Pakubuwana IV: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Memperbaiki pranala (banyak berulang, tidak tepat)
Baris 1:
'''Sri Susuhunan Pakubuwana IV''' (lahir: [[Surakarta]], [[1768]] – wafat: [[Surakarta]], [[1820]]) adalah raja ketiga [[Kasunanan Surakarta]] yang memerintah tahun [[1788]] – [[1820]]. Ia dijuluki sebagai '''Sunan Bagus''', karena naik takhta dalam usia muda dan berwajah tampan.
 
== Awal Pemerintahan ==
Nama aslinya adalah '''Raden Mas Subadya''', putra [[Pakubuwana III]] yang lahir dari permaisuri keturunan [[sultan]] [[Demak]]. Ia dilahirkan tanggal [[2]] [[September]] [[1768]] dan naik takhta tanggal [[29]] [[September]] [[1788]], dalam usia 20 tahun.
 
Pakubuwana IV adalah raja [[Surakarta]] yang penuh cita-cita dan keberanian, berbeda dengan ayahnya yang kurang cakap. Ia tertarik pada paham [[Kejawen]] dan mengangkat para tokoh golongan tersebut dalam pemerintahan. Hal ini tentu saja ditentang para pejabat [[Islam]] yang sudah mapan di istana.
 
Para tokoh [[Kejawen]] tersebut mendukung Pakubuwana IV untuk bebas dari [[VOC]] dan menjadikan [[Surakarta]] sebagai negeri paling utama di [[Jawa]], mengalahkan [[Yogyakarta]].
 
== Peristiwa Pakepung ==
Keadaan [[Surakarta]] semakin tegang. Para pejabat yang tersisih berusaha mengajak [[VOC]] untuk menghadapi raja. Pakubuwana IV sendiri membenci [[VOC]] terutama atas sikap residen [[Surakarta]] bernama W.A. Palm yang korup.
 
Residen [[Surakarta]] pengganti Palm yang bernama Andries Hartsinck terbukti mengadakan pertemuan rahasia dengan Pakubuwana IV. [[VOC]] mulai cemas dan menduga Hartsinck dimanfaatkan Pakubuwana IV sebagai alat perusak dari dalam.
 
[[VOC]] akhirnya bersekutu dengan [[Hamengkubuwana I]] dan [[Mangkunegara I]] untuk menghadapi Pakubuwana IV. Pada bulan [[November]] [[1790]] bersama mereka mengepung [[Keraton Surakarta]]. Dari dalam istana sendiri, para pejabat senior yang tersisih ikut menekan Pakubuwana IV agar menyingkirkan para penasihat rohaninya. Peristiwa ini disebut Pakepung.
 
Pakubuwana IV akhirnya mengaku kalah tanggal [[26]] [[November]] [[1790]] dengan menyerahkan para penasihatnya yang berpaham [[Kejawen]] untuk dibuang [[VOC]].
 
== Sikap terhadap Yogyakarta ==
Atas prakarsa [[VOC]], maka Pakubuwana IV, [[Hamengkubuwana I]] dan [[Mangkunegara I]] bersama menandatangani perjanjian yang menegaskan bahwa kedaulatan [[Surakarta]], [[Yogyakarta]], dan [[Mangkunegaran]] adalah setara dan mereka dilarang untuk saling menaklukkan.
 
Meskipun demikian, Pakubuwana IV tetap saja menyimpan ambisi untuk mengembalikan [[Mataram]]-[[Yogyakarta]] ke dalam pangkuan [[Surakarta]]. Sejak tahun [[1800]] tidak ada lagi [[VOC]] karena dibubarkan pemerintah negeri [[Belanda]]. Sebagai gantinya, dibentuk pemerintahan [[Hindia Belanda]] yang juga dipimpin seorang gubernur jenderal.
 
[[Herman Daendels]], gubernur jenderal [[Hindia Belanda]] sejak [[1808]], menerapkan aturan yang semakin merendahkan kedaulatan istana. Dalam hal ini Pakubuwana IV seolah-olah menerima kebijakan itu karena ia berharap [[Belanda]] mau membantunya merebut [[Yogyakarta]].
 
Pakubuwana IV juga pandai bersandiwara di hadapan [[Thomas Raffles]], wakil pemerintah [[Inggris]] yang telah menggeser pemerintahan [[Hindia Belanda]] tahun [[1811]]. Sementara itu [[Hamengkubuwana II]] (pengganti [[Hamengkubuwana I]]) terkesan kurang ramah terhadap bangsa asing.
 
Pakubuwana IV memanfaatkan kesempatan itu. Ia saling berkirim surat dengan [[Hamengkubuwana II]] yang berisi hasutan supaya [[Yogyakarta]] segera memberontak terhadap penjajahan [[Inggris]]. Harapannya, [[Yogyakarta]] akan hancur di tangan [[Inggris]].
 
Pihak [[Inggris]] lebih dulu mengambil tindakan. Pada bulan [[Juni]] [[1812]], istana [[Yogyakarta]] berhasil diduduki dengan bantuan [[Mangkunegara II]]. [[Hamengkubuwana II]] sendiri ditangkap dan dibuang ke [[Penang]].
 
== Persekutuan dengan Orang-Orang Sepoy ==
Surat-menyurat antara Pakubuwana IV dan [[Hamengkubuwana II]] terbongkar. Pihak [[Inggris]] tidak menurunkan Pakubuwana IV dari takhta, tapi merebut beberapa wilayah [[Surakarta]].
 
Pakubuwana IV belum juga jera. Pada tahun [[1814]], ia bersekutu dengan kaum Sepoy dari [[India]], yaitu tentara yang dibawa [[Inggris]] untuk bertugas di [[Jawa]]. Tentara Sepoy ini diajak Pakubuwana IV untuk memberontak terhadap [[Inggris]], serta menaklukkan [[Yogyakarta]] yang saat itu dipimpin [[Hamengkubuwana III]].
 
Persekutuan ini kandas tahun [[1815]]. Sebanyak 70 orang Sepoy yang terlibat pemberontakan diadili pihak [[Inggris]]. Sejumlah 17 orang di antaranya dihukum mati, sedangkan sisanya dipulangkan ke [[India]] sebagai tawanan. [[Thomas Raffles]] juga membuang seorang pangeran [[Surakarta]] yang dianggap sebagai penghasut Pakubuwana IV.
 
== Akhir Pemerintahan ==
Pakubuwana IV masih menjadi raja [[Surakarta]] tanpa diturunkan [[Inggris]]. Sebaliknya, ia mengalami pergantian pemerintah penjajah, dari [[Inggris]] kembali kepada [[Belanda]] tahun [[1816]].
 
Pakubuwana IV meninggal dunia tanggal [[2]] [[Oktober]] [[1820]]. Ia digantikan putranya yang bergelar [[Pakubuwana V]].
 
Selain dikenal sebagai ahli politik yang cerdik, Pakubuwana IV juga terkenal dalam bidang sastra, khususnya yang bersifat rohani. Ia diyakini mengarang naskah Serat Wulangreh yang berisi ajaran-ajaran luhur untuk memperbaiki moral kaum [[bangsawan]] [[Jawa]].
 
Pujangga besar [[Ranggawarsita]] mengaku semasa muda ia pernah belajar beberapa ilmu kesaktian kepada Pakubuwana IV. [[Ranggawarsita]] sendiri merupakan cucu angkat Pangeran Buminoto, adik Pakubuwana IV.
 
== Catatan ==
Selain [[Pakubuwana V]], ada dua lagi putra Pakubuwana IV yang menjadi raja [[Surakarta]], yaitu [[Pakubuwana VII]] dan [[Pakubuwana VIII]].
 
== Kepustakaan ==