Gereja Katolik di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 30:
Romo van Lith juga mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu ''Normaalschool'' di tahun [[1900]] dan ''Kweekschool'' (Sekolah Pendidikan Guru) di tahun [[1904]]. Pada tahun [[1918]] sekolah-sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan, yaitu [[Yayasan Kanisius]]. Para imam dan Uskup pertama di Indonesia adalah bekas siswa Muntilan.
 
Pada permulaan abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat. Berawal babak baru dengan pembagian kerja di antara Ordo-ordo misionaris. Setiap ordo mendatangkan tenaga misionarisnya. SPausPaus Leo XIII mendirikan [[Prefektur Apostolik]] baru di Maluku dan sekitarnya, dan menyerahkan pembinaannya kepada imam-imam Misionaris Hati Kudus [[(MSC)]] pada 22 Desember 1902. Tiga tahun kemudian, pada 1905 Paus Pius X membentuk [[Prefektur Apostolik]] Kalimantan dan pelayanannya diserahkan kepada Ordo Kapusin [[(OFMCap)]]. Sumatera menyusul menjadi [[Prefektur Apostolik]] pada tahun 1911 dan diserahkan kepada Ordo Kapusin juga. [[Prefektur Apostolik]] Kepulauan Sunda Kecil didirikan pada 1913 dan diserahkan kepada Serikat Sabda Allah [[(SVD)]]. [[Prefektur Apostolik]] Celebes berdiri pada tahun 1919 dan diserahkan kepada Misionaris Hati Kudus (MSC).
 
Selanjutnya di Jawa sendiri perkembangan besar terjadi dengan pembagian tugas baru. Pada 1923 imam-imam Ordo Karmel [[(O.Carm)]] diberi tugas membina daerah misi Malang, Suatu [[Prefektur Apostolik]] didirikan pada tahun 1927 di Malang. Surabaya diserahkan kepada imam-imam Lazaris [[(C.M.)]] pada tahun 1923 dan berkembang menjadi [[Prefektur Apostolik]] pada 1928. Imam-imam misionaris Hati Kudus [[(MSC)]] juga mengembangkan Purwokerto di Jawa Tengah, dan suatu [[Prefektur Apostolik]] didirikan di Purwokerto pada tahun 1932. Bersamaan dengan itu Bandung menjadi [[Prefektur Apostolik]] setelah diserahkan dan dibina oleh Ordo Salib Suci [[(OSC)]]. Semarang dijadikan [[Vikariat Apostolik]] pada tahun 1940.