Sejarah Kalimantan Timur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
perbaiki referensi dan catatan kaki |
||
Baris 1:
[[Berkas:East kalimantan coa.png|thumb|right|200px|Lambang Provinsi Kalimantan Timur.]]
'''[[Kalimantan Timur]]''' merupakan pelopor peradaban di Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya situs kerajaan tertua di Indonesia, yakni [[Kerajaan Kutai Martadipura]], lebih dikenal dengan nama kerajaan Mulawarman yang terletak di [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara|Kecamatan Muara Kaman]]. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada [[abad ke-4]], dengan rajanya yang terkenal [[Mulawarman Nala Dewa]]. Kekuasaan Keturunan Raja Mulawarman berlanjut hingga raja ke-25 yang bernama Maharaja Derma Setia ([[abad ke-13]])
== Masa Prasejarah ==
=== Zaman Glasial ===
Sejarah Kalimantan Timur bisa dikatakan sangat tua. Para ahli sejarah mengatakan bahwa wilayah Kalimantan Timur telah dihuni manusia sejak [[zaman es]] (glasial). Penduduknya ketika itu adalah dari ras Negrid Weddid yang sekarang sudah tidak ada lagi. Sekitar 3000 tahun sebelum masehi datang dan tinggal di wilayah Kalimantan Timur kelompok [[Proto Melayu]] atau Melayu Tua. Sekitar tahun 500 sebelum masehi, datang kelompok migran kedua, yaitu, kelompok Deutro-Melayu atau Melayu Muda
== Masa Kerajaan/Kesultanan ==
Baris 11:
Kalimantan Timur yang telah berupa kesatuan politik adalah bermula dari [[Kerajaan Kutai Martadipura]] atau Kutai Martapura. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-4 (sekitar 300 masehi) di [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara|Muara Kaman]]. Ketika itu, Kutai Martadipura telah menjalin hubungan dengan [[India]], sehingga tidak mengherankan jika Kutai Martadipura merupakan pusat penyebaran agama Hindu, selain juga merupakan pusat perdagangan. Pendiri Kerajaan Kutai adalah [[Kudungga]] yang merupakan seorang pembesar dari [[Kerajaan Campa]] ([[Kamboja]]), sedangkan raja pertama yang resmi berkuasa di Kerajaan Kutai adalah [[Aswawarman]] karena sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai dan diberi gelar "Wangsakarta", yang artinya pembentuk keluarga.
Aswawarman mempunyai 3 orang putra, salah satunya bernama [[Mulawarman]]. Ketika Maharaja [[Mulawarman]] berkuasa, Kerajaan Kutai Martadipura mengalam zaman kejayaan dan menjadi kerajaan yang besar
Kebesaran Kerajaan Kutai terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :
* Setiap tahun raja mengadakan upacara sedekah yang dilakukan di ''Waprakeswara''. Waprakeswara adalah sebidang tanah yang dianggap suci.
Baris 20:
* Mendirikan tugu prasasti<ref>Saat ini prasasti yang baru diketahui adalah [[Prasasti Kutai]]</ref> yang berisi tulisan-tulisan tentang kebesaran raja.
Maharaja [[Mulawarman]] memperluas wilayah kerajaanya dengan cara menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Raja-raja yang ditaklukkannya harus menyerahkan upeti kepada raja Mulawarman
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, [[Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa]]. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan [[Kerajaan Kutai Kartanegara]] yang ibukotanya pertama kali berada di [[Kutai Lama]] ([[Tanjung Kute]]). Kutai Kartanegara inilah, di tahun [[1365]], yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
Baris 40:
=== Kesultanan Berau ===
{{artikel|Kesultanan Berau}}
'''Kesultanan Berau''' adalah sebuah [[kerajaan]] yang pernah berdiri di wilayah [[Kabupaten Berau]] sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada [[abad ke-14]] dengan raja pertama yang memerintah bernama [[Baddit Dipattung]] dengan gelar [[Aji Suryanata Kesuma|Aji Raden Suryanata Kesuma]] dan istrinya bernama ''Baddit Kurindan'' dengan gelar ''Aji Permaisuri''. Pusat pemerintahannya berada di [[Sungai Lati, Gunung Tabur, Berau|Sungai Lati]], [[Gunung Tabur, Berau|Kecamatan Gunung Tabur]].
==== [[Kesultanan Gunung Tabur]] ====
'''Kesultanan Gunung Tabur''' adalah [[kerajaan]] yang merupakan hasil pemecahan dari [[Kesultanan Berau]], dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu [[Kesultanan Sambaliung|Sambaliung]] dan Kesultanan ''Gunung Tabur'' pada sekitar tahun [[1810-an]].
==== [[Kesultanan Sambaliung]] ====
'''Kesultanan Sambaliung''' adalah kesultanan hasil dari pemecahan [[Kesultanan Berau]], dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu ''Sambaliung'' dan [[Kesultanan Gunung Tabur|Gunung Tabur]] pada sekitar tahun [[1810-an]].
Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan terkadang menimbulkan insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma.
Baris 77:
* [[17 Juli]] - [[20 Juli]] [[2003]] : [[Mubes Punan III]] [[Lembaga Adat Besar Punan Kalimantan Timur]] ([[LABPKT]]) di [[Respen Sembuak]], [[Kabupaten Malinau]].-->
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
== Referensi ==
{{
* Buku Pelajaran IPS edisi Kalimantan Timur kelas 4 SD, terbitan Intan Pariwara, 2004 hal. 52-54
* [http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=Berau&id=50616 Perjalanan Sejarah Bermula dari Sungai Lati, Kaltim Pos 2 September 2003]
* [http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=profile&id=32 Web resmi Pemprov Kaltim - Sejarah Kaltim]
* [http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=ProKaltim&id=48059 ''Raja Alam Enggan Dipimpin Penjajah''. Kaltim Pos, 17 Agustus 2003]
* [http://kabupatenberau.wordpress.com/2008/11/16/kabupaten-berau/ Wordpress - Sekilas Kabupaten Berau]
* [http://www.sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_19_Sejarah-Kaltim.html Sejarahbangsaindonesia.co.cc - Sejarah Kalimantan Timur]
{{refend}}
=== Pranala luar ===
|