Lawai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot melakukan perubahan kosmetika
Baris 5:
Catatan lain yang cukup penting bagi kerjaan Tanjungpura adalah tentang penyebaran Islam di Kalimantan dimulai dari Ketapang, tepatnya pada tahun 1550 M di Kerajaan Tanjung Pura pada penerintahan Giri Kusuma yang merupakan kerajan melayu dan lambat laun mulai menyebar di Kalimantan Barat.
 
== Lawai (Loue) menurut Tome Pires ==
Loue oleh Tomas Pires digambarkan daerah yang banyak intan, jarak dari [[Kerajaan Tanjungpura|Tanjompure]] empat hari pelayaran. Tanjungpura maupun Lawai masing-masing dipimpin seorang Patee (Patih). Patih-patih ini tunduk kepada [[Pati Unus|Patee Unus]], penguasa [[Kesultanan Demak|Demak]]. <ref>Sejarah Nasional Indonesia; Pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaaan</ref>
 
== Hubungan Lawai dan Kesultanan Banjar ==
=== Maharaja Suryanata ===
Hikayat Banjar yang terakhir ditulis pada tahun [[1663]], menyebutkan hubungan '''Batang Lawai''' dengan Banjar pada masa Maharaja Suryanata, penguasa Banjar (waktu itu disebut Negara Dipa), kemungkinan Batang Lawai disini adalah sebutan untuk [[sungai Kapuas]]. </br>
Hikaya Banjar : </br>
''Hatta berapa lamanya maka raja perempuan itu hamil pula. Sudah genap bulannya genap harinya maka beranak laki-laki pula. Maka tahta kerajaan, beranak itu seperti demikian jua, dinamai Raden Suryawangsa. Kemudian daripada itu, Raden Suryaganggawangsa itu sudah taruna, Raden Suryawangsa itu baharu kepinggahan (= tumbuh gigi) itu, maka seperti raja Sukadana, seperti raja Sambas, seperti orang besar-besar '''Batang Lawai''', seperti orang besar di Kota Waringin, seperti raja Pasir, seperti Kutai, seperti Karasikan, seperti orang besar di Berau, sekaliannya itu sama takluk pada Maharaja Suryanata di Negara-Dipa itu. Majapahit pun, sungguh negeri besar serta menaklukkan segala negeri jua itu, adalah raja Majapahit itu takut pada Maharaja Suryanata itu. Karena bukannya raja seperti raja negeri lain-lain itu asalnya kedua laki-isteri itu maka raja Majapahit hebat itu; lagi pula Lambu Mangkurat itu yang ditakutinya oleh raja Majapahit dan segala menteri Majapahit itu sama hebatnya pada Lambu Mangkurat itu. Maka banyak tiada tersebutkan.''<ref name="hikayat banjar">{{ms}}[[Johannes Jacobus Ras]], [[Hikayat Banjar]] diterjemahkan oleh [[Siti Hawa Salleh]], Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].</ref>
 
=== Sutan Suryanullah ===
Hubungan Lawai dengan Kesultanan Banjar di masa Sultan Suryanullah/Sultan [[Suriansyah]] disebutkan dalam Hikayat Banjar, waktu itu [[Lawai]] salah satu negeri yang turut mengirim pasukan membantu Pangeran Samudera/Sultan Suriansyah dan salah satu negeri yang mengirim upeti:<br />
''Sudah itu maka orang [[Kabupaten Pulang Pisau|Sebangau]], orang [[Kabupaten Katingan|Mendawai]], orang [[Kabupaten Kotawaringin Timur|Sampit]], orang [[Kabupaten Seruyan|Pembuang]], orang [[Kerajaan Kotawaringin|Kota Waringin]], orang [[Kerajaan Tanjungpura|Sukadana]], orang [[Lawai]], orang [[kerajaan Sambas|Sambas]] sekaliannya itu dipersalin sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim barat sekaliannya negeri itu datang mahanjurkan upetinya, musim timur kembali itu. Dan orang [[Takisung, Tanah Laut|Takisung]], orang [[Kuala Tambangan, Takisung, Tanah Laut|Tambangan Laut]], orang [[Kintap, Tanah Laut|Kintap]], orang [[Asam Asam, Jorong, Tanah Laut|Asam-Asam]], orang [[Pulau Laut|Laut-Pulau]], orang [[Pamukan]], orang [[Kesultanan Pasir|Paser]], orang [[Kesultanan Kutai|Kutai]], orang [[Kesultanan Berau|Berau]], orang [[Kerajaan Tidung|Karasikan]], sekaliannya itu dipersalin, sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim timur datang sekaliannya negeri itu mahanjurkan upetinya, musim barat kembali.''<ref name="hikayat banjar"/>
 
=== Sultan Tamjidullah I ===
[[Berkas:Jacob Mossel 1704-1761.jpg|right|thumb|Jacob Mossel, Gubernur Jenderal VOC tahun 1750-1761]]
Pada masa pemerintahan [[Daftar Penguasa Hindia-Belanda|Gubernur Jenderal VOC]] [[Jacob Mossel]] (1750-1761) dibuat perjanjian antara Sultan Sepuh ([[Tamjidullah I]]) dari Banjar dengan Kompeni Belanda ditandatangani pada [[20 Oktober]] [[1756]]. Dalam perjanjian tersebut Kompeni Belanda akan membantu Sultan Tamjidullah I untuk menaklukkan kembali daerah [[Kesultanan Banjar]] yang telah memisahkan diri termasuk diantaranya '''Lawai''', negeri-negeri tersebut yaitu Berau, Kutai, Pasir, Sanggau, Sintang dan Lawai serta daerah taklukannya masing-masing. Kalau berhasil maka Seri Sultan akan mengangkat Penghulu-Penghulu di daerah tersebut dan selanjutnya Seri Sultan memerintahkan kepada Penghulu-Penghulu tersebut untuk menyerahkan hasil dari daerah tersebut setiap tahun kepada Kompeni Belanda dengan perincian sebagai berikut :
Baris 28:
# [[Lawai]], 200 tahil emas halus, dan 20 pikul sarang burung
 
== Hubungan Lawai dan Kerajaan Kotawaringin ==
Pada abad ke-18, '''Ratu Bagawan Muda''' putera dari Pangeran Panghulu telah membangun sebuah dalem/keraton dengan mengikuti gaya [[Jawa]]. Mangkubumi raja ini, '''Pangeran Prabu''', mengepalai beberapa serangan yang berjaya ke negeri '''Matan''' dan '''Lawai''' atau '''Pinoh'''. Pangeran Prabu telah menaklukan sebagian besar wilayah itu hingga jatuh dalam kekuasaan pemerintahan Kotawaringin, tetapi kemudian negeri-negeri itu dapat lepas dari taklukannya. Oleh karena itu Kotawaringin selalu menganggap sebagian besar negeri [[Kabupaten Melawi|Pinoh]] sebagai jajahannya dan juga menuntut daerah Jelai.<ref name="Pijnappel">J. Pijnappel Gzn; Beschrijving van het Westeli jike gedeelte van de Zuid-en Ooster-afdeeling van Borneo (disimpul daripada empat laporan oleh Von Gaffron, 1953, BK 17 (1860), hlm 267 ff.</ref>
 
Baris 34:
 
{{reflist}}
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-5662125/Anthony-Richards-and-the-search.html Anthony Richards and the search for Lawai: myths, maps and history.]
* {{id}}{{en}}[http://reocities.com/Nashville/ranch/2057/babaicinga.html Legends from West Borneo: Babai Cinga}