Sai Baba dari Shirdi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot melakukan perubahan kosmetika
Baris 21:
Suaminya, Ganggabhava adalah bhakta setia Dewa [[Shiva]]. Mereka tidak mempunyai anak. Hal ini membuat mereka tidak terlalu memikirkan masalah duniawi. Mereka menghabiskan waktu dengan melakukan pemujaan kepada Dewa Shiva dan Dewi Parvathi. Ganggabhava menjalankan perahu sebagai mata pencahariannya. Saat itu musim hujan dan air sungai meluap. Karena khawatir perahunya akan terbawa banjir bila tidak diawasai, Ganggabhava memberitahu istrinya bahwa ia akan pergi ke sungai dan akan tinggal di sana semalam untuk menjaga perahunya. Sang istri menyiapkan makan malam untuk suaminya pada jam 7 malam dan setelah suaminya pergi ia pun menyelesaikan makan malamnya sendiri.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 59.</ref>
 
Sekitar jam 9 malam, seorang mengetuk pintu. Karena mengira bahwa suaminya yang datang dan dengan bertanya-tanya mengapa suaminya pulang begitu cepat, ia membuka pintu dengan segera. Seorang lelaki tua berdiri di depan pintu. Lelaki tua itu kemudian melangkah masuk ke dalam rumah dan berkata. “Oh Ibu, di luar sangat dingin. Apakah engkau mau berbaik hati memberi sedikit tempat bagi saya untuk bermalam disini?” Dengan kebaikan hatinya, ia menyiapkan kasur, memberikannya kepada lelaki tua itu dan mengantarkannya ke suatu tempat di beranda untuk tidur. Devagiriamma masuk ke kamarnya sendiri, menutup pintunya dan berbaring. Tapi tak lama kemudian lelaki tua itu mengetuk pintu kembali. Ketika ia membuka pintu, lelaki tua itu berkata, “Oh, Ibu yang baik hati, saya merasa lapar. Bolehkah saya minta nasi sedikit untuk dimakan?” Karena ia tidak menemukan sesuatu yang berarti kecuali sedikit beras tumbuk di dapurnya, ia menyiapkan sedikit makanan dengan susu asam dan memberikannya kepada lelaki tua itu, ia pun kembali ke kamarnya, menutup pintu dan bersiap untuk tidur. Belum lama waktu berlalu, lelaki tua itu mengetuk pintu kembali. Ketika ia membuka pintu, lelaki tua itu berkata, “Oh Ibu, kaki saya sakit. Maukah engkau berbaik hati untuk memijatnya sebentar saja?”
 
Wanita itu terkejut. Ia lalu pergi ke ruang pemujaan, bersimpuh di kaki arca Dewi Parvathi dan menangis, “Oh Ibu Yang Mahasuci, ujian berat apakah yang Kau berikan padaku ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Tolong selamatkanlah aku dari keadaan yang sulit ini.” Beberapa saat kemudian ia mulai tenang. Ia mendapatkan ide untuk meminta seseorang yang bisa dibayar untuk memijat tamunya. Usahanya sia-sia dan ia pun kembali dengan putus asa. Tiba-tiba ada ketukan di pintu samping. Ketika pintu di buka, seorang wanita masuk ke dalam rumah dan berkata,”Ibu, sepertinya engkau datang ke rumah saya untuk meminta bantuan guna merawat seseorang lelaki tua di sini. Saya datang ke sini untuk menawarkan bantuan.” Devagiriamma sangat bergembira karena ternyata doanya telah di jawab. Ia mengantar wanita itu ke beranda dan meninggalkannya dengan lelaki tua itu dan kemudian ia kembali ke kamarnya sendiri.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 60</ref>
Baris 33:
=== Masa Kecil Sampai Dewasa ===
[[Berkas:Shirdi sai3.jpg |thumb|175 px|right|Shirdi Baba bersandar di Masjid Dwarakamayi]]
Ada seorang [[Sufi]] Fakir tinggal di desa sekitar hutan tersebut. Ia tidak mempunyai anak laki-laki. Ia menemukan bayi yang terbuang itu dan membawanya pulang. Ia senang karena merasa Allah telah memberikannya seorang bayi. Dari tahun 1838-1842 [[Masehi]], anak itu tumbuh di rumah Fakir. Setelah Fakir meninggal, istrinya yang kemudian mengasuh anak lelaki itu.
Shirdi Baba memiliki beberapa kebiasaan di masa kecilnya, ia akan pergi ke kuil Hindu dan berteriak, “Akulah Allah” dan “Allah Malik Hai” (Tuhanlah Yang Mahakuasa). Di sisi lain ia pergi ke Masjid, menangis dan berkata, ‘“Rama adalah Tuhan” dan “Shiva adalah Allah” Karena kelakuanya itu, pemeluk dari umat Hindu dan Muslim tersebut mengeluh kepada istri Fakir. Ia mengalami kesulitan mengasuh anak lelaki itu dengan benar. Ia kemudian membawa anaknya ke seorang terpelajar dan memiliki ashram yang bernama Venkusa. Dari tahun 1842-1851, anak lelaki itu diasuh oleh Venkusa. Ia mengasuhnya dengan kasih sayang dan perhatian. Hal tersebut membuat kecemburuan dan kedengkian pada penghuni lain yang juga tinggal di ashram Venkusa. Suatu hari ia pergi meninggalkan ashram dan mengembara dari satu tempat ke tempat lain selama beberapa tahun.
==== Pemberian Nama Sai ====
Dalam pengembaraanya, ia sampai ke desa yang bernama Dhupkeda. Selama ia tinggal di sana, ada acara pernikahan di desa itu di rumah Chand Bhai Patel.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 64</ref> Bhagat Mahalsapati melihat keilahian Fakir muda itu dan menyambutnya dengan “Ya Sai” (Selamat Datang Sai). Orang-orang lainnya juga menyebutnya dengan nama Sai dan sejak itu dikenal dengan nama Sai Baba.<ref> Govindrao Raghunath Dabholkar, Sri Sai Sathcaritra I, Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia, 2001, hal.33</ref> Nama “Sai Baba” merupakan kombinasi kata dari bahasa [[Persia]] dan [[India]]. Sāī (Sa'ih) dalam bahasa [[Persia]] merupakan sinonim dari kata Brahmajnani (sansekerta) artinya orang yang telah mencapai Realisasi Diri. Sai juga dapat berarti Tuhan<ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 12</ref> Sedangkan Baba adalah kata dalam bahasa [[Indo-Arya]] yang merujuk pada sebutan hormat untuk bapak, kakek, orang yang dituakan. Nama Sai Baba merujuk pada makna "Bapa Suci"<ref>Rigopoulos, Antonio (1993). The Life and Teachings of Sai Baba of Shirdi. SUNY. pp. 3. [[ISBN 0-7914-1268-7.]]</ref>
 
Setelah mengikuti acara pernikahan itu, si Fakir muda mengembara ke Desa Shirdi pada tahun 1857. Ia tinggal di sana sampai ia wafat tahun 1918. Disana ia tinggal di [[Masjid]] Dwarakamayi. Di masjid tersebut ia mulai mengajar umat [[Hindu]] dan [[Muslim]].
 
=== Mahasamadhi ===
[[Berkas:Makam_Shirdi_Baba.jpg‎ |thumb|250px|left|Makam Shirdi Baba]]Menjelang akhir hidupnya, Sai Baba dari Shirdi berpesan kepada bhakta kesayangnya Dixit, Abdullah dan Sarada Devi. Ia berpesan bahwa ia akan bereinkarnasi kembali 8 tahun setelah Mahasamadhi (meninggalkan tubuh fisiknya) di wilayah Andhra (India Selatan) dan ia akan berinkarnasi dengan nama yang sama, Sai Baba. Nama kesayangannya adalah Sathyam.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 64-66</ref>
Sai Baba pun kemudian Mahasamadhi pada 15 Oktober, 1918 pukul 2:30 sore. Dia mengambil Mahasamadhi di pangkuan salah satu pengikutnya dan kemudian dimakamkan di "Booty Wada" sebagaimana keinginannya. Kemudian sebuah tempat suci dibangun di tempat itu dan kemudian dikenal sebagai Samadhi Mandir.<ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 413</ref> Hari saat Shirdi Baba mahasamadhi adalah hari yang sangat suci bagi umat Hindu dan bagi umat Islam dimana festival Hindu [[Dassera]] dan hari raya Muslim, [[Muharram]] telah datang pada hari yang sama. Ini juga merupakan tanda kebesarannya sebagaimana orang-orang percaya bahwa jiwa-jiwa mulia meninggalkan bumi pada beberapa hari suci datang sekaligus.
 
=== Penegasan Janji ===
Setelah Shirdi Baba mahasamadhi, para pengikutnya merasa sangat sedih. Pengikut setianya yang bernama Abdullah sangat cemas dengan keadaan ini. Dia akan menghabiskan begitu banyak waktu di Samadhi Mandir dengan kesedihan. Suatu hari Shirdi Baba menampakkan dirinya secara fisik kepada Abdullah dan berkata: “Abdullah, samadhi mandir hanyalah untuk tubuh, tetapi siapa yang sebenarnya mampu memakamkan Aku? Aku bersifat kekal. Aku akan berinkarnasi di Andhra (India Selatan) setelah delapan tahun". Setelah berkata seperti itu, Shirdi Baba kemudian menghilang. Dengan kata-kata tersebut Abdullah menjadi tenang.<ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 416</ref>
 
== Ajaran ==
Baris 51:
 
* '''[[Tauhid]] atau [[Advaita Vedanta]]'''
Sejak kecil ia mengatakan “Rama adalah Tuhan” dan “Shiva adalah Allah”.Ia memberikan nasehat yang terus menerus kepada setiap orang : “Rama dan Rahim adalah satu dan sama, tidak ada satupun perbedaan di antara mereka, jadi mengapa para pemujanya menjadi terpisah dan bertengkar di antara mereka? Kalian rakyat bodoh, kanak-kanak, saling berpegangan tanganalah dan kumpulkan dua masyarakat itu bersama. Tuhan akan melindungi kalian”<ref>Rama adalah nama Tuhan dalam Hindu dan Rahim adalah Nama Tuhan dalam Islam, Govindrao Raghunath Dabholkar, Sri Sai Sathcaritra I, Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia, 2001, hal.80</ref>
Ia juga membiarkan ritual umat Hindu dan Islam di Masjid Dwarakamayi tempat dimana ia tinggal. Nasehatnya mengajarkan[[Tauhid]] dalam [[Islam]] atau disebut [[Advaita Vedanta]] dalam [[Hindu]] yang berarti Keesaan Tuhan .
 
* ''' Menyanyikan Nama Suci Tuhan'''
 
Sai Baba mendorong pengikutnya untuk berdoa, menyanyikan nama-nama [[Tuhan]] yang manapun, membaca [[Al-Fatihah]], mempelajari kitab suci [[Al-quran]] dan teks-teks Hindu seperti [[Ramayana]], Wisnu Sahasranam (Seribu Nama [[Wishnu]]), [[Bhagavad Gita]], Yoga Wasista<ref>Warren, Marianne (1999). Unravelling The Enigma: Shirdi Sai Baba in the Light of Sufism. Sterling Publishers. pp. 29. [[ISBN 81-207-2147-0]]. </ref><ref>Dabholkar, Shri Sai Satcharita chapter 27, .http://www.saibaba.org/satcharitra/sai27.html</ref> Kadang-kadang ia membaca Al-Fatihah sendiri, Baba juga senang mendengarkan ''moulu'' dan ''qawwali'' disertai dengan tabla dan sarangi dua kali sehari.<ref>Warren, Marianne (1999). Unravelling The Enigma: Shirdi Sai Baba in the Light of Sufism. Sterling Publishers. p. 30. [[ISBN 81-207-2147-0]]</ref>
* ''' Pelayanan'''
Beberapa kata-kata yang ia ucapkan kepada para bhaktanya adalah:
Baris 64:
 
* '''Ketidakterikatan'''
Cara mengajar Shirdi Baba cukup unik dan eksentrik. Seperti gaya berpakaianya, ia memakai kafni sederhana, kusam dan robek, hal tersebut untuk mengajarkan ketidak terikatan kepada para pengikutnya. Ia terkadang meminta sedekah kepada bhaktanya yang satu tetapi menolak menerima sedekah dari bhaktanya yang lain. Ia mengatakan meminta sedekah untuk mengambil keterikatan bhaktanya. Cara ia memberkati bhaktanya juga cukup unik, ia tak segan-segan mengatakan kepada bhaktanya: “Semoga kamu mati”, “kamu anjing”, “kamu keledai”. Saat ditanya tentang maknanya, ia berkata: “semoga kamu mati” berarti semoga seluruh keinginan, kemarahan dan keterikatanmu hancur. “kamu anjing” berarti semoga kamu memiliki iman, kepercayaan dan kesetiaan seperti anjing. “kamu keledai” berarti melayani tanpa mengharapkan penghormatan <ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 105</ref>
 
* '''Penghancuran Ego'''
Suatu ketika seseorang datang ke Shirdi untuk memotret Shirdi Baba. Baba melihat mereka dan bertanya pada orang terdekatnya Mohan Shyam.”Shyam, kenapa mereka datang ke sini?” Shyam menjawab, “mereka datang untuk memotretmu”. Baba menjawab, “Tidak, tidak. Katakan pada mereka untuk tidak memotret-Ku. Tak mudah memotret-Ku. Dindingnya harus dihancurkan terlebih dahulu.” Maksud dari kata-katanya adalah, ia bukanlah tubuh dan ia adalah Parabrahman (Tuhan yang tak berwujud, tunggal, kekal abadi). Untuk bisa melihat atau “memotret” (mengenal) Parabrahman tidaklah mudah. Dinding ego (si aku) yang menghalanginya harus dihancurkan terlebih dahulu. <ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 292</ref>
 
Shirdi Baba juga membuat ''dhuni'' (tempat pembakaran kayu) di [[Masjid]] Dwarakamayi yang menghasilkan ''udhi'' (abu suci), yang bermakna untuk bisa memasuki Rumah Tuhan, seseorang harus membakar egonya hingga hancur seperti abu.
Baris 73:
== Mukjizat Ilahi ==
 
Kehidupan dan tingkah laku Sai Baba dari Shirdi cukup misterius, bahkan terkadang orang terdekatnya tidak mengerti makna apa yang ia lakukan. Ia juga biasa melakukan mukjizat antara lain menyembuhkan wabah kolera dengan udhi-nya (abu suci), menyelamatkan para pengikutnya dari musibah, mengubah air menjadi minyak, ia mempunyai kemampuan memahami bahasa binatang, juga berbicara dalam berbagai bahasa.<ref>Govindrao Raghunath Dabholkar, Sri Sai Sathcaritra I, Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia, 2001,hal. 39, 98-103, 115</ref>
 
Suatu ketika ada seorang anak bermain kelereng dengan Shirdi Baba kecil. Shirdi Baba kecil terus menang. Karena anak itu kehabisan kelereng, anak itu mengambil batu Saligram<ref>Batu suci, batu hitam kecil yang disucikan oleh para Vaishnava (pemuja Vishnu) untuk ritual pemujaan kepada Tuhan Vishnu</ref> emas (yang bentuknya mirip kelereng) di altar rumahnya. Baba menang lagi da ia mengambilnya. Anak itu marah dan meminta agar Baba mengembalikannya. Tetapi Baba tidak mau karena ia sudah memenangkannya. Sadar batu saligram untuk acara ritual ibadah hilang, Ibu pemilik batu saligram itu menanyakan hal tersebut pada anaknya. Mendengar batu saligramnya diambil oleh Shirdi Baba kecil, Ibu tersebut mencari lalu menarik telinga Shirdi Baba kecil agar mengembalikan batu saligram tersebut. Tetapi Shirdi Baba kecil malah menelannya. Ibu itu kemudian memaksa Shirdi Baba kecil agar membuka mulut. Dengan lugunya ia membuka mulut. Ibu itu terkejut melihat alam semesta berada di mulut Shirdi Baba.<ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 9</ref>
 
Orang terdekatnya yang bernama Mohan Shyam, suatu ketika ia mengintip kegiatan Shirdi Baba di malam hari. Ia melihat Shirdi Baba berbicara sendiri dengan berbagai bahasa. Saat Mohan Shyam bertanya kenapa Shirdi Baba melakukan hal itu. Ia menjawab bahwa; “Umat-Ku yang Aku urus bukan hanya engkau saja, Aku sedang menjawab doa-doa umat manusia di seluruh dunia.”
 
== Perkembangan Gerakan ==
Baris 119:
* Hoiberg, D. & Ramchandani, I.; ''Sai Baba of Shirdi'', in: ''Students' Britannica India''. Page available [http://books.google.com/books?id=ISFBJarYX7YC&pg=PA324&ots=1vYEoNWtwv&dq=%22Sai+Baba+of+Shirdi%22&sig=i_gEG0qxDKxFR7AuWhsXxbjITBg&output=html online]
* Kamath, M.V. & Kher, V.B., ''Sai Baba of Shirdi: A Unique Saint'', India: Jaico Publishing House (1997). ISBN 81-7224-030-9
* Osborne, Arthur, ''The Incredible Sai Baba. The Life and Miracles of a Modern-day Saint'', Hyderabad, Orient Longman, 1957.
* Panday, Balkrishna, ''Sai Baba’s 261 Leelas. A Treasure House of Miracles'', New Delhi, Sterling, 2004. ISBN 81-207-2727-4
* Parthasarathy, Rangaswami, ''God Who Walked on Earth. The Life and Times of Shirdi Sai Baba'', New Delhi, Sterling, 1996. ISBN 81-207-1809-7
Baris 126:
* [[Kevin R. D. Shepherd|Shepherd, Kevin R. D.]] ''Gurus Rediscovered: Biographies of Sai Baba of Shirdi and Upasni Maharaj of Sakori'', Cambridge: Anthropographia Publications, 1985.
* [[Kevin R. D. Shepherd|Shepherd, Kevin R. D.]] ''Investigating the Sai Baba Movement: A Clarification of Misrepresented Saints and Opportunism'', Dorchester: Citizen Initiative, 2005.
* Venkataraman, Krishnaswamy, ''Shirdi Stories'', Srishti Publishers, New Delhi, 2002. ISBN 81-87075-84-8
* Warren, Marianne, ''Unravelling the Enigma. Shirdi Sai Baba in the Light of Sufism'', Revised edition, New Delhi, [[Sterling Publishing]], 2004. ISBN 81-207-2147-0
* White, Charles S. J. ''The Sai Baba Movement: Approaches to the Study of India Saints'' in ''[[Journal of Asian Studies]]'', Vol. 31, No. 4 (Aug., 1972), pp.&nbsp;863–878
* Williams, Alison, ''Experiencing Sai Baba’s Shirdi. A Guide'', revised edition, Shirdi, Saipatham Publications. 2004 ISBN 81-88560-00-6
 
</div>
Baris 139:
* [http://www.srisathyasai.org.in/ Situs Resmi Sri Sathya Sai Central Trust, India]
* [http://www.sssbpt.org/ Sri Sathya Sai Books and Publications Trust, India]
* [http://wikimapia.org/#lat=19.7651184&lon=74.4766617&z=17&l=0&m=b&search=shirdi%2C%20maharastra Peta Shirdi Baba Mandir, Desa Shirdi, Distrik Ahmednagar, Maharashtra, India.]
* [http://www.radiosai.org/ Radio Sai Global Harmony]
* [http://www.saicast.org/ SaiCast – Video Sathya Sai Baba]
Baris 145:
* [http://ssg-indonesia.blogspot.com/ Situs Resmi Organisasi Sri Sathya Sai Indonesia]
* [http://saijnana.blogspot.com/ Wacana Harian Sathya Sai Baba (bahasa Indonesia)]
* [http://news.ssgdenpasar.org/category/seva/ Kegiatan Pelayanan Organisasi Sai di Indonesia]
* [http://ssgdenpasar.org/forum Forum diskusi Pemuda Sai, Indonesia]
* [http://www.facebook.com/inbox/?ref=mb#/saiyouth.indonesia Komunitas Bhakta Sai Indonesia di Facebook]
=== Website Shirdi Baba ===
* [http://www.shirdi-sai-baba.com/ Shirdi Sai Baba.com]
Baris 153:
* [http://www.saibaba.net/ Shirdi Sai Baba Site ]
* [http://www.babamandir.org/ Shirdi Sai Jalaram Mandir]
* [http://www.floridashirdisai.org/SaiLib/Book3/shrigurucharitra.html Sri Gurucharitra]
* [http://www.saipatham.com/ Sri Sai Baba dari Shirdi]
* [http://www.baba.org/ Sri Shirdi Sai Baba Temple ]
* [http://www.annababa.com/ Annababa.com]
* [http://www.angelfire.com/sd/SaidarbarCanberra/html/sai11promises.html Janji Shirdi Baba]
* [http://saionline.org/shirdi/shirdi-sathya.html Dari Shirdi Sai ke Sathya Sai oleh Sharada Devi]
* [http://www.saibaba.org/lhossb.html Kisah Shirdi Sai Baba oleh Sri Ammula Sambasiva Rao – buku online]
* [http://saionline.org/shirdi/meeting_shirdi.html Pertemuanku dengan Sai Baba dari Shirdi oleh Shivamma Thayee]
* [http://www.osaibaba.com/ O SaiBaba]
* [http://www.srisathyasai.org.in/pages/bhagawan/Reincar/Re_Incar.htm Reinkarnasi Shirdi Sai Baba]
* [http://groups.msn.com/sabkamalikek/ Sab-ka-malik-ek]
* [http://www.saibaba.org/arathi.html Sai Aarathi dan Bhajan]
* [http://www.saibabaofshirdi.net/ Sai Baba dari Shirdi]
* [http://www.shirdisaitemple.com/ Kuil Sai Baba dari Shirdi]
* [http://www.saibharadwaja.org/ Sai Bharadwaja]
* [http://www.shrisaibabasansthan.org/ Shri Sai Baba Sansthan, Shirdi]
* [http://www.shirdibaba.org.au/ Shree Shirdi Sai Sansthan Sydney, Australia]
* [http://www.geocities.com/priyasai108/shirdi.htm Shirdi Sai dan Sathya Sai adalah satu dan sama oleh Arjan D. Bharwani]
</div>