Penghulu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 8:
Pada awalnya sebutan penghulu, digunakan dalam susunan struktur pemerintahan [[nagari]] di kawasan [[Minang]], dimana seorang penghulu juga merupakan pemangku adat dan bergelar ''Datuak'', selanjutnya dalam susunan sebuah nagari terdapat struktur kekuasaan dimulai dari ''Panghulu Pucuak'', ''Panghulu Suku Adat'', ''Panghulu Bua Paruik'' dan ''Panghulu andiko'', atau ada juga dalam nagari itu mempunyai struktur seperti ''Panghulu'', ''Malin'', ''Manti'' dan ''Dubalang''<ref>Batuah, A. Dt. & Madjoindo, A. Dt., (1959), ''Tambo Minangkabau dan Adatnya'', Jakarta: Balai Pustaka.</ref>. Selanjutnya dari struktur tersebut, kemudian disatukan dengan istilah ''Urang Ampek Jinih'' (Empat orang dengan fungsi masing-masing).
Dalam suatu nagari, malin atau
Setiap suku-suku Minang memiliki struktur penghulu dengan gelar masing-masing. Tinggi rendahnya kedudukan seorang Penghulu dalam adat Minang sangat dipengaruhi oleh kaumnya, dan hal ini sangat mempengaruhi status seorang penghulu untuk dapat mengatur dan mengelola sebuah nagari nantinya. Umumnya pada sebuah nagari, suku-suku awal pada nagari tersebut memiliki dominasi atas suku-suku yang datang kemudian. Selain memiliki tanah atau sawah yang luas, para penghulu dari suku-suku awal ini juga ditempatkan pada posisi terhormat dibanding penghulu dari suku-suku yang datang kemudian.
== Penghulu di Malaysia ==
|