Perhimpunan Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika !
Evremonde (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
'''Indische Vereeniging''' atau '''Perhimpunan Hindia''' adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun [[1908]].
 
Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa [[SutanSoetan CasayanganKasajangan Soripada]] dan [[R.M. Noto SurotoSoeroto]] yang tujuan utamanya ialah mengadakan pesta dansa-dansa dan pidato-pidato.
 
Sejak [[Tjipto MangunkusumoMangoenkoesoemo]] dan Soewardi Soerjaningrat ([[Ki Hajar Dewantara]]) masuk, pada [[1913]], mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah ''vereeninging'' ini memasuki kancah politik. Waktu itu pula ''vereeniging'' menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama ''Hindia Poetera'', namun isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik.
 
== Perhimpunan Indonesia ==
Semula, gagasan nama ''indonesischIndonesisch'' (Indonesia) diperkenalkan sebagai pengganti ''indisch'' (Hindia) oleh Prof [[Cornelis van Vollenhoven]] ([[1917]]). Sejalan dengan itu, ''inlander'' (pribumi) diganti dengan ''indonesiër'' (orang Indonesia)<ref>[http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0510/28/opini/2156298.htm Revitalisasi Keindonesiaan], Kompas 28 Oktober 2005</ref>(Lihat: [[Sejarah nama Indonesia]]).
 
Pada September [[1922]], saat pergantian ketua antara Dr. [[Soetomo]] dan [[Herman Kartawisastra]] organisasi ini berubah nama menjadi '''Indonesische Vereeniging'''. Saat itu istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah tenar digunakan oleh para pemrakarsa [[Politik Etis]]. Para anggota Indonesische juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah ''Hindia Poetra'' dengan [[Mohammad Hatta]] sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwibulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun. Penerbitan kembali ''Hindia Poetra'' ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktek sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan petani.<ref>Majalah Tempo, Edisi Khusus 80 Tahun Sumpah Pemuda, 27 Oktober 2008</ref>
 
Saat [[Iwa KusumasumantriKoesoemasoemantri]] menjadi ketua pada [[1923]], Indonesische mulai menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Tahun 1924, saat [[M. Nazir Datuk Pamoentjak]] menjadi ketua, nama majalah ''Hindia Poetra'' berubah menjadi ''Indonesia Merdeka''. Tahun [[1925]] saat [[Soekiman Wirjosandjojo]] nama organisasi ini resmi berubah menjadi '''Perhimpunan Indonesia''' (PI).
 
Hatta menjadi ''Voorzitter'' (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun [[1926]] hingga [[1930]], sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun. Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara terencana propaganda tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda.
Baris 33:
 
== Pemberontakan PKI ==
Pemberontakan komunis di pulau [[Jawa]] bulan [[November]] [[1926]] sangat mengejutkan Pemerintah Belanda dan semenjak itu pula gerak-gerik Perhimpunan Indonesia diawasi secara ketat dan dituding sebagai motor penggerak pemberontakan tersebut.
 
Melalui Residenresiden di Indonesia, para orang tua mahasiswa PI yang berkerja sebagai ''ambtenaar'', diancam akan dipecat dengan kehilangan hak pensiun, jika ia masih saja mengirim uang untuk anaknya yang dituding telah menjadi [[komunis]] tersebut. Sedangkan orang tua para mahasiswa yang tidak ''ambtenaar'', juga diperingatkan perihal anaknya yang dikatakan sudah menjadi komunis. Hatta termasuk salah seorang yang tidak menerima kiriman uang lagi dari orang tuanya, walaupun orang tuanya bukan ''ambtenaar'' Belanda. Waktu itu ada sembilan belas mahasiswa yang mendapat subsidi dari pemerintah. Dua di antaranya dicabut dengan dalih telah lima tahun dapat bantuan pemerintah.
 
Pada September [[1927]] Hatta, Abdul Madjid, Nazir Pamuntjak ditangkap di [[Den Haag]] dan dibawa ke penjara Casiusstraat. Mereka dituduh menjadi anggota perkumpulan terlarang, terlibat dalam pemberontakan, dan menentang kerajaan Belanda. Salah satu yang dijadikan barang bukti adalah hubungan dengan [[Samaoen]], tokoh yang dianggap bertanggungjawab dalam pemberontakan komunis tahun [[1926]]. Bantuan uang dari Samaoen kemudian dijadikan persoalan dalam pengadilan, Perhimpunan Indonesia dituding menerima bantuan uang dari [[Moskwa]]. Demikian pula konvensi yang dibuat Hatta dengan Samaoen pada akhir Desember [[1926]], dikatakan bahwa PI mengadakan kerjasama dengan komunis untuk melawan pemerintah kolonial.