Jimbaran, Kuta Selatan, Badung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
←Membatalkan revisi 4250982 oleh 81.232.50.36 (Bicara)
Baris 21:
 
Pada [[1 Oktober]] [[2005]], serangkaian ledakan terjadi di kawasan ini dalam peristiwa [[Bom Bali 2005]].
 
sejarah singkat asal usul nama jimabaran
Tersebutlah pada jaman dahulu saka 135 atau tahun 213 Masehi, Sanghyang Pasupati beryoga di Gunung Rajya, kemudian dari batu yang ada di sungai lahirlah anak kecil kulitnya hitam legam, dan dari riak air yang mendidih lahir pula seorang bayi warna kulitnya putih,Menurut purana peristiwa tersebut terjadi di sungai Limpar dan menurut Kunalini Tattwa sungai Limpar adalah sungai Unda, disanalah bayi itu berdua hidup menikmati keindahan sungai dan semak belukarnya. Saking asyiknya bermain tidak dirasakan menyusup sampai ketengah semak belukar, yang dihuni oleh seekor Lembhu, seraya menyapa: Ya tuanku berdua, siapakah gerangan orang tuamu? Anak kecil itu lalu menjawab, maafkan aku Lembhu, aku tidak tahu dengan bapak dan ibuku, aku tidak tahu dari mana asal usulku, demikian jawabnya. Ki Lembhu akhirnya memberikan penjelasan, bahwasannya tuanku adalah putra Sanghyang Pasupati, tuanku bernama Dalem Kembar (Dalem Ireng dan Dalem (putih)Sweta), kisah tentang kelahiran tuanku berdua yaitu tuanku yang lahir dari batu disebut Dhalem Ireng, dan tuanku yang lahir dari buihnya air sungai disebut Dalem Sweta, itulah sebabnya paduka disebut Dalem Ireng dan Dalem Sweta, singkat cerita dalem batu putih dan batu ireng (hitam) pun berpisah, dalem ireng pergi menuju ke arah timur sedang dalem batu putih ke arah selatan dan sama2 mendirikan kerajaan,Sekarang kembali diceritrakan Dhalem Ireng, karena terlalu lama beliau memimpin pemerintahan, tiba-tiba beliau teringat dengan saudaranya Dhalem(putih) Sweta, kata lubuk hatinya, apakah gunanya aku memegang pemerintahan, bila tidak mengetahui keberadaan saudaraku, niscaya kekuasaan tidak ada artinya, demikian kata hati beliau, sehingga hasrat dalam pikirannya memutuskan untuk pergi mencari kakaknya Dhalem Sweta, sehingga beliau menuju arah barat. singkat cerita,Sekarang diceritrakan Dhalem Ireng dengan segera menuju desa Jimbaran, pada saat yang baik itu beliau bertemu dengan hamba sahaja (dayang) Dhalem Sweta, dimana dayang tersebut sedang mempersiapkan santapan yang akan disuguhkan kepada majikannya Dhalem Sweta, dengan melihat santapan tersebut tiada tertahan nafsunya untuk menikmati, maka dengan lahapnya Dhalem Ireng menyantap hidangan tersebut, terkejutlah si dayang yang bernama Ni Pring Gading, lalu bertanya: siapakah gerangan tuan, hamba tidak mengenal tuan sebelumnya, mengapa tuan berani memakan santapan yang akan kami hidangkan untuk tuan hamba Dhalem Sweta, mendengar kata Ni Pring Gading yang demikian itu, mendadak Dhalem Ireng berhenti menyantapnya, lalu beliau bertanya: Hai dayang dimanakah kini berada Dhalem Sweta, ya tuanku beliau kini berada di tempat pagagan (ladang padi gaga), demikian jawab si dayang, dengan segera Dhalem Ireng berjalan menuju tempat pagagan, namun Dhalem Sweta tidak pula dijumpai, sebab Dhalem Sweta sudah kembali menuju desa Jimbaran, dalam perjalanan pulang beliau sempat menyinggahi ladang orang-orang kampung, namun setelah tibanya Dhalem Sweta di istana, dengan sangat hormat dayang Ni Pring Gading humatur, maafkan tuanku Bhatara Dhalem Sweta, ijinkan hamba melaporkan kehadapan duli tuanku, bahwasanya ada seorang yang datang dengan bentuk tubuh besar, tinggi kekar rupanya bagaikan setan, orang tersebut telah berani lancang membuka langsung menyantap santapan tuanku raja, tiada tertahan takut hamba, dan lagi pula orang tersebut menanyakan paduka tuanku raja, mendengar hatur si dayang yang demikian itu, sungguh tiada tertahan murkanya Bhatara Dhalem Sweta dan dengan segera kembali lagi ketempat pagagan, hal kian sampailah pada tempat pagagan dan bertemu dengan Dhalem Ireng, karena saking emosionalnya pertempuran kedua belah pihak tidak dapat dihindari, perang tandingpun terjadi, sama-sama bersenjata keris, salik tusuk, namun keduanya tidak ada terlukai karena sama-sama kebal, karena tiada yang terkalahkan, akhirnya kedua belah pihak sama-sama kepayahan, dalam pada itu beliau berdua saling tegur sapa, Siapakah gerangan anda, aku bernama Dhalem Ireng, aku Dhalem Sweta, setelah bertegur sapa, barulah menyadari tentang asal usul dan pesan Ki Lembhu Sanghyang Pasupati yang masing-masing membawa senjata yaitu: Dhalem Sweta bersenjatakan Keris Kala Katenggeng, dan Dhalem Ireng bersenjatakan Keris Miring Agung, barulah beliau menyadari bahwa yang diajak perang tanding adalah saudaranya sendiri, sehingga suasana berubah dari tegang menjadi terharu, sama-sama meceritrakan pengalaman masing-masing. Akhirnya Dhalem Ireng berkata kepada kakaknya Dhalem batu putih Akhirnya Dhalem Ireng berkata kepada kakaknya Dhalem Sweta. Ya kakakku Dhalem Sweta, banyak sekali kakanda memberikan nama desa dan yang terakhir kanda berada di desa Jimbaran, sudah seyogyanya kanda disebut Dhalem Putih Jimbaran, sekarang ijinkanlah saya mohon pamit, sayapun juga berniat memberikan nama suatu tempat atau desa yang bercirikan watu, yang merupakan ciri bahwa aku pernah melintasi daerah tersebut. Dan ijinkan adinda menuju kearah utara, kalau demikian baiklah, namun kanda mohon tempat kita berperang tadi kita namakan Bukit Kali,di dalam perjalanan beliu memandang hutan yang rimbun dan sangat luas (jimbar)maka di namakan alas jimbar berkembang menjadi jimbaran,info lengkap http://www.facebook.com/note.php?note_id=113743448689987
dari imade arta yasa karang
 
== Pranala luar ==