Tjokropranolo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot melakukan perubahan kosmetika
Baris 18:
|laterwork= Asisten Gubernur DKI Jakarta<br />Gubernur DKI Jakarta 1977 - 1982<br />Pengusaha swasta
}}
'''Tjokropranolo''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Temanggung|Temanggoeng]], [[Jawa Tengah]]|21|5|1924|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], [[Indonesia]]|22|7|1998}}) atau lebih akrab dengan panggilan '''Bang Nolly''' adalah salah satu mantan [[Gubernur Jakarta|Gubernur DKI Jakarta]] dan tokoh militer dalam sejarah perjuangan Indonesia. Dia menjadi pengawal pribadi Panglima Besar [[Soedirman]] di masa [[Revolusi Nasional Indonesia]] melawan pendudukan [[Belanda]]. Dia turut meloloskan Soedirman dari serangan maut tentara Belanda yang berkali-kali melakukan percobaan pembunuhan terhadap Soedirman. Dalam karir kemiliteran, ia tidak hanya terjun ke medan, tapi juga banyak terlibat dalam posisi penting di balik layar, antara lain [[Asintel Siaga]] dan Kepala [[Intelijen]] dalam berbagai konflik, dan [[sekretaris militer]] untuk presiden.
 
== Pendidikan ==
Baris 25:
== Karir militer ==
=== Pendidikan dalam PETA ===
Pada masa pendudukan [[Jepang]] di [[Hindia Belanda]], Tjokropranolo bergabung dalam pasukan ''Pembela Tanah Air'' (PETA) di [[Kota Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]], dimana dia mendapat pelatihan [[militer]] dasar dari pasukan Jepang. Dia ditunjuk menjadi [[komandan]] [[peleton]] (''[[shodancho]]'') dan kemudian mengikuti pelatihan lebih lanjut dalam perang [[gerilya]] dengan organisasi Jepang ''[[Yugekitai]]'' di [[kota Salatiga]], [[Jawa Tengah]] dari April [[1944]] sampai Agustus [[1945]] (kalahnya Jepang dalam [[Perang Dunia II]]).
 
=== Peran sebagai pengawal pribadi Jenderal Soedirman ===
Setelah terbentuknya [[BKR]] (Badan Keamanan Rakyat), Tjokropranolo bergabung dengan BKR di [[kota Magelang]], [[Jawa Tengah]], dan menjadi komandan deputi penjaga markas TKR. Kemudian dia menjadi pengawal pribadi [[Jenderal Soedirman]] di [[Yogyakarta]] tahun 1946 dengan pangkat [[kapten]]. Dia kemudian menjadi komandan dua batalyon, yaitu komandan ''[[Polisi Militer Angkatan Darat|Corps Polisi Militer]]'' (CPM) tahun 1948 dan komandan pasukan pengawal pribadi Jenderal Soedirman dari 1948-1949. Selama perang [[Revolusi Nasional Indonesia|pembelaan kemerdekaan Indonesia]] melawan Belanda, dia ikut terjun dalam kampanye perang gerilya bersama Jenderal Soedirman dari awal sampai akhir, saat Jenderal Soedirman pulang ke [[Kota Yogyakarta|Jogjakarta]] tanggal [[10 Juli]] [[1949]].
 
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai ''[[Republik Indonesia Serikat]]'' dalam ''[[Konferensi Meja Bundar]]'' tahun 1949, Tjokropranolo mempersiapkan pengaturan keamanan untuk kedatangan Presiden [[Soekarno]], Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]], dan Jenderal [[Soedirman]] di Djakarta.
 
=== Peran dalam masa pertahanan Indonesia ===
Dalam masa [[Sejarah Pertahanan Indonesia|pertahanan kesatuan Indonesia]], dengan kedudukan Kepala Staf IV (Operasi), Tjokropranolo menghentikan [[pemberontakan APRA]] (''Angkatan Perang Ratu Adil'') pada tahun 1950 yang dimotori oleh [[Westerling]], seorang kapten [[pasukan komando]] [[Belanda]]. Tjokropranolo kemudian berangkat ke [[Ujung Pandang]], [[Sulawesi Selatan]], dimana dia menjabat sebagai Komandan CPM Detasemen VII/2 dalam meredakan [[Sejarah Pertahanan Indonesia#Pemberontakan Andi Azis|pemberontakan Andi Aziz]] dan pemberontakan [[Republik Maluku Selatan]] di [[Kota Manado|Manado]], [[Sulawesi Utara]].
 
Tjokropranolo kemudian mengikuti pendidikan dalam Sekolah Staf dan Komando [[TNI Angkatan Darat]] (1954-1955) dan Sekolah Staf Pertahanan [[India]] di [[New Delhi]] tahun 1955. Dia bertugas di [[Jawa]] dan [[Kalimantan]] dalam posisi komandan dan kemudian menjadi kepala departemen [[Intelijen]] dalam staf perwakilan Indonesia di [[Kota Baru]], [[Papua Barat]] selama periode 1961-1963 (kampanye [[Trikora]]).
 
Tahun 1963 Tjokropranolo menjabat menjadi Kepala Kesatuan dalam [[Kontingen Garuda]] XI dari pasukan perdamaian [[PBB]] yang terjun ke [[Kongo]], [[Afrika]] dengan pangkat [[kolonel]]. Kemudian ia menjadi [[Asintel]] (Asisten [[Intelijen]]) yang terlibat di dalam perundingan antara [[Indonesia]], [[Singapura]], dan [[Malaysia]] dalam akhir dari peristiwa [[Konfrontasi Indonesia-Malaysia]] (1963-1966). <ref>[[Tjokropranolo]]. 1992. ''Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman pemimpin pendobrak terakhir penjajahan di Indonesia''. PT [[Surya Persindo]]. ISBN 979-8329-00-7</ref>
 
Tjokropranolo banyak terlibat dalam operasi keamanan dalam negeri setelah terjadinya pemberontakan [[G30S]] (Gerakan 30 September) tahun 1965, dimana dia menjabat sebagai Kepala Staf [[Komando Strategi dan Cadangan Angkatan Darat]] dan sebagai [[Direktur]] di [[Departemen Pertahanan Republik Indonesia]] dengan pangkat [[brigadir]]. Tjokropranolo akhirnya mengakhiri karir militernya saat dia pensiun dengan pangkat [[Letnan Jenderal]] pada tahun 1977. Kemudian dia menjabat sebagai [[Gubernur]] DKI [[Jakarta]] periode 1977-1982.
 
== Gubernur DKI Jakarta (1977 - 1982) ==
[[Berkas:Tjokropranolo.jpg|right|thumb|Tjokropranolo (memakai batik dan memegang buku) pada salah satu acara ''[[pameran|Expo]]'' di Jakarta pada masa jabatannya]]
Sebelum menjabat gubernur Jakarta, selama satu tahun Tjokropranolo menjadi asisten Gubernur [[Ali Sadikin]]. Pada Juli 1977, ia dilantik sebagai Gubernur Jakarta. Selama dia menjabat gubernur, ia sering mengunjungi berbagai [[pabrik]] untuk mengecek kesejahteraan [[buruh]] dan mendapatkan gagasan langsung tentang [[upah]] mereka. Usaha kecil juga menjadi perhatiannya. Dia mengalokasikan sekitar ratusan tempat untuk puluhan ribu pedagang kecil agar dapat berdagang secara legal. Walau begitu, [[kemacetan]] lalu lintas dan kesemrawutan [[transportasi]] kota menjadi masalah yang sulit dipecahkan. [[Perda]] yang mengatur pedagang jalanan tidak efektif, sehingga mereka masih berdagang di wilayah terlarang, menempati badan jalan, dan memacetkan lalu lintas.
 
== Kehidupan pribadi ==
Kehidupan Tjokropranolo tergolong cukup mapan, karena dia adalah anak bupati Temanggung pada masanya. Tjokropranolo menikah dengan Soendari Tjokropranolo dan mempunyai tiga orang anak lelaki dan satu anak perempuan. Setelah menanggalkan jabatan gubernur DKI Jakarta tahun 1982, dia sempat aktif dalam bidang sosial, wiraswasta dan juga menjadi anggota ''board'' [[direktur]] beberapa [[universitas]] di Indonesia. Tahun 1992 dia menulis sebuah buku [[biografi]] tentang Jenderal Soedirman berjudul ''Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia'', yang berisi sejarah perjuangan Indonesia dan pengalaman pribadinya selama menjadi pengawal pribadi jenderal besar tersebut.<ref>[[Tjokropranolo]]. 1992. ''Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman pemimpin pendobrak terakhir penjajahan di Indonesia''. PT [[Surya Persindo]]. ISBN 979-8329-00-7</ref>
 
Dia sempat diangkat menjadi [[Ketua]] [[Yayasan]] [[Rumah Sakit]] [[Bakti Yudha]], [[Kota Depok|Depok]]. Dia meninggal pada usia 74 tahun di Rumah Sakit Tentara di Jakarta tanggal 22 Juli 1998.