Siwalan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k bot kosmetik perubahan
Baris 12:
| genus = [[Borassus]]
}}
'''Siwalan''' (juga dikenal dengan nama '''pohon [[lontar]]''' atau '''tal''') adalah sejenis [[palma]] yang tumbuh di [[Asia Selatan]] dan [[Asia Tenggara]]. Di banyak daerah, [[pohon]] ini juga dikenal dengan nama-nama yang mirip seperti ''lonta'' ([[Minangkabau|Min.]]), ''ental'' ([[bahasa Sunda|Sd.]], [[bahasa Jawa|Jw.]], [[bahasa Bali|Bal.]]), ''taal'' ([[bahasa Madura|Md.]]), ''dun tal'' ([[bahasa Sasak|Sas.]]), ''jun tal'' ([[Sumbawa]]), ''tala'' ([[Sulawesi Selatan|Sulsel]]), ''lontara'' ([[Toraja]]), ''lontoir'' ([[Pulau Ambon|Ambon]]). Juga ''manggita, manggitu'' ([[Sumba]]) dan ''tua'' ([[Timor]]).<ref name=heyne_373-376>Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 373-376.</ref>
 
''B. flabellifer'' menjadi [[Daftar flora identitas provinsi di Indonesia|flora identitas]] [[Provinsi]] [[Sulawesi Selatan]].
[[FileBerkas:Borassus ake-assii MS 1315.JPG|thumb|180px|]]
 
== Pemerian ==
[[FileBerkas:Borassus flabellifer.jpg|thumb|left|180px|[[Borassus flabellifer]]]]
[[FileBerkas:GntTaatiFruit.jpg|thumb|left|180px|The fruits of Palmyra Palm tree [[Borassus flabellifer]] (locally called Thaati Munjelu) sold in a market at Guntur, India.]]
Pohon palma yang kokoh kuat, berbatang tunggal dengan tinggi 15-30 [[meter|m]] dan diameter batang sekitar 60 [[sentimeter|cm]]. Sendiri atau kebanyakan berkelompok, berdekat-dekatan.
 
Daun-daun besar, terkumpul di ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Helaian [[daun]] serupa kipas bundar, berdiameter hingga 1,5 m, bercangap sampai berbagi menjari; dengan taju anak daun selebar 5-7 cm, sisi bawahnya keputihan oleh karena lapisan [[lilin]]. Tangkai daun mencapai panjang 1 m, dengan pelepah yang lebar dan hitam di bagian atasnya; sisi tangkai dengan deretan duri yang berujung dua.
 
Karangan bunga dalam tongkol, 20-30 cm dengan tangkai sekitar 50 cm.<ref name=steenis1981_135>[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981. ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 135.</ref> [[Buah]]-buah bergerombol dalam tandan, hingga sekitar 20 butir, bulat peluru berdiameter 7-20 cm, hitam kecoklatan kulitnya dan kuning daging buahnya bila tua. Berbiji tiga butir dengan tempurung yang tebal dan keras.
 
== Kegunaan ==
[[Berkas:Lontar-kupang.jpg|thumb|left|180px|Pohon-pohon siwalan di [[Nusa Tenggara Timur]].]]
Daunnya digunakan sebagai bahan kerajinan dan media penulisan naskah [[lontar]]. Barang-barang kerajinan yang dibuat dari daun lontar antara lain adalah [[kipas]], [[tikar]], topi, aneka keranjang, tenunan untuk pakaian dan [[sasando]], alat musik tradisional di Timor.
 
Sejenis serat yang baik juga dapat dihasilkan dengan mengolah tangkai dan pelepah daun. Serat ini pada masa silam cukup banyak digunakan di Sulawesi Selatan untuk menganyam tali atau membuat ''songkok'', semacam tutup kepala setempat.<ref name=heyne_373-376>Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 373-376.</ref>
 
Kayu dari batang lontar bagian luar bermutu baik, berat, keras dan berwarna kehitaman. Kayu ini kerap digunakan orang sebagai bahan bangunan atau untuk membuat perkakas dan barang kerajinan.
 
Dari karangan bunganya (terutama tongkol bunga betina) disadap orang [[nira]] lontar. Nira ini dapat dimasak menjadi [[gula]] atau di[[fermentasi]] menjadi [[tuak]], semacam minuman beralkohol buatan rakyat.
 
Buahnya juga dikonsumsi, terutama yang muda. Biji yang masih muda itu masih lunak, demikian pula batoknya, bening lunak dan berair (sebenarnya adalah [[endosperma]] cair) di tengahnya. Rasanya mirip [[kolang-kaling]], namun lebih enak. Biji yang lunak ini kerap diperdagangkan di tepi jalan sebagai “buah siwalan” (''nungu'', bahasa [[Tamil]]). Adapula biji siwalan ini dipotong kotak-kotak kecil untuk bahan campuran minuman es [[dawet siwalan]] yang biasa didapati dijual didaerah pesisir [[Jawa Timur]], Paciran, [[Tuban]]. Rasa minuman es [[dawet siwalan]] ini terasa lezat karena gulanya berasal dari sari [[nira]] asli.
 
Daging buah yang tua, yang kekuningan dan berserat, dapat dimakan segar ataupun dimasak terlebih dahulu. Cairan kekuningan darinya diambil pula untuk dijadikan campuran penganan atau kue-kue; atau untuk dibuat menjadi selai.
 
== Ekologi dan penyebaran ==