Hussein dari Yordania: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k r2.6.4) (bot Mengubah: es:Hussein I de Jordania
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-mempengaruhi +memengaruhi)
Baris 33:
Saat 1950, air, sanitasi dan listrik tersedia hanya untuk 10% penduduknya, kini seluruhnya mencapai 99% penduduk. Pada 1960 hanya 33% penduduknya melek huruf, pada 1996, naik menjadi 85,5%. Pada 1961, rata-rata penduduknya makan sebanyak 2198 kalori, dan pada 1992, angka ini telah naik dari 37.5% mencapai 3.022 kalori. Statistik [[UNICEF]] menunjukkan bahwa antara 1981 dan 1991, Yordania mencapai kecepatan tahunan terbesar di dunia mengurangi kematian bayi — dari 70 kematian per 1000 kelahiran pada 1981 menjadi 37 per 1000 pada 1991, penurunan di atas 47%. Raja Hussein juga telah percaya bahwa penduduknya ialah aset terbesar, dan ia melanjutkan mendorong seluruhnya — termasuk yang kurang beruntung, kecacatan dan anak yatim — untuk berusaha lebih banyak.
 
Pada [[Perang Enam Hari]] [[1967]], Yordania-yang menguasai [[Tepi Barat]] dan Yerussalem Timur sebenarnya netral dan diminta netral oleh [[Israel]]. Namun akhirnya Raja Hussein mempersiapkan dan menyatakan perang terhadap Israel atas desakan [[Gamal Abdel Nasser]] dari [[Mesir]] dan tekanan [[Suriah]] yang juga mempersiapkan diri untuk menyerang Israel. Akibatnya, Israel melakukan serangan dadakan terhadap Suriah, Mesir dan Yordania pada [[6 Juni]] [[1967]] yang mengakibatkan Yordania kehilangan Tepi Barat dan Yerussalem Timur. Raja Hussein mengakui PLO sebagai pihak yang berwenang untuk mengurus rakyat Palestina. Namun demikian, setelah PLO dianggap "negara dalam negara" di Yordania yang juga dihuni sebagian besar warga [[Palestina]], serta adanya permainan Syria dalam mempengaruhimemengaruhi politik Yordania dengan menggunakan tangan PLO, akhirnya PLO diusir dari Yordania dan pindah ke kawasan Libanon Selatan dan [[Tunisia]]. Peristiwa ini membuat hubungan Yordania dengan Syria menjadi renggang.
 
Setelah terjadinya kerusuhan di beberapa kota akibat kenaikan harga pada [[1989]], untuk pertama kalinya sejak Pemilu [[1967]], Raja Hussein mengadakan Pemilu [[November]] [[1989]]. Namun kebebasan itu hanyalah semu, kekuasaan veto tetap ada di tangan raja. Banyak kalangan aktivis pergerakan politik ditahan oleh pemerintah.