Jujutsu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Bot melakukan perubahan kosmetika |
||
Baris 32:
Perguruan '''PORBIKAWA, JCI, IJI''' dan '''Take Sogo Budo''' telah mengembangkan berbagai teknik beladiri baru yang disesuaikan dengan bangsa Indonesia, misalnya dengan mengkombinasikan teknik-teknik dari beladiri lain kedalam silabusnya dan menciptakan teknik-teknik baru yang lebih sesuai dengan situasi pembelaan diri di Indonesia. Sehingga disebut sebagai perguruan yang '''independen''' dan '''tidak terikat dengan tradisi''' dari negara asal Jujutsu (Jepang).
Pendekatan yang berbeda diambil oleh '''Perguruan Goshinbudo Jujutsu Indonesia (GBI''') berafiliasi dengan '''JKF-Wadokai''' (beraliran [[Wado]]) dan '''Sekai Dentokan Renmei''' (beraliran Hakko-ryu) [http://www.dentokanhombu.com] sedangkan '''Samurai Jujutsu Indonesia (SJJI''') berafiliasi dengan '''Kokusai Jujutsu Renmei''' [http://www.genbukan.org].
Ciri khas Jujutsu tradisional antara lain adalah tidak memiliki format pertandingan/kompetisi, serta masih menjalin hubungan dengan hombu dojo (dojo induk) yang ada di negara asal Jujutsu, yaitu Jepang. Sedangkan Jujutsu modern (seperti Gracie Jiu-Jitsu dari [[Brazil]]) biasanya menekankan pada pertandingan/kompetisi dan sudah tidak memiliki hubungan keorganisasian dengan negara asalnya (Jepang).
Baris 65:
Dari tinjauan diatas dapat kita lihat bahwa di Indonesia ada cukup banyak perguruan seni beladiri Jujutsu dengan berbagai alirannya.
Seni beladiri Jujutsu di Indonesia belum mencapai kemajuan yang pesat dan mencapai popularitas seperti dialami oleh beladiri lainnya, karena '''di Indonesia belum ada wadah yang dapat menjadi ajang silaturahmi dan kerjasama semua perguruan Jujutsu yang ada''', tidak seperti Pencak Silat yang dapat bersatu lewat IPSI nya dan Karatedo yang dapat bersatu lewat FORKI. Jika perguruan-perguruan Jujutsu yang berbeda-beda aliran di Indonesia dapat mencapai kata sepakat untuk membentuk suatu wadah persatuan dan kerjasama, dimana semua perguruan bisa duduk sebagai mitra
Salah satu perguruan Jujutsu di Indonesia yang cukup sukses dan berhasil memiliki anggota dalam jumlah besar adalah dari aliran '''Kyushin Ryu'''. Jiu-Jitsu aliran "Kyushin Ryu" yang kabarnya masuk ke Indonesia pada masa pergolakan Perang Dunia II (1942) di bawa oleh seorang tentara Jepang yang bernama '''Ishikawa'''. Karena itu '''Jiu-jitsu Indonesia (skrg. IJI-Institut Jiu-Jitsu Indonesia)''' dikenal dengan aliran '''I Kyushin Ryu'''.
Ishikawa kemudian mewariskan ilmunya kepada R. Sutopo (seorang ahli Silat dari BANTAR ANGIN Ponorogo) yang kemudian diturunkan kepada kelima muridnya yaitu Drs. Firman
Sitompul(Dan X),Prof. Irjen(Pol)Drs. DPM Sitompul, SH, MH(Dan X), Drs. Heru Nurcahyo (Dan VIII), Drs. Bambang Supriyanto (Dan VI),
Untuk mengembangkan Jiu-Jitsu hasil karya Bp. Sutopo ini ke seluruh Indonesia maka kemudian pusat pengembangan Ju-Jitsu dipindahkan ke Jakarta. Di sinilah dibentuk suatu organisasi resmi dan berbadan hukum yang bernama " '''Institut Jiu-Jitsu Indonesia''' " disingkat " '''IJI''' ", tepatnya tanggal 8 Desember 1981.
Pada tahun itu juga saat diadakan demonstrasi bela diri Jiu-Jitsu aliran IJI di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, Jiu-Jitsu Indonesia aliran IJI berhasil mendapatkan surat penghargaan
Hingga saat ini Jiu-Jitsu aliran IJI telah masuk di POLRI dan juga di berbagai kesatuan militer seperti KOPASSUS, KOSTRAD, PASPAMPRES, MARINIR dll. Jiu-Jitsu
Menurut para praktisi Jiu-Jitsu aliran IJI ini, Secarah harfiah kata '''''Jiu''''' atau '''''Ju''''' didalam IJI berarti lentur atau fleksibel dan kata '''''Jitsu''''' atau '''''Jutsu''''' berarti teknik atau cara/metode. Maka Ju-Jitsu berarti bela diri yang fleksibel. Jiu-Jitsu IJI karena merupakan kombinasi bermacam-macam teknik dari berbagai sumber, maka ajarannya pun beragam; ada teknik keras ada juga teknik lembut/halus, ada teknik menyerang ada teknik bertahan, ada teknik menggunakan kekuatan fisik ada pula dengan tenaga dalam dan pernafasan, serta banyak teknik tangan kosong dan teknik menggunakan senjata. Apalagi para anggota IJI jika sudah mencapai sabuk hitam maka dianjurkan untuk meriset/mengembangkan sendiri teknik-teknik dasar IJI, termasuk juga dapat mengambil teknik dari
Intinya Jiu-Jitsu versi IJI menghalalkan segala cara agar dapat menguasai lawan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Jiu-Jitsu versi IJI adalah teknik bertarung bebas, jadi bukanlah sport. Akan tetapi dalam masa modern ini Jiu-Jitsu IJI juga mulai marak menggiatkan Sport Jiu-Jitsu sehingga muncul banyak sekali even-even
Adalah lazim bagi perguruan-perguruan Jujutsu yang independen untuk membuat peraturan pertandingan sendiri, karena belum ada badan dunia yang secara aklamasi dipilih oleh semua perguruan Jujutsu untuk mensyahkan peraturan yang disepakati bersama. Bahkan di negara-negara besar di dunia Internasional menggunakan standar nasionalnya masing-masing, misalnya di Amerika antara lain menggunakan standar American Jujutsu Association [www.americanjujitsuassociation.org] sedangkan di Eropa antara lain menggunakan standard European Budo Council [http://www.europeanbudocouncil.eu/]. Namun sejak tahun 1998 sudah mulai ada kemajuan yang signifikan dengan berdirinya Ju-Jitsu International Federation (JJIF).
|