ref name="Aritonang"></ref> Gerakan inilah yang menjadi cikal bakal dari berdirinya BPK Gunung Mulia tahun 1950.<ref name="Aritonang">{{en}}Jan S. Aritonang & Karel Steenbrink, eds. ''History of Christianity in Indonesia''. Leiden, Boston: Brill. Hlm. 774, 967-987.</ref>
 
 
Sekitar bulan Desember 1949/Januari 1950, lembaga tersebut menjadi Yayasan Badan Penerbit Kristen, yang kemudian menjadi organisasi berbadan hukum(AD Yayasan BPK, pasal 2) pada tanggal 31 Agustus 1951. Dengan berdirinya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) pada tahun 1950, Badan Penerbit
Kristen ini menjadi bagian dari pelayanan DGI. Baru pada tahun 1971, nama BPK dilengkapi menjadi BPK Gunung Mulia.
 
Dalam perjalanan waktu, BPK Gunung Mulia menjabarkan tugas pengadaan bacaan Kristen tersebut dengan menerbitkan buku-buku teks teologi untuk membekali para pemimpin dan fungsional gereja. Buku-buku teks teologi terbitan BPK Gunung Mulia membantu menghadirkan iman Kristen di tengah pesatnya perkembangan teknologi modern dan informasi dengan segala dampaknya, serta menghayati iman Kristen dalam konteks berbangsa dan bernegara. Selain itu, BPK Gunung Mulia juga menerbitkan buku rohani terapan, buku umum, dan buku humaniora untuk menunjang perkembangan umat dalam menghadapi berbagai segi kehidupan sehari-sehari. Libri sebagai imprint BPK Gunung Mulia dihadirkan untuk menunjang penerbitan tersebut. Buku-buku yang diterbitkan Penerbit BPK Gunung Mulia terdiri atas buku Teologi, buku rohani bagi kaum awam, buku umum dengan imprint Libri, dan renungan dwibulanan Saat Teduh.
 
Baris 39 ⟶ 41:
BPK Gunung Mulia terus berbenah dan mengembangkan diri untuk melayani masyarakat, baik di kantor pusat, cabang Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Manado, maupun cabang pembantu Salatiga,
Kupang, Pontianak dan Ambon.
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==