Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika !
Evremonde (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
'''[[Belanda]] mengakui kemerdekaan [[Indonesia]]''' pada [[17 Agustus]] [[1945]] sesuai dengan [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]]. Pengakuan ini baru dilakukan pada [[16 Agustus]] [[2005]], sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, oleh [[Menteri Luar Negeri Belanda|Menlu Belanda]] [[Bernard Rudolf Bot]] dalam pidato resminya di Gedung [[Departemen Luar Negeri Republik Indonesia|Deplu]]. Pada kesempatan itu, Pemerintah Indonesia diwakili oleh [[Menteri Luar Negeri Republik Indonesia|Menlu]] [[Hassan Wirajuda]]. Keesokan harinya, Bot juga menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di [[Istana Negara]], [[Jakarta]]. Langkah Bot ini mendobrak tabu dan merupakan yang pertama kali dalam sejarah.
 
Pada [[4 September]] [[2008]], juga untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang [[Perdana Menteri Belanda]], [[Jan Peter Balkenende]], menghadiri Peringatan HUT Kemerdekaan RI. Balkenende menghadiri resepsi diplomatik HUT Kemerdekaan RI ke-63 yang digelar oleh [[Kedutaan Besar Republik Indonesia|KBRI]] Belanda di [[Wisma Duta]], [[Den Haag]]. Kehadirannya didampingi oleh para menteri utama [[Kabinet Balkenende IV]], antara lain Menteri Luar Negeri [[Maxime Jacques Marcel Verhagen]], Menteri YustisiHukum [[Ernst Maurits Henricus Hirsch Ballin]], Menteri Pertahanan [[Eimert van Middelkoop]], dan para pejabat tinggi kementerian luar negeri, parlemen, serta para mantan Duta Besar Belanda untuk Indonesia.<ref>[http://www.detiknews.com/read/2008/09/05/180222/1001252/10/pertama-dalam-sejarah-pm-belanda-hadiri-resepsi-hut-ri-17-8 Pertama Dalam Sejarah PM Belanda Hadiri Resepsi HUT RI 17-8], ''detikNews'', 5 September 2008</ref>
 
Selama hampir 60 tahun, Belanda tidak bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda menganggap kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada [[27 Desember]] [[1949]], yaitu ketika ''soevereiniteitsoverdracht'' (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di [[Istana Dam]], [[Amsterdam]]. Di [[Belanda]] selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui [[Indonesia]] merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan ''politionele acties'' ([[agresi militer]]) pada [[1945]]-[[1949]] adalah ilegal.
Baris 11:
== Pernyataan Pemerintah Belanda di Den Haag ==
[[Berkas:Proklamasi-teks.jpg|thumb|right|200px|Teks [[Proklamasi]] [[Republik Indonesia]] (gambar teks diatas adalah fotokopi) yang ditandatangani oleh [[Soekarno]] dan [[Hatta]]]]
Menlu [[Ben Bot]] menegaskan, kehadirannya pada upacara Hari Ulang Tahun RI ke-60 dapat dilihat sebagai penerimaan politik dan moral bahwa Indonesia merdeka pada 17-8-1945. Atas nama Belanda, ia juga meminta maaf.
 
Menlu Belanda [[Bernard Rudolf Bot]] menyampaikan hal itu dalam upacara peringatan berakhirnya pendudukan Jepang di Hindia Belanda, hari Senin 15 Agustus 2005 di kompleks [[Monumen Hindia Belanda]], [[Den Haag]]. Pernyataan Bot itu juga disaksikan [[Beatrix dari Belanda|Ratu Beatrix]], yang hadir meletakkan karangan bunga.
 
Bot secara eksplisit mengungkapkan bahwa sikap dan langkahnya tersebut telah mendapat dukungan kabinet. "Saya dengan dukungan kabinet akan menjelaskan kepada rakyat Indonesia bahwa di Belanda ada kesadaran bahwa kemerdekaan Indonesia ''de facto'' telah dimulai 17-8-1945 dan bahwa kita 60 tahun setelah itu, dalam pengertian [[politik]] dan [[moral]], telah menerima dengan lapang dada," demikian Bot.
Baris 19:
Pengakuan secara resmi soal kemerdekaan Indonesia pada 17-8-1945 selama ini sulit diterima para veteran, sebab mereka ketika itu setelah tanggal tersebut dikerahkan untuk melakukan [[Agresi Militer]]. Baru kemudian pada [[27 Desember]] [[1949]] penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia secara resmi diteken.
 
Menurut menteri yang lahir pada [[21 November]] [[1937]] di [[Batavia]] (kini [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]), itu sikap menerima tanggal kemerdekaan Indonesia pada 17-8-1945 dalam pengertian moral juga berarti bahwa dirinya ikut mendukung ungkapan penyesalan mengenai perpisahan Indonesia-Belanda yang menyakitkan dan penuh kekerasan. "Hampir 6.000 militer Belanda gugur dalam pertempuran, banyak yang cacat atau menjadi korban trauma psikologis. Akibat pengerahan militer skala besar-besaran, negeri kita juga sepertinya berdiri pada sisi sejarah yang salah. Ini sungguh kurang mengenakkan bagi pihak-pihak yang terlibat," tandas Bot.
 
Doktor hukum lulusan ''[[Harvard Law School'']] itu melukiskan berlikunya pengakuan seputar tanggal [[kemerdekaan]] dan hubungan Belanda-Indonesia itu seperti orang mendaki gunung. "Baru setelah seseorang berdiri di puncak gunung, orang dapat melihat mana jalan tersederhana dan tersingkat untuk menuju ke puncak. Hal seperti itu juga berlaku bagi mereka yang terlibat pengambilan keputusan pada tahun 40-an. Baru belakangan terlihat bahwa perpisahan Indonesia-Belanda terlalu berlarut-larut dan dengan diiringi banyak kekerasan militer melebihi seharusnya. Untuk itu saya atas nama pemerintah Belanda akan menyampaikan permohonan maaf di Jakarta," tekad Bot.
 
"Dalam hal ini saya mengharapkan pengertian dan dukungan dari masyarakat Hindia (angkatan [[Hindia Belanda]]), masyarakat [[Maluku]] di Belanda dan para veteran [[Aksi Polisionil]]," demikian Bot.