Pembela Tanah Air: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k perbaikan kecil pt2
Baris 34:
[[Berkas:Peta_ri.jpg|left|thumb|Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944]]
'''Tentara Sukarela Pembela Tanah Air''' disingkat {{nihongo|'''PETA'''|郷土防衛義勇軍|kyōdo bōei giyûgun}} adalah kesatuan militer yang dibentuk [[Jepang]] dalam masa pendudukan Jepang di [[Indonesia]]. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal [[3 Oktober]] [[1943]] berdasarkan maklumat ''Osamu Seirei No 44'' yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, [[Letnan Jendral]] [[Kumakichi Harada]] sebagai [[Tentara Sukarela]]. Pelatihan pasukan Peta dipusatkan di kompleks militer [[Bogor]] yang diberi nama [[Gyu Gun|Jawa Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai]].
 
Tentara PETA telah berperan besar dalam [[Perang Kemerdekaan Indonesia]]. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Soeharto]] dan Jendral Besar [[Soedirman]]. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi [[militer Indonesia]], antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR),[[ Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI) hingga akhirnya [[TNI]]. Karena hal ini, PETA banyak dianggap sebagai cikal bakal dari [[Tentara Nasional Indonesia]].
 
==Latar belakang==
Baris 40 ⟶ 42:
==Pemberontakan batalion PETA di Blitar==
{{utama|Pemberontakan PETA Blitar}}
Pada tanggal [[14 Februari]] [[1945]], pasukan PETA di [[Blitar]] di bawah pimpinan [[Supriadi]] melakukan sebuah pemberontakan yang dikenal dengan nama "[[Pemberontakan PETA Blitar]]". Pemberontakan ini berhasil dipadamkan dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun [[Heiho]]. Pimpinan pasukan pemberontak, Supriadi, hilang dalam peristiwa ini. Akan tetapi, pimpinan lapangan dari pemberontakan ini, yang selama ini dilupakan sejarah, Muradi, tetap bersama dengan pasukannya hingga saat terakhir. Mereka semua pada akhirnya, setelah disiksa selama penahanan oleh KENPEITAI''[[Kenpeitai]]'' (PM), diadili dan dihukum mati dengan [[hukuman penggal]] sesuai dengan hukum militer [[Tentara Kekaisaran Jepang]] di pantai [[Ancol]] pada tanggal [[16 Mei]] [[1945]].
 
== Pembubaran PETA ==
Tanggal [[18 Agustus]] [[1945]], sehari setelah [[proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia]], berdasarkan persetujuan penyerahan tanpa-syarat dengan [[Tentara Sekutu]], [[Tentara Kekaisaran Jepang]] mengeluarkan perintah untuk membubarkan kesatuan-kesatuan PETA. Sehari kemudian, panglima terakhir Tentara Ke-16 di Jawa, Letnan Jendral [[Nagano Yuichiro]], mengucapkan pidato perpisahan pada para anggota kesatuan PETA.
 
==Peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia ==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Indonesische jongens tijdens hun soldatentraining door de Japanners TMnr 10001989.jpg|thumb|left|Pemuda Indonesia dalam pelatihan di ''[[Seinen Dojo]]'' yang kemudian menjadi anggota ''PETA'']]
Sumbangsih dan peranan tentara PETA dalam perjuanganmasa melawan[[Perang penjajahanKemerdekaan JepangIndonesia]] demikiansangatlah besar. Demikian juga peranan mantan Tentara PETA dalam kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Soeharto]] dan Jendral Besar [[Soedirman]]. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI) sejak Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) hingga TNI. Untuk mengenang perjuangan Tentara PETA, pada tanggal [[18 Desember]] [[1995]] diresmikan monumen PETA yang letaknya di Bogor.
 
== Rujukan ==