Tuanku Tambusai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
 
==Latar belakang==
Tuanku Tambusai lahir di Dalu-dalu, nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau. Dalu-dalu merupakan salah satu desa [[pedagang Minangkabau]] yang didirikan di tepi sungai Sosak, anak [[sungai Rokan]]. Tuanku Tambusai yang memiliki nama kecil Muhammad Saleh, merupakan anak Imamdari Maulana,pasangan hakimIbrahim (''qadi'')dan diMunah. wilayahAyahnya seorang ulama besar di Tambusai. Sewaktu kecil Muhammad Saleh telah diajarkan ayahnya ilmu bela diri, termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara.<ref>{{cite book |last=DobbinSoedarmanta|first=ChristineJ. B.|title=GejolakJejak-jejak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi,Pahlawan: MinangkabauPerekat 1784Kesatuan Bangsa 1847Indonesia}}</ref>
==PerjuanganGerakan Paderi==
Untuk memperdalam ilmu agama, Tuanku Tambusai pergi belajar ke [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]] dan [[Rao, Pasaman|Rao]] di [[Sumatera Barat]]. Disana beliau banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi, hingga dia mendapatkan gelar fakih. Ajaran Paderi begitu memikat dirinya, sehingga ajaran ini disebarkan pula di tanah kelahirannya. Disini ajarannya dengan cepat diterima luas oleh masyarakat, sehingga ia banyak mendapatkan pengikut. Semangatnya untuk menyebarkan dan melakukan pemurnian Islam, mengantarkannya untuk berperang mengislamkan masyarakat di tanah [[Suku Batak|Batak]] yang masih banyak menganut pelbegu.<ref>{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847}}</ref>
Pada masa muda, Tuanku Tambusai belajar Islam di Rao. Disana beliau banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi. Oleh Belanda beliau digelari “De Padriesche Tijger van Rokan” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Karena jasa-jasanya menentang penjajahan [[Hindia-Belanda]], pada tahun 1995 pemerintah mengangkat beliau sebagai pahlawan nasional.<ref>[http://www.riaumandiri.us/berita/380 Riau Mandiri Online]</ref>
 
Ia dimakamkan [[Rasah]], [[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]].
==Melawan Belanda==
Perjuangannya dimulai di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya dengan pusat di Benteng Dalu-dalu. Kemudian ia melanjutkan perlawanan ke wilayah [[Natal, Mandailing Natal|Natal]] pada tahun 1823. Tahun 1824, ia memimpin pasukan gabungan Dalu-dalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal untuk melawan Belanda. Dia menjadi pemimpin Paderi pada tahun 1832, setelah Belanda mengangkat Tuanku Mudo menjadi ''regent'' Bonjol.
 
Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari [[Jakarta|Batavia]]. Berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen dapat dihancurkan. Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (''regent'' Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda beliau digelari “''De Padrische Tijger van Rokan''” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada tanggal 28 Desember 1838, benteng Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan sekutu-sekutunya. Ia mengungsi dan wafat di [[Seremban]], [[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]] pada tanggal 12 November 1882.
 
Karena jasa-jasanya menentang penjajahan [[Hindia-Belanda]], pada tahun 1995 pemerintah mengangkat beliau sebagai pahlawan nasional.<ref>[http://www.riaumandiri.us/berita/380 Riau Mandiri Online]</ref>
 
==Catatan kaki==