Kudeta APRA: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 57:
 
== Kudeta ==
Namun upaya mengevakuasi ''[[RecimentRegiment Speciale Troepen]]'' (RST), gabungan baret merah dan baret hijau telah terlambat untuk dilakukan. Dari beberapa bekas anak buahnya, Westerling mendengar mengenai rencana tersebut, dan sebelum deportasi pasukan RST ke Belanda dimulai, pada [[23 Januari]] 1950, Westerling melancarkan kudetanya. Subuh pukul 4.30, Letnan Kolonel KNIL [[T. Cassa]] menelepon Jenderal Engles dan melaporkan: "Satu pasukan kuat APRA bergerak melalui Jalan Pos Besar menuju Bandung."
 
Westerling dan anak buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka temukan di jalan. 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut, termasuk [[Letnan Kolonel Lembong]], sedangkan di pihak APRA, tak ada korban seorang pun.
 
Sementara Westerling memimpin penyerangan di Bandung, sejumlah anggota pasukan RST dipimpin oleh Sersan Meijer menuju [[Jakarta]] dengan maksud untuk menangkap Presiden [[Soekarno]] dan menduduki gedung-gedung pemerintahan. Namun dukungan dari pasukan KNIL lain dan [[TII]] (Tentara Islam Indonesia]] (TII) yang diharapkan Westerling tidak muncul, sehingga serangan ke Jakarta gagal dilakukan.
 
Setelah puas melakukan pembantaian di Bandung, seluruh pasukan RST dan satuan-satuan yang mendukungnya kembali ke tangsi masing-masing. Westerling sendiri berangkat ke Jakarta, dan pada [[24 Januari]] 1950 bertemu lagi dengan Sultan Hamid II di [[Hotel Des Indes]]. Hamid yang didampingi oleh sekretarisnya, [[dr. J. Kiers]], melancarkan kritik pedas terhadap Westerling atas kegagalannya dan menyalahkan Westerling telah membuat kesalahan besar di Bandung. Tak ada perdebatan, dan sesaat kemudian Westerling pergi meninggalkan hotel.
 
Setelah itu terdengar berita bahwa Westerling merencanakan untuk mengulang tindakannya. Pada [[25 Januari]], Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa Westerling, didukung oleh RST dan [[Darul Islam]], akan menyerbu Jakarta. Engles juga menerima laporan, bahwa Westerling melakukan konsolidasi para pengikutnya di [[Garut]], salah satu basis [[Darul Islam]] waktu itu.
 
Aksi militer yang dilancarkan oleh Westerling bersama APRA yang antara lain terdiri dari pasukan elit tentara Belanda, menjadi berita utama media massa di seluruh dunia. Hugh Laming, koresponden Kantor Berita [[Reuters]] yang pertama melansir pada [[23 Januari]] 1950 dengan berita yang sensasional. Osmar White, jurnalis [[Australia]] dari ''[[Melbourne Sun]]'' memberitakan di halaman muka: "''Suatu krisis dengan skala internasional telah melanda [[Asia Tenggara]]''." Duta Besar Belanda di [[Amerika Serikat]], van Kleffens melaporkan bahwa di mata orang Amerika, Belanda secara licik sekali lagi telah mengelabui Indonesia, dan serangan di Bandung dilakukan oleh "''de zwarte hand van Nederland''" (tangan hitam dari Belanda).
 
==Rujukan==