De-Soekarnoisasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
k Suntingan 125.161.53.57 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Borgxbot
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Langkah-langkah tersebut dilakukan antara lain dengan jalan mengganti nama Soekarno yang diberikan pada berbagai tempat atau bangunan di Indonesia. Misalnya, [[Stadion Gelora Bung Karno]] diubah menjadi [[Stadion Utama Senayan]], kota '''Soekarnopura''' (sebelumnya bernama '''Hollandia''') diubah namanya menjadi [[Jayapura]], dan '''Puncak Soekarno''' diubah namanya menjadi [[Puncak Jaya]]. Selain itu, pada saat Soekarno meninggal, keinginannya untuk dikebumikan di [[Istana Batu Tulis]], [[Bogor]] tidak dipenuhi oleh pemerintah. Sebaliknya, Soekarno dikebumikan di [[Blitar]], tempat tinggal kedua orang tua beserta kakaknya, Ibu Wardojo.
 
Upaya-upaya lain yang lebih fundamental dilakukan dengan memperkecil peranan Soekarno dalam mencetuskan [[Pancasila]] serta tanggal kelahiran pemikiran yang kemudian dijadikan ideologi nasional pada [[1 Juni]] [[1945]]. [[Nugroho Notosusanto]], yang merupakan sejarahwansejarawan resmi Orde Baru dan yang sangat dekat dengan militer, mengajukan pendapat bahwa tokoh utama yang mencetuskan Pancasila bukanlah Bung Karno, melainkan Mr. [[Mohammad Yamin]], pada tanggal [[29 Mei]] [[1945]]. Pendapat resmi inilah yang selalu dipegang selama masa [[Orde Baru]], dan dicoba ditanamkan lewat program [[Pedoman Penghayatan dam Pengamalan Pancasila|P-4]].
 
== Pranala luar ==